Keira POV
Perutku terasa mual setelah mendengar berita yang Wina sampaikan tadi pagi. Semenjak tadi, aku tidak bisa memperhatikan apa yang sedang Ibu Nia jelaskan tentang simbol-simbol peta. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri. Ini semua karena Wina. Berita yang dibawanya berhasil berputar di kepalaku semenjak tadi.
"BERITA BESARR!!" teriaknya waktu itu, sekitar dua jam yang lalu.
Aku hanya menanggapinya dengan malas. Biasanya berita besar yang Wina maksud adalah berita nggak penting yang benar-benar nggak penting dan nggak perlu dibahas.
Contohnya saja dua hari yang lalu, Dia berlari ke arahku sambil berteriak histeris. Katanya ada berita besar. Angel mendapatkan uang lima ribu rupiah dari ciki gopean yang dibelinya di kantin pagi itu.
Apa berita itu bisa disebut berita besar? Aku rasa nggak.
Dan pagi tadi, aku nggak terlalu ngedengerin apa yang akan Wina sampaikan. Aku hanya sibuk ngebalesin Line dari Rio, teman ekskulku di mading. Dalam waktu dekat ini, ekskul mading akan mengikuti lomba antar sekolah.
Tapi ketika Wina menyebut namanya dalam cerita yang nggak terlalu aku dengar, aku langsung diem. Mendadak perutku mual dan rasanya pengen mati aja.
Waktu itu dia bilang gini, "Ngga nyangka mereka bisa deket dan jadi secepat ini. Andin memang hebat bisa jadian sama Nove."
Aku merasa diserang oleh kerumunan banteng yang sedang marah. Aku merasa dijatuhi ribuan kerikil dari langit. Aku merasa digigit ribuan anjing gila.
Pada saat itu juga, aku benar-benar menyesal.
***
Kakiku melangkah cepat, berjalan menuju gerbang sekolah yang tinggal beberapa meter lagi.
Hari ini, aku ingin pulang cepat.
Sesampainya didepan gerbang, aku berhenti dipinggir jalan, lengan kananku melambai memanggil mobil angkutan umum berwarna hijau yang sedang melaju dari arah barat.
"KEI!!"
Tiba-tiba saja motor ninja berpilot hitam mengkilap berhenti tepat di hadapanku.
Dia melepaskan helm yang dipakainya, rambutnya yang berantakan ia sisir dengan jari-jari lengannya.
"Mau pulang ya?" Tanyanya kepadaku.
Aku tersenyum kikuk, masih belum bisa bersikap biasa aja setelah kejadian kemarin sore.
Dia kembali bertanya, "Kenapa tadi ga ikut gabung?"
Ishh, kenapa harus bahas hal-hal yang ngga pengen aku bahas?
"Lagi gaenak perut, males makan." Kataku mencari alasan.
Tadi pagi ketika istirahat, Andin dan Nove, dua sejoli yang baru jadian itu mau menunjukkan status mereka yang baru saja 'jadian' kepada semua orang. Mereka men-tlaktir teman-teman sekelas dan beberapa anak kelas lain.
Aku diajak, tapi aku gamau.
Aku masih belum siap melihat Andin bergandengan tangan dengan Nove. Aku masih belum siap melihat sahabatku itu dekat dengan dia, cowok yang membuat hatiku bercampur aduk sampai sekarang.
Aku malas menemui mereka.
Tapi sekarang? Cowok yang seharian ini berusaha aku hindari malah datang begitu saja di hadapanku. Bertanya ini itu yang membuatku sedikit canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEIRA
Teen FictionIni tentang kesetiaan seorang sahabat dan pengorbanan cinta. Baca dan masukan kedalam library kalian! Jangan lupa vote+komennya. Feedback? Boleh boleh, bilang ajaa