Game Start

7.5K 721 18
                                    

Terima kasih untuk 5 vote yang saya terima dan untuk menghormati hal tersebut saya memutuskan untuk mem-posting kelanjutannya.

Enjoy the Game!

~ Fekimi

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suara yang berasal dari speaker itu terdengar melengking, hingga menimbulkan dengingan tak nyaman di kuping. Sepertinya orang yang berbicara di speaker itu menggunakan pengubah suara atau semacamnya karena suaranya terdengar seperti robot rusak. Semua pasang mata menatap speaker yang terletak di atas papan tulis hitam sebelum mereka semua saling bertatapan dengan bingung. Gaby dan Bobby beserta 2 minionnya masih tertawa-tawa canggung, tampaknya mereka hanya menganggap ini suatu lelucon bodoh. Sinta masih meringkuk di lantai sambil menutupi telinganya, Artha menatap jijik ke arah speaker seolah-olah speaker itu sedang berceloteh suatu hal yang bodoh, sementara Limper dan Ezky masih mengantisipasi hal yang mungkin akan terjadi.

Suara di speaker itu mulai cekikikan, "Hihihi, jangan anggap ini lelucon, teman-temanku. Ini suatu permainan yang akan menjadi sangat menyenangkan jika kalian bermain dengan benar," ucapnya dengan nada mengejek. "Sebelumnya... aku akan memperkenalkan diriku..."

"Kami tidak butuh tahu siapa dirimu, keparat!! Lelucon ini sama sekali tidak lucu!!" seru Bobby ke arah speaker.

Seolah tidak mempedulikan apa yang dikatakan Bobby, suara di speaker itu meneruskan ocehannya. "Perkenalkan, namaku Mortis dan kalian adalah penerima pesan singkat yang terpilih olehku untuk mengikuti permainan ini," ucapnya dengan nada seolah-olah ini semua hal yang menyenangkan.

Alis Lena berkerut ketika lagi-lagi ia mendengar kata "pesan singkat". Ia menghampiri Ezky, "Apa yang dimaksudnya dengan pesan singkat, Ky? Kamu tahu sesuatu tentang ini, kan?" tanyanya mendesak, nafasnya mulai memburu dan ia merasa sedikit panik, apalagi dengan kondisi Sinta yang wajahnya semakin memucat.

Mortis kemudian tertawa dengan suara melengking, "Baiklah, karena ini adalah permainan maka harus ada peraturannya bukan. Lihat baik-baik di jendela kelas kalian!"

Serentak mereka menoleh ke arah jendela dan tersentak ketika ada kabut tipis yang berhembus. Ketika kabut itu perlahan menghilang, muncul tulisan tipis-tipis di kaca jendela. Semuanya menahan nafas tidak percaya ketika melihatnya. Dengan takut-takut Artha membacakan peraturan permainan yang berisikan sebagai berikut:

Peraturan Permainan:

1. Tujuan permainan ini adalah bertahan hidup selama mungkin setelah alarm pertama berbunyi

2. Perkataan Mortis adalah mutlak dan harus diikuti

3. Jangan pernah berani berusaha keluar dari sekolah

4. Melanggar peraturan berarti kematian

"Kyaaaaaa!! Aku mau pergi... aku mau pergi dari sini!! Lena, ayo kita pergi dari sini!! Ayoo!!" Sinta tiba-tiba meringkuk dan berteriak histeris serta mencengkram tangan Lena kuat-kuat.

"Sinta, tenang! Sinta!" Lena memegang lengan atas Sinta, berusaha menenangkannya.

"Ini... ini semua karena kalian..." tiba-tiba Heru bersuara lemah. Ia menunduk kaku, keringat dinginnya menetes-netes di lantai. Ia berjalan terseok-seok, menghampiri kerumunan yang berjajar di dekat jendela. Heru menengadahkan kepalanya, membuat wajah tirusnya yang pucat dengan mata terbelalak terpampang mengerikan. "Ini adalah karma yang kalian terima karena telah berbuat kejahatan!" serunya lagi. Tangannya yang terikat diangkatnya, memperlihatkan jari-jarinya yang kurus seperti ranting pohon kering. "Akhirnya... akhirnya... hanya akulah yang akan keluar dari sini karena aku adalah korban kalian!! Hahahaha...!!" Heru tertawa terbahak-bahak semakin mendekati jendela.

School Game (M.O.D, #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang