Ke-Delapan

425 47 12
                                    

Langit sudah berganti warna oranye. Tak disangka mereka berdua sudah menghabiskan waktu bersama salama berjam-jam walaupun percakapan mereka masih terasa canggung. Keduanya hanya sesekali bercengkrama dikarenakan Meta tengah fokus mengerjakan tugas kuliahnya.

Terlihat Meta sudah merapikan kertas serta buku-bukunya dan ia masukkan ke dalam tas ransel di sampingnya.

"lu sudah selesai?" tanya Niko yang tengah bersandar di kursinya.

"ah.. iya Mas."

"yaudah kalau gitu, lu mau gak nemenin gue pergi ke suatu tempat?"

Meta nampak bingung. Alisnya saling bertaut menatap Niko di hadapannya.

"Mas Niko mau kemana emangnya?" tanya Meta setelah menyeruput habis minumannya.

"ada lah pokoknya"

"tapi Meta malem ini kerja Mas Niko."

"lu kerja apaan malem-malem? Open BO yah?" ujar Niko menatap jail kearah Meta.

Meta mengerucutkan bibirnya. "ih Mas Niko.. Meta gak kerja kaya gitu" wajahnya ia tekuk jengkel.

Niko terkekeh melihat reaksi Meta. "gue bercanda.. udah muka lu jangan di tekuk kaya gitu. Jelek. Kaya bebek" candanya. "oh iya btw, lu kerja apaan sih? Emang gak bisa yah lu nemenin gue?" sekarang Niko bertanya dengan serius.

"Meta kerja di salah satu mini market 24 jam, Mas. Mungkin Meta cuma bisa nemenin Mas Niko pas weekend"

"di mini market mana sih?"

Meta menyebutkan nama mini market tersebut. Niko yang mendapatkan jawaban hanya ber-oh ria. Lantas ia mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu di sana.

"gue udah nyari pengganti buat gantiin lu kerja malam ini. Jadi sekarang lu gak ada alasan untuk gak nemenin gue" ujarnya sambil menyimpan ponselnya kembali di saku celanya.

Meta melotot tidak percaya. "Mas Niko ngapain?"

Niko menghiraukan ucapan Meta. Lantas dirinya berdiri dan menarik tas ransel Meta menjauh dari meja mereka berdua. Meta langsung mengejar Niko yang sudah keluar dari café tersebut.

"Mas Niko! Tas Meta mau di bawa kemana?" teriaknya di belakang Niko. Dan Niko terus berlari sambil menoleh ke belakang melihat Meta yang terus meneriaki namanya.

Saat ini Niko berlari keluar menuju parkiran sambil membawa tas ransel Meta di tangannya. Dirinya terkekeh geli melihat Meta di belakang sana yang sedang meneriaki namanya tanpa henti. Namun sesaat langkah kakinya terhenti. Kedua bola matanya menatap seseorang yang sudah berdiri di depannya.

Meta yang ngos-ngosan mengejar Niko juga menghentikan langkah kakinya tidak jauh dari Niko berdiri. Perlahan ke dua kakinya melangkah pelan menghampiri Niko yang berdiri mematung.

"Meta" panggil seseorang dengan setelan kemeja biru lautnya.

"Mas Nata"

Niko nampak terdiam. Lantas tas ransel Meta yang berada di tangannya, ia lemparkan ke arah Nata. Nata dengan spontan langsung menangkap tas tersebut.

"gue cabut dulu" ujarnya meninggalkan kedua orang disana.

Meta menatap punggung tegap Niko menjauh dari dirinya. Lantas Meta kembali mengejar Niko dan meneriaki namanya. "Mas Niko!! Tunggu" teriaknya

Niko menghentikan langkahnya. Tubuhnya menoleh ke belakang melihat Meta yang tengah berlari kearahnya.

"katanya pengen ditemenin, kok pergi gitu aja" ujar Meta sambil menatap mata Niko yang tidak kalah tajamnya dari Nata.

IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang