Ke- Lima Belas

313 42 2
                                    

Meta sudah berada di kamarnya dengan setelan piyama warna kuningnya. Dirinya sudah siap untuk bergelut dengan tugas-tugas kampusnya. Namun disaat ia baru saja mendudukkan bokongnya pada kursi belajarnya, pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang.

"Ta.. aku boleh masuk gak?"

Ternyata Niko. Meta tersenyum jahil di mejanya, "siapa?" sahutnya pura-pura tidak mengenali.

"ih kok gitu? Ini aku Niko." sahut Niko dari luar kamarnya.

"gak kenal"

Satu menit

Dua menit

Meta mengernyit keheranan. Kenapa sudah tidak ada sahutan lagi..

Lantas dirinya berjalan ke depan pintu kamarnya. Memastikan apakah Niko masih berdiri di depan kamarnya ataukah ia sudah pergi dari sana.

Saat pintunya kamarnya sudah terbuka, Meta sontak terkejut melihat sang Ibu sudah berada di depan kamarnya.

"kamu ini, kok Mas Niko gak dibukain pintu sih, sayang?" tanya Jane yang sudah berada di depan kamar putranya.

Meta terkekeh sembari mengelus lehernya, "tadi Meta cuma bercanda, Ibu, hehe"

Jane menggeleng melihat kelakuan anaknya ini. "jangan jail ah, sayang. Ini Masnya sampai manggil Ibu loh nak. Jangan kaya gitu lagi."

"iya.. iyaa.. Ayo Mas Niko," ajak Meta mendahului Niko.

Niko tersenyum berterima kasih kepada Jane, "makasih, Bibi. Maaf Niko ngerepotin. Niko masuk dulu."

"ibu Niko, bukan bibi" koreksi Jane.

"oiya Niko lupa, makasih Ibu."

"sama-sama. Udah sana masuk." Jane pun mendorong punggung Niko masuk ke dalam kamar putranya dan meninggalkan mereka berdua.

Kedua anak adam itu diselimuti keheningan. Yang muda tengah sibuk dengan tugas kuliahnya. Buku-buku di atas mejanya sudah terbuka semuanya. Dan yang tua tengah menelisik seluruh kamar ini.

Kamar yang sangat sederhana namun terlihat sangat rapi dibandingkan kamarnya sendiri. Rak buku yang berada di pojok kamar ini terlihat begitu rapi tersusun di sana.

"Ta.."

Tidak ada sahutan sama sekali.

"Meta.."

Lagi, ia tidak mendapatkan sahutan kepada sang empunya.

"Adelard Meta~" suaranya terdengar merengek sangat manja.

Meta di tempatnya menahan nafas untuk kesekian kalinya. Suara rengekan Niko benar-benar membuat Meta bergeming keheranan.

"Metaaaaaaaa~"

Astaga, Mas Niko kenapa jadi seperti ini.

Tubuhnya pun ia tolehkan sedikit kearah Niko yang tengah duduk di atas tempat tidurnya, "Mas Niko kenapa?" tanya Meta dengan suaranya seperti biasa, lembut.

"katanya mau ditemenin ngerjain tugas, kok aku malah di tinggal sendiri duduk di sini sih?"

"aku gak minta yah, Mas Niko sendiri yang pengen nemenin aku. Lagian Mas Niko juga udah disini sama Meta. Sama saja kan, Mas"

"yaaa.. maksud aku kamu ngerjain tugasnya di sini," Niko menepuk ruang kosong disebelahnya. "di samping aku."

"sama aja, Mas Niko. Mau Meta di sini ataupun di samping Mas Niko tetep aja Meta ngerjain tugas," lalu Meta kembali memfokuskan dirinya pada bukunya.

IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang