Andin : "Nove is mine"
Keira menatap Andin dengan senyumnya yg kikuk, ia terkekeh, "iya semua orang tau kok kalau Nove punya lu, dan elu punya Nove, ya kan Raniya?" Keira menganggukan kepalanya meminta persetujuan dari Raniya yang ada disebelahnya itu.
Raniya meng-iyakan dengan anggukan, "jelasss donggg, sekolah heboh waktu tau kalian jadian."
"Bagusss dehhh, gue cuman mau negasin, jaga jarak diantara lo sama Nove gue", Andin membalas ucapan Keira dengan sinis.
"Biasa aja kali Din, gue juga gaada apa-apa sama Nove." Keira menelan salivanya dengan berat, "Gue turut seneng kalian bisa bahagia".
Keira membenahi rambutnya yang tidak berantakan, ia menatap sekilas mata Nove dan sejurus kemudian ia bergegas pergi dari UKS.
"Gaisssss, gue duluan yaaa, mang gojek udah ada di depan sekolah." Keira mengetuk-ngetuk ponselnya yang mati, beralasan ada gojek yang sudah menunggunya di depan sekolah, namun sebenarnya ia tak ingin berlama-lama berada di UKS, rasanya sesak, melihat Andin bersama Nove. Apalagi suasana terasa canggung ketika Andin datang, Keira tak mau membuat suasana menjadi keruh.
"Tapi kak, obatnya belum diminum." Celoteh Raniya.
Keira yang sedang mengikat rambutnya terlihat sok sibuk dan terburu-buru, ia menengok Raniya sebentar, "Gapapa, ntar gue makan obat di rumah aja, tengkyu ya gais, gue duluan." Keira berlari kecil menuju pintu UKS.
"tiati Kei" Ucap Nove sembari menatap punggung Keira yang sudah hilang dibalik pintu keluar UKS.
. . .
Kaki keira melangkah perlahan, mengikuti arus jalanan menuju perempatan jalan diujung sana. Kepalanya tertunduk lemas. bolos kali ini sangat tidak menyenangkan.
tanpa sadar air matanya menetes begitu saja, "kenapa sih gue? lemah lu kei!" bersikeras Keira menghapus tetesan air mata yg berhasil jatuh ke pipinya.
"gueeee.. guee bahagia temen gueee bisa sama dia, plis kei plis! gaada drama-drama lo nangis kejer, gaada lo galau gara-gara mereka berdua!
be happy, lo udah lakuin hal yg paling bener, oke?" ucapnya kepada dirinya sendiri sembari tak tahan menahan air mata yg terus mengalir.. . .
"Andin.."
"kenapa?" sahut Andin lembut.
Nove yang duduk di sebelahnya mengelus pundak Andin perlahan.
"gabisa ya lu ikhlasin gue?""ikhlasin gimana? lo mau mati? innalillahi," geleng Andin sambil melirik Nove.
Nove terkekeh.
Selama ini hubungan mereka hanyalah sebatas 'status'. Nove meng-iyakan apa yang Keira mau. Hati Nove masih untuk Keira. Andin pun tau itu. Hubungan macam apa yang masih saling panggil 'elu-gue'. Bukan ini yang Andin mau, dia ingin hubungan yang romantis. Dia sadar raga Nove ada untuknya selama ini. Tapi hatinya entah dimana.
Andin mencubit kedua pipi Nove gemas, "Nove sayangggg, lo mau kemana? gue harus ikhlasin gimana?"
"Lo ga sadar atau emang pura-pura gamau tau?," tanya Nove.
Andin tersenyum, "gue sayang sama elu, sayangg banget!"
Entah kenapa kata-kata sayang yang Andin ungkapkan membuat matanya berkaca-kaca. setulus itu. Andin mencintai Nove. Setakut itu dia kehilangan sosok yang selama ini dia kagumi.
Nove mengusap air mata Andin, "gue tau. Tapi hati gabisa dipaksain."
"plis, untuk saat ini, tetaplah begini." pinta Andin. "aku hanya ingin kamu ada disini, disamping aku, bisa 'kan?"
"tolong kasih aku waktu". tambah Andin sembari memeluk Nove erat.
Nove tersenyum lirih.
UKS saat ini hanya ada mereka berdua. Raniya kabur entah kemana. 'katanya sih' kebelet boker dan gamau boker di toilet UKS, takut bau. habis makan jengkol weekend kemarin.
. . .
"aku tahu hatimu bukan untuk aku. kasih aku waktu tiga bulan ajaa. udah itu, aku bisa ikhlasin kamu sama sahabatku. aku sayang Keira, aku juga sayang kamu. ada waktunya nanti kalian bersama, tapi tidak untuk sekarang. aku hanya ingin kamu ada buat aku. hanya untuk saat ini. setelah aku pergi, kalian bebas buat bersatu, pacaran bahkan mau nikah juga silahkan." ucap Andin dalam hatinya.
. . .
Haloo hehehe happy reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
KEIRA
Teen FictionIni tentang kesetiaan seorang sahabat dan pengorbanan cinta. Baca dan masukan kedalam library kalian! Jangan lupa vote+komennya. Feedback? Boleh boleh, bilang ajaa