#9 : Kafe Klasik

149 12 4
                                    

LINE

WinaPrincess : Sorry, acaranya gue batalin:(

AndinSimika : Ngerjain orang lo! Gue udah di jalan bego!

WinaPrincess : Sorry, Din. Gue promise bakalan tlaktir lo besok!

AndinSimika : Y

. . .

"Masalah pertama udah beres." Ucap Wina pada dirinya sendiri.

"Sekarang, lebih good-nya lo ceritain semua!" Pinta Wina kepada Keira. Tetapi, gadis itu sama sekali tak menanggapi permintaan Wina. Dia terlalu asyik memandang coffee latte hangat yang baru saja di pesannya. Coffe latte tersebut seakan membawa Keira kembali ke masa-masa bahagianya. Masa dimana kehidupan ini indah tanpa banyak beban yang harus ia pikul.

Kafe klasik, tempat bersejarah yang Keira ingat. Tempat dimana dirinya dan Nove biasa bercengkrama selama berjam-jam, bercerita ini itu hingga larut malam. Ditemani dengan coffee latte dan sepotong cake chocolate kesukaannya.

Kafe klasik, tempat yang tidak terlalu mewah tetapi membawa kedamaian. Lagu-lagu klasik yang diputar selalu berhasil membuat Keira tenang. Cocok untuk nongkrong ataupun belajar.

Biasanya, Nove selalu datang kesini ketika kepalanya sedang mumet, pusing memikirkan tugas yang menumpuk dan Keira yang selalu menemaninya kemari.

Kata Nove, dunia damainya berada disini, bersama dengan segelas coffee latte dan buku. Dia juga pernah bilang kepada Keira, katanya, buku itu gudang ilmu, semua ilmu ada di buku. Entah itu ilmu tentang kimia, fisika ataupun tentang cinta.

"Ngomong-ngomong soal cinta, siapa cinta pertama lo?" Tanya Keira waktu itu, setelah mereka membahas salah satu buku yang membahas tentang cinta pertama.

"Kepo."

"Ayolah, Gue penasaran. Gimana dia? Apa dia cantik? Gimana kepribadiannya? Dia baik ga? Satu sekolah sama kita ga? Ciri-cirinya kaya gimana sih?"

"Dia buruk rupa. punya kepribadian aneh. Satu sekolah sama gue. Punya rambut panjang yang sering berantakan. Bicaranya blak-blakan. Suka kentut sembarangan. Gatau malu. Pengacau. Otaknya kadang gesrek dan suka bikin emosi orang."

"Selera lo buruk amat sih!" Ledek Keira sambil tertawa. "Buruk rupa? Rambutnya Sering berantakan? Aduhh, lo suka sama cewek yang otaknya gesrek? Cari noh di Rumah sakit jiwa, banyak!"

Nove terkekeh.

"Siapa dia?" Tanya Keira kepo.

"Dia..."

"Dia??"

"Dia.. cewek!"

Keira menghela nafasnya kasar, "yaelahh, gue tau dia cewek, masa cowok? Maksud gue namanya, siapa namanya?" gertak Keira tak sabar.

"Kepo!"

"Permisi, dua gelas coffee latte dan cake chocolate-nya sudah siap." Seorang pelayan cantik datang membawa pesanan mereka. Keduanya hanya tersenyum hangat untuk memberi kesan yang baik.

"Terima kasih." Ucap Nove dengan senyum sok kharismanya.

Pelayan tersebut membalas senyum Nove, "silahkan dinikmati."

"Mbak, boleh tanya?" Keira mengacungkan tangan kanannya, seakan dia sedang bertanya kepada seorang guru yang sedang menjelaskan materi di kelas.

"Iya?"

"Mbak percaya ga, kalau cowok yang ada di samping saya ini suka sama cewek yang buruk rupa, punya kepribadian aneh, otaknya gesrek, suka kentut sembaranga-" tiba-tiba saja mulut Keira di dekap.

Nove cengengesan sendiri, "maaf Mbak, temen saya ini lagi kurang sehat."

Pelayan itu hanya tersenyum dan kembali ke tempatnya.

Dipukulinya lengan Nove agar ia segera menyingkirkan tangannya dari mulut Keira.

"GUE GAK TERIMA!" Jerit Keira.

"Terimain aja, ntar dapet gelas cantik loh."

"Jangan bercanda mulu!!" Geram Keira frustasi.

"Yaudah gelasnya gue kasihin ke pelayan tadi aja ya?"

Keira terdiam. Ia menatap mata Nove sejenak, kemudian meremas kedua lengan kasar milik lelaki itu. "Gelasnya secantik apa? Boleh buat gue aja ga?"

"Ha ha ha."

Itulah sedikit moment indah yang Keira ingat. Bersama kafe ini dan segelas coffee latte.

"Kei? Jangan ngelamun mulu!"

Gadis itu kembali ke Dunia nyatanya,  masa dimana seluruh masalah bertubi-tubi menghampirinya. Masa dimana Nove sudah tak lagi sama. Masa dimana keadaan selalu tak menguntungkan bagi Keira. Masa dimana, Wina selalu menatap Keira dengan tatapan yang tak dapat diartikan itu.

"Lo sayang sama Nove?" Tanya Wina memastikan.

Pasalnya, Wina ingin mendengar sendiri alasan Keira menolak Nove dengan begitu kejamnya. Membuat lelaki itu terpaksa harus terjebak dalam permainan yang Keira buat. Harus jadian sama Andin? Hal konyol macam apa itu? Wina tau Andin sudah lama menyukai Nove. Tapi tetap saja, cara yang Keira lakukan itu salah. Kelak gadis itu bisa menyakiti dua hati sekaligus.

"Masa iya Win? Masa iya gue sayang sama Nove? Masa iya gue ngerebut cowok sahabat gue sendiri? Masa iya?"

"Tapi itu kenyataannya, Kei."

Keira terdiam.

# # #

Malam yang berat atas segala kejadian yang baru saja terjadi. Kenyataan selalu tak sesuai dengan harapan. Kenyataan yang terkadang menyakitkan untuk diterima.

Malam yang berat membuat Keira tambah ngantuk. Ingin segera terlelap dan larut dalam mimpi yang indah. Sejenak melupakan semua masalah rumit di kehidupan nyatanya.

Malam yang berat membuat Nove susah tertidur. Dilanda kebingungan yang teramat sulit, apa yang harus dia lakukan setelah kejadian malam ini?

Malam yang berat membuat Wina menangis dibawah selimut hangatnya. Berat memikirkan masalah cinta segitiga yang dialami oleh sahabat dekatnya.

Malam yang berat membuat Andin keluyuran hingga larut malam. Datang ke dunia malam untuk minum-minum. Mencoba menghilangkan ingatan tentang apa yang dilihat oleh kedua matanya ketika di taman.

Setiap manusia memiliki caranya sendiri untuk mengatasi masalah yang sedang menimpa dirinya. Entah itu dengan cara yang biasa ataupun yang berbeda. Yang perlu kita ketahui adalah jangan sampai masalah tersebut membuat kita menjadi lebih buruk. Sikapi masalah itu dengan bijaksana. Jangan kamu hindari, hadapi semuanya dengan penuh kedewasaan.

# # #

Sekian, Cukup singkat dan sok bijaksana wkwkwk.

Jangan lupa vote+komennya yaaaa^^

KEIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang