Masih dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya Rindu duduk di salah satu bangku kantin yang kosong. Bel istirahat belum berbunyi tapi cewek itu merasa tidak kuat jika lama-lama berada di dekat Marcel.
Karena perlakuan cowok itu kemarin Rindu masih terbayang-bayang hingga senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
Dari balik pintu kantin Marco masuk dan netranya menatap sekitar kantin yang hanya ada beberapa siswa sedang duduk di sekitaran situ. Tidak sampai di situ Marco berjalan cepat menuju koperasi sekolah namun diberhentikan dengan penglihatannya yang tidak sengaja menangkap Rindu sedang senyum-senyum sendiri. Dalam batinnya dia berkata, cewek gila! Mana ada orang yang tersenyum lebar sambil menatap tembok polos berwarna krem di hadapannya.
Bertolak belakang dengan tujuannya kini Marco menduduki bangku panjang di hadapan Rindu hanya untuk melihat cewek itu merubah ekspresinya menjadi masam.
"Heh, gila!"
Rindu yang tadinya membuang mukanya menjadi menatap sengit Marco yang menggangu acaranya mengagumi sosok Marcel. "Apa, sih, lo! Ganggu orang aja! Sono pergi!"
"Kalau lo lupa, ini punya sekolah!"
"Ya, gue tahu."
"Terus?"
"Ini kan kantin lantai 3! Sedangkan kelas lo berada di lantai 2! Bolos lo?"
Marco menyenderkan tubuhnya pada kepala bangku yang di dudukinya dan menjawab pertanyaan Rindu santai, "Gue mau ke koperasi."
"Terus ngapain mampir ke sini?!"
"Gue lihat lo senyum-senyum sendiri kayak orang gila, makanya gue ke sini. Takutnya beneran gila, hehe."
"Gue nggak menerima orang kasar!"
Marco mendengus dan mengelak. "Gue nggak kasar!"
"Orang kasar mana yang mau ngakuin dirinya kasar, sih? Kan nggak tahu diri." Rindu tersenyum miring.
"Sialan." Marco tertawa pelan. "Gue udah berusaha bersikap baik sama lo karena lo kakaknya teman gue tapi rasanya lo ngelunjak!"
"Gimana-gimana?" tanya Rindu. "Lo, kan, emang kasar, Marco! Emang dikira gue nggak tahu kelakuan lo? Jangan karena gue kakaknya teman lo itu, lo berbuat baik! Gue nggak butuh sikap baik lo yang buat gue muak it-"
Belum sempat Rindu meneruskan perkataannya botol air mineral yang tadinya berada di samping tangan kanannya kini berada di genggaman Marco dan sebagian isinya membasahi wajah hingga seragam cewek itu. Setelahnya Marco menaruh kembali botol air mineral itu dan pergi dengan wajah merah padam yang Rindu tebak cowok itu ingin menahan amarahnya namun tidak bisa.
Tidak mau kalah juga dari Marco, Rindu merampas botolnya dan melempar botol itu hingga tepat mengenai kepala belakang milik cowok itu. Bersamaan dengan itu bel istirahat berbunyi nyaring membuat anak kelas 9 berbondong-bondong ke luar dari kelasnya dan memperhatikan keributan yang dibuat Marco dengan Rindu.
Memang anak sekolahannya tidak salah memberikan julukan cowok kasar kepada Marco, karena sekarang Marco berjalan cepat mendatangi Rindu dan dengan wajah bengisnya cowok itu menarik kerah seragam Rindu hingga Rindu terkejut dan berjinjit.
"Apa?! Mau nonjok? Gih!" kata Rindu setelah melihat Marco mengepalkan tangannya di udara.
Namun tak urung Rindu takut di tonjok juga karena pastinya sangat menyakitkan.
"BRENGSEEEEKKKK!!"
Entah darimana datangnya namun Rindu tahu itu suara teriakkan Alfa. Langkahnya menjadi cepat ketika dilihatnya Marco tidak berkutik dan masih memegang kerah seragam Rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMIT
Teen FictionBerlatar di tahun 2016. Mengisahkan tentang seorang anak perempuan yang umurnya bahkan belum mencapai 15 tahun bernama lengkap Audisa Rindu Charuya. Keluarganya bukan orang kaya yang bisa memamerkan harta, sebaliknya, dia hidup di kampung belakang k...