9. Khawatir

74 10 0
                                    

Berhasil menyelesaikan urusan dengan wartawan, Azriel serta Giska bergegas mencari keberadaan Haru--sang putra ke seluruh penjuru pengadilan agama. Akan tetapi, mereka tidak berhasil mendapati presensi sang putra bahkan setelah semua sudut pengadilan agama mereka telusuri. Tak menyerah mereka pun bergegas mencari keberadaan sang putra di tempat selanjutnya, dan tempat pertama yang mereka datangi adalah rumah tinggkat tiga yang turut menjadi saksi hancurnya rumah tangga yang sudah 16 tahun mereka bina.

Mobil keduanya sudah terparkir dengan rapi di halaman rumah tersebut disusul kemunculan keduanya dari mobil masing-masing. Azriel memasuki rumah terlebih dahulu disusul oleh Giska di belakang. Tujuan pertama keduanya adalah sebuah ruangan dengan pintu berwarna putih yang terletak di lantai kedua bangunan tersebut. Di ketuknya pintu tersebut dengan sesekali memanggil nama sang pemilik kamar. Akan tetapi, sampai ketukan yang kesekian kalinya masih juga tidak mendapat sahutan dari sang empu kamar. Dengan tidak sabarnya keduanya pun memutuskan untuk langsung masuk saja, apalagi setelah mengetahui bahwa pintu itu tidak dikunci.

Pintu terbuka, menampilkan setiap inchi dari ruangan tersebut. Akan tetapi, sosok yang mereka cari ternyata tidakada di sudut manapun dari ruangan tersebut. Perasaan khawatir juga bersalahmenghinggapi keduanya, lalu memilih berpencar mencari sosok itu di setiap sudutdari bangunan tersebut dari lantai satu, dua, tiga bahkan sampai halamanbelakang. Namun, nihil sosok sang putra tidak terlihat di manapun.

Tak ingin menyerah begitu saja keduanya pun memilih kembali keluar menuju pos satpam dan menanyakan keberadaan Haru kepada satpam yang tengah bertugas.

Pak Agus yang kebetulan tengah bertugas hari ini dibuat terkejut dengan kedatangan dua majikannya dengan keadaan yang bisa dibilang tidak baik-baik saja. Lebih tepatnya berantakan.
"Apa ada sesuatu yang terjadi tuan, nyonya?" Tanya pak Agus kepada sang majikan yang masih sibuk mengatur napas lantaran habis berlari.
Bukannya menjawab keduanya malah balik bertanya, "Hah hah kami mau tanya apa bapak tau di mana Haru?"

"Saya belum melihat den Haru dari sejak dia berangkat ke pengadilan tadi pagi tuan," Jawab jujur Pak Agus.

"Pak Agus serius?" Tanya Azriel tak percaya.

"Saya serius tuan," ucap pak agus meyakinkan.

Mendengar hal itu sontak keduanya semakin diliputi rasa khawatir. Bahkan kini Giska sudah menangis sejadi-jadinya.

############

Sedangkan di bagian lain dari kota ini, sosok yang tengah menjadi topik perburuan kini malah masih asik bergelung dalam selimutnya bahkan saat matahari hampir kembali dalam peraduannya. Menyisakan semburat merah yang kian memanjakan mata.

Reval yang berniat mengecek apakah Haru sudah bangun atau belum hanya  mampu geleng-geleng kepaa melihat pemandangan bocah itu yang masih nyaman dalam pejamnya.  Padahal bocah itu sudah tertidur tak lama setelah adegan penggelitikannya tadi. Tanpa berlama-lama dia pun melangkahkan kakinya menuju gundukan selimut itu dan menyibaknya dengan cukup kasar, terbukti mampu memal hanya buat sang empu sedikit terganggu dan menggeliat sebentar. ingat hanya sebentar. Lagi-lagi Reval hanya mampu geleng-geleng kepala melihat tingkah bocah tersebut, lalu melanjutkan acaranya membangunkan Haru dengan cara yang lain mulai dari yang paling lembut, sedang sampai yang kasar. Hingga akhirnya---

Brukkk

shhhh

Suara sesuatu jatuh diiringi ringisan yang terdengar sesaat setelah bocah itu terjatuh dari atas ranjang dan berhasil menyentuh dinginnya lantai setelah  Reval dengan sengaja mendorongnya sampai terjatuh.

"Lo apa-apaan sih, sakit tau!" sungut Haru setelah behasil bangun dengan tangan kanan memegang tangan kiri yang tadi sempat terpentok nakas jangan lupakan juga tatapan penuh permusuhan yang ia tunjukkan kepada oknum yang sudah membuatnya terjatuh.

Sedangkan yang ditatap hanya menggedikkan bahu tanda tidak peduli sambil berucap, "Siapa suruh dibanguninnya susah." Lalu memilih keluar dari sana karena tak mau beradu argumen dengan bocah itu.

Jangan tanya seperti apa kelanjutannya, sudah pasti suara teriakan menggelegar dari Haru sambil terus mengata-ngatai Reval yang sudah menghilang di balik pintu dengan senyum kemenangan yang semakin lama semakin lebar.

############

Kembali ke kediaman keluarga Atmaja, Azriel juga Giska sudah mencoba menghubungi beberapa teman-teman Haru mulai dari teman sekolah sampai teman bermain, teman dekat sampai yang hanya sekedar tahu saja. Namun lagi-lagi hanya kekecewaan yang mereka dapatkan. Bahkan Daiva yang notabennya teman dekat Haru pun tidak mengetahui keberadaan anak tersebut. Tak mau menyerah, mereka pun mengerahkan seluruh bodyguard yang mereka punya untuk menyusuri kota ini guna mencari di mana keberadaan putra sematang wayang mereka itu kira-kira berada.

Siapa sangka sampai keesokan harinya, Azriel juga Giska masih belum mengetahui keberadaan sang putra. Tak menyerah keduanya pun mendatangi sekolah Haru dengan harapan putranya berada di sana. Namun, lagi-lagi keduanya dibuat kecewa lantaran tak juga mendapati keberadaan sang putra di sana. Berdasarkan informasi yang mereka dapatkan dari wali kelas Haru, bahwasanya anak itu hari ini tidak masuk tanpa keterangan apapun. Mengetahui itu keduanya pun semakin dibuat khawatir, hingga akhirnya memilih melaporkannya ke pihak kepolisian.


Sleman, 24 Juni 2022

Sorry ya lama up-nya, biasalah lagi sibuk di real life sama lagi stuck aja. Sebenernya kemarin itu udah ada draft-nya cuman ilang pas reset hp gegara lupa dipindahin. Alhasil mulai lagi deh.

Oiya, aku mau berterima kasih banget buat 1k lebih pembaca. Nggak nyangka banget bisa tembus 1k lebih. Happy banget aku, apalagi book ini bisa dibilang karya pertama aku di sini. so sekali lagi makasih banyak ya guys.

Buat rayainnya hari ini aku bakal double up ya. So, enjoy guys.

Maaf juga kalau masih ada beberapa kesalahan dalam penulisan maupun typo. Maaf juga karena cuman dikit.

jJngan sungkan yang kalau mau kasih koreksi maupun kritik dan saran ya.

SelezioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang