8. Sekilas Tentang Reval

121 15 0
                                    

Reval duduk si sofa yang terdapat di balkon kamar apartemennya dengan pandangan lurus ke depan. Teringat kembali dengan kenangan tiga tahun lalu yang telah berusaha dia kubur dalam-dalam. Kini, kehadiran bocah bernama Gaharu Atmaja telah benar-benar mampu membuat semua hal itu kembali muncul ke permukaan.

Flashback on

Tiga tahun lalu

Reval yang masih berusia 16 tahun baru saja keluar dari kamarnya setelah menyelesaikan rutinitas bersih-bersihnya sepulang dari sekolah dan berniat ke ruang makan untuk makan siang. Namun, langkahnya terhenti tepat pada jalan yang menjadi penghubung antara dapur dan ruang keluarga. Di sana dia melihat kedua orang tuanya yang tengah bertengkar ditambah dengan sang ayah yang sudah siap dengan koper di tangan kanannya. Juga sang bunda yang terus saja menahan agar sang ayah tidak pergi.

"Aku mohon dengerin aku, mas," mohon Mona—bunda Reval.

"Dengerin apa lagi ha? Apa semua bukti itu kurang?" bentak Anthony—ayah Reval.

"Aku nggak selingkuh, mas. Aku bisa jelasin semuanya. Itu nggak seperti apa yang kamu pikirin,"

"Jelasin apa lagi? Sebelum ke sini aku udah cek foto itu asli atau editan dan terbukti kalo foto itu asli. Trus kamu mau sangkal gimana lagi?"

"IYA ITU EMANG ASLI, TAPI ITU KEJADIAN SEBELUM AKU KENAL KAMU MAS,"

"SEBELUM KENAL AKU KAMU BILANG? Tanyanya dan mengambil foto yang tadi sempat ia lemparkan ke arah sang istri.

"LIHAT TANGGAL YANG ADA DI SINI! 10 JUNI 2000 DAN ITU BERARTI SATU TAHUN SETELAH KITA NIKAH," lanjutnya sambil menunjuk tanggal yang ada di foto itu.

Sang istri tidak mampu lagi menjawab dan hanya mampu bersimpuh di lantai dengan air mata yang terus mengalir bahkan semakin deras.

"Atau jangan-jangan Reval itu anak hasil perselingkuhan kamu dengan laki-laki itu?" tanya Anthony yang sontak saja membuat Mona mendongak dan menatap suaminya itu dengan tatapan terkejut juga tak percaya. Kemana hilangnya sifat suaminya yang lembut itu?

Tak hanya bundanya, Reval yang sejak tadi mendengar pertengkaran kedua orang tuanya pun tak mampu lagi mempertahankan air mata yang sejak tadi berusaha ia tahan. Hatinya hancur mendengar sang ayah bahkan meragukan kehadirannya. Tubuhnya kini bahkan sudah meluruh di lantai dengan air mata yang tak kalah derasnya dengan sang bunda.

"Aku mohon jangan bawa-bawa Reval, mas. Dia nggak salah. Dia itu anak kita, mas."

"Tetap aja aku akan ajukan tes DNA antara aku dan Reval untuk membuktikannya lalu aku akan urus perceraian kita." Setelah itu, Anthony benar-benar pergi dari rumah itu tanpa memperdulikan sang istri yang tengah menangis meraung-raung. Serta Reval yang tak kalah histeris di balik tembok pembatas antara dapur dan ruang keluarga.

##############################

Tiga hari berlalu, Anthony benar-benar kembali ke rumah dengan membawa surat hasil tes DNA antara dirinya dan Reval. Dia langsung melempar surat tersebut ke hadapan Mona dan berucap, "Tunggu surat panggilan dari pengadilan." Setelah mengucapkan itu Anthony kembali meninggalkan rumah tersebut. Sedangkan Mona mematung dengan pandangan terus mengarah pada surat di atas meja yang baru saja dilempar oleh sang suami yang mungkin sebentar lagi akan menjadi mantan suami.

"Sialan!" umpat Mona dengan penuh amarah lalu mengambil surat itu dan membawa langkahnya ke lantai dua tepatnya ke kamar sang anak-Reval.

##############################

Brakkkk

Reval yang tertidur refleks langsung bangun dan terduduk. Bahkan kini mata remaja itu telah sempurna terbuka dengan napas yang memburu disertai sensasi pusing di kapala sebagai akibat dari terbangun tiba-tiba. Belum juga hilang sensasi peningnya, kini kembali lagi dia dibuat terlonjak kaget oleh teriakan sang bunda.

"INI SEMUA GARA-GARA KAMU," teriak sang bunda tepat di hadapan Reval.

"Maksud bunda apa?" tanyanya meminta penjelasan.

Tak menjawab pertanyaan Reval, Mona langsung saja melemparkan surat hasil tes DNA yang tadi ia dapat dari sang suami ke arah Reval. Reval yang penasaran pun langsung saja membuka surat tersebut. Betapa terkejutnya ia saat membaca rangkaian kata demi kata yang tercetak di sana. Tak percaya, diapun memilih bertanya kepada sang bunda meminta penjelasan, "Bunda bercanda kan?"

Bukannya sebuah jawaban yang dia dapatkan, tapi lagi-lagi hanya sebuah makian yang kembali terlontar.

"Kamu itu memang pembawa sial buat saya. Saya menyesal telah melahirkan kamu jika pada akhirnya hanya menghancurkan saya dan keluarga saya. Harusnya kamu itu ikut bersama ayah kandung kamu kalau saja suami saya tidak mendambakan kehadiranmu."

Setelah mengucapkan itu, Mona langsung saja keluar dari kamar Reval, meninggalkan Reval dengan jutaan rasa sakit yang tidak mampu ia utarakan. Jangan tanya bagaimana perasaannya, pastilah sudah hancur tak berbentuk. Bahkan dia tak tau harus mempercayainya ataukah tidak? Takdir memang benar-benar menghancurkannya. Menghancurkan hidupnya hanya dalam sekejap mata saja.

Flashback Off

Sejak saat itulah ia memilih meninggalkan rumah yang memberinya jutaan rasa sakit yang tiada pernah ia bayangkan lalu memilih tinggal sendiri dengan sesekali mencari keberaaan sang ayah kandung. Sementara rumah tangga mama dan juga sosok yang selama ini ia tau sebagai ayahnya telah kandas di meja persidangan tak lama setelah rahasia itu terbongkar.

Sementara di tempat lain, Haru baru saja keluar dari kamar mandi dan berniat menuju balkon untuk melihat langit malam ini. Akan tetapi, dia dikagetkan dengan keberadaan Reval yang tengah duduk di sofa yang terletak di sana dengan pandangan fokus ke depan sampai-sampai tak menyadari kedatangannya. Haru yang penasaran dengan apa yang dilihat oleh Reval pun mengikuti arah pandang mata sang pemuda itu. Namun, di sana dia tak melihat apapun yang special, hanya ada sebuah pohon besar dengan beberapa lampu warna-warni. Hanya itu saja, tapi entah mengapa pemuda itu masih terfokus ke sana bahkan seperti tidak berkedip. Haru yang merasa aneh dan takut remaja itu kesurupan pun berusaha menyadarkannya dengan beberapa kali memanggil-manggil nama pemuda itu.

"Bang?" panggilan pertama yang tidak direspon sama sekali oleh Reval.

"Bang Reval?" panggilan kedua yang juga masih belum direspon oleh Reval dan hal itu cukup membuatnya jengkel sekaligus takut.

Lantaran greget daritadi tidak direspon diapun mengeluarkan suara emas menggelegarkannya, "WOY BANG REVAL!"

Reval yang mendengar pun langsung terlonjak kaget, jangan lupakan juga umpatan serta sumpah serapah yang muncul dari mulut laknatnya.

"Anjirr lo apaan sih teriak-teriak. Budeg gue entar,"

"Salah sendiri di panggil nggak nyaut-nyaut,"

"Wahh ini bocah malahngejawab lagi," "awas lo ya," lanjutnyadalam hati sambil tersenyum penuh kemisteriusan. Setelahnya suara teriakanminta ampun disertai tawa pun memenuhi ruangan itu. Ya, Reval mengeluarkanjurus andalannya yakni menggelitik dan sialnya kini sasarannya adalah Haru.


Jember, 23 Maret 2022

Masih ada yang nunggu book ini nggak sih? kalo nggak ada juga nggak apa-apa kok. Aku cuman mau tamatin book ini aja udah hampir setahun nggak keurus, tapi keinget kalo pernah janji sama diri sendiri buat tamatin salah satu cerita yang udah dipublish di sini.  Buat yang masih nungguin kuucapkan terima kasih banget buat kalian. Maaf kalo masih banyak typo atau kurang feelnya.

Happy Reading Guysss


SelezioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang