Ke-Sembilan

429 46 8
                                    

Pagi harinya, Meta sudah terlihat sudah sangat rapi. Hanya dengan kemeja biru serta celana putihnya dan tidak lupa tas punggungnya, Meta seperti biasa terlihat sangat menawan.

Sedari tadi bibirnya terus saja tersenyum. Entahlah kenapa dirinya begitu antusias dijemput oleh Niko. Selang beberapa menit suara motor yang ia kenali terdengar pada indera pendengarannya. Alis mengernyit bingung, "kok Mas Nata yang datang?" monolognya.

Motor Ninja kepunyaan Nata sudah berada tepat di depan Meta. Nata membuka helmnya menatap Meta yang sudah berdiri di depan pagarnya.

"kenapa nunggu disini? Biasanya kan nunggu di dalam"

Bukannya menjawab, Meta mengedarkan pandangannya mencari sosok yang mirip di hadapannya ini.

Lantas Nata juga ikut mengedarkan pandangannya. "cari siapa, Ta?" tanya Nata pada Meta.

"hah? Oh gak kok Mas Nata. Tumben gak ngirim pesan dulu sama Meta kalau pengen jemput"

"Mas hari ini juga pengen ke kampus ketemu dengan dosen. Yaudah sekalian jemput kamu." Lalu Nata menyodorkan helm yang biasa Meta gunakan. "nih helmnya. Entar telat loh" perlahan Meta mengambil helm tersebut dan memasangnya di kepalanya.

Matanya terus saja mencari sosok yang ia tunggu. Namun tidak ada tanda-tanda sosok itu datang.

mungkin Mas Niko semalam cuma bercanda kali yah. Aduh Meta kamu kenapa sih. Batinnya merutuki kebodohannya.

"pegangan?" seru Nata di depan.

"iya Mas Nata."

***
Motor yang dikendarai Nata berhenti di halaman parkiran fakultasnya. Meta segara turun dan memberi helm yang ia kenakan pada Nata yang juga sedang melepaskan helmnya.

"makasih yah Mas Nata atas tumpangannya" ujar Meta seraya memberikan helmnya.

Nata mengambil helm yang di sodorkan Meta kepadanya. "entar kabarin Mas yah pulangnya jam berapa"

"sepertinya Meta agak sorean Mas pulangnya. Soalnya Meta mau ngerjain tugas yang deadline-nya udah dekat."

"kabarin ajah selesainya jam berapa. Nanti Mas jemput Meta."

"gak usah repot-repot Mas. Meta bisa kok pulang sendiri. Kasihan Mas Nata nya balik ke kampus lagi cuma jemput Meta. Lagian Meta abis ngerjain tugas langsung ke tempat kerja, Mas" jelas Meta.

"yaudah kalau gitu, hati-hati yah. Kabarin Mas kalau udah sampai di rumah yah."

Meta hanya mengangguk.

Pria manis itupun melangkah meninggalkan Nata yang masih duduk di atas jok motornya. Memperhatikan punggung Meta yang perlahan menjauh dari dirinya. Nata pun juga ikut melangkahkan kakinya meninggalkan motor yang terparkir di halaman parkir fakultasnya.

Meta yang tengah berjalan menyelusuri koridor yang sudah dipadati oleh mahasiswa yang berdatangan, tiba-tiba bahu kirinya di tepuk oleh seseorang. Langkahnya berhenti dan menoleh ke belakang.

"SIWI?!" suara Meta meninggi melihat sahabatnya sudah kembali dari masa magangnya.

"MET GUE KANGEN BANGET MA LU" pria yang bernama Siwi tersebut langsung memeluk erat Meta. Keduanya berpelukan seperti adegan romantic di drama-drama korea.

"Siwi, aku gak bisa nafas" Siwi melepaskan pelukannya dan terkekeh di depan Meta. "hehe.. sorry. Gue rindu banget ma lu, sahabat terpolos gue."

"gimana di Singapur? Apa magangnya lancar?"

"yah gak gimana-gimana sih. TAPI ITU LOH MET, LAPORANNYA YA ALLAH. GAK TAU LAGI GUE MET. PENGEN NIKAH AJALAH GUE DENGAN KAK BUMI"

Yah begitulah Siwi kalau sedang mengeluh.

IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang