LIMIT - 17

47 8 0
                                    

"Lo nggak apa-apa?"

Rindu menoleh ketika Alfa bertanya-sembari menyodorkan sesuatu ditangannya.

"Emang gue kenapa?" tanya balik Rindu. Tangannya menerima minuman kesukaannya yang di beli Alfa di Indomaret tadi. Fruit Tea varian Blackcurrant.

"Soal Marco."

"Udah deh jangan bahas dia lagi. Bosen gue dengernya."

"Sori."

"Gue cuma kaget aja."

"Maaf."

"Iya."

"Mau langsung balik?"

Rindu yang sedang mengangkat roknya untuk naik ke atas motor langsung menahannya.

"Emang mau ke mana lagi?"

Alfa terkekeh. "Ya siapa tahu lo pengen jalan-jalan gitu."

Rindu menggeleng, ekspresinya berubah. "Harusnya hari ini gue kerja kelompok di rumah Marcel."

"Mau gue anterin? Lo tahu kan rumahnya?"

"Nggak usah, gue lagi males."

"Ya udah."

Lalu Alfa menepuk tempat duduk di belakangnya, menyuruh Rindu segera naik dan pergi dari tempatnya berdiri sekarang.

Alfa mulai mengendarai motornya dengan diam, sama dengan Rindu, cewek itu sibuk memegang helmnya yang kegedean karena Alfa lupa membawa helm untuk dirinya dan dia tadi meminjam helm punya Nandita yang untungnya sengaja ditaruh Nandita di ruang OSIS.

Netranya melirik jam tangan di lengan kirinya, pukul setengah 4 sore. Tadi sebelum pulang sekolah diadakan PM atau pendalaman materi secara mendadak dan mau tidak mau harus mengikutinya. Jadi lah pulangnya jam 3 lewat. Dalam diamnya Alfa memikirkan cara agar cewek itu tidak terus memikirkan Marco karena bisa saja cewek itu menyimpan rasa.

Kemudian Alfa membelokkan motornya tiba-tiba dan ke luar dari jalan Kejayaan untuk bergabung bersama pengendara lainnya di jalan Gajah Mada.

"Mau ke mana???"

"Jalan-jalan."

"Iya, ke mana?"

Alfa tertawa pelan dan sedetik kemudian Rindu memukul bahunya. Tidak keras namun perih juga.

"Ada deh."

"Jawab, nggak?!"

"Ke Ancol."

"Hah?!" Rindu langsung melebarkan kedua bola matanya. "Gila ya lo??!"

"Sekali-sekali main ke Utara, Rindu. Jangan di Pusat mulu. Emang nggak bosan?" katanya diselingi tawa geli.

Rindu mendengus, tersentil dengan fakta yang dikatakan Alfa.

****

"Ini namanya jembatan cinta."

Alfa berkata sambil menghentak-hentakkan kakinya. Dia tersenyum lebar dan tanpa sengaja menggandeng jemari Rindu. Mengajaknya berjalan cepat sebab senja akan muncul.

"Ayo ke sana! Kita main pasir!"

Rindu mengangguk antusias dan balik menggenggam jemari Alfa. Mengikutinya dari samping sembari tersenyum lebar. Suasana hatinya langsung berubah. Dengan begitu dia buru-buru membuka sepatu serta kaus kakinya dan membiarkan kakinya menapaki langsung pasir putih.

Alfa pun mengikutinya, lalu cowok itu merebut sepatu Rindu dan berlari menuju motornya untuk menaruh sepatunya serta sepatu Rindu.

"Duduk." Alfa menepuk pasir putih di dekat pantai, cowok itu menyelonjorkan kakinya dan menatap hamparan luas di hadapannya. Sudah lama dia tidak berhadapan langsung dengan pantai seperti sekarang.

LIMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang