Prolog
Entah mengapa orang-orang itu mengajaknya untuk mengadakan pertemuan di tempat ramai seperti ini. Restoran keluarga seperti ini lebih cocok untuk mengadakan pembicaraan mengenai rencana liburan atau bergosip, bukan membicarakan rencana seperti ini, pikirnya di tengah keramaian gelak tawa para pengunjung restoran.
Tangannya basah dan dari pelipisnya mengalir keringat dingin, ia juga sudah merasakan perutnya yang bergejolak, gelisah karena menunggu orang-orang itu. Orang-orang yang berjanji akan membantunya untuk melaksanakan rencananya ini. Tampaknya wajah pucat dan kakinya yang gemetar sudah menarik perhatian para pengunjung restoran ini. Pandangan sinis mereka membuatnya mual, membuatnya muntah di dalam mulutnya. Cairan itu terasa berlendir dan hijau ketika ia menelannya kembali. Cepat-cepat disedotnya minuman soda berwarna merah di depannya. Otaknya terasa beku ketika ia meminumnya terlalu cepat.
Saat itulah seorang pria kurus ceking yang terlihat seperti gabungan antara manusia dan jerapah duduk di depannya. Ia memakai segala sesuatunya serba kebesaran. Mulai dari kacamata hitamnya yang bahkan tidak bisa menggantung di hidungnya yang kecil sampai baju hitam yang rasa-rasanya bisa dipakai oleh 2 orang. Karena perawakannya yang seperti itu, pria itu mengundang perhatian ibu-ibu yang membawa anaknya ke restoran keluarga itu, membuat mereka menjauhinya. Pria kurus itu menyedot ingusnya yang kental dan berlendir ketika memberikan sebuah amplop coklat tebal kepada dirinya.
“Semua yang ingin kau tahu ada di dalam. Pelajari dan berikan pesan singkat ke nomor telepon yang ada di dalam jika kau sudah siap melakukannya. Eksekusi akan dilakukan dalam waktu sebulan setelah pesanmu kami terima,” ucap pria kurus itu dengan suara mencicit.
Dengan takut-takut ia memperhatikan pria jerapah yang ada di hadapannya. Lalu ia memandang amplop yang ada di depannya ketika pikirannya menuju ke beberapa waktu yang lalu, ketika seseorang meletakkan kartu nama dengan rancangan yang cukup mewah di dalam tas-nya. Setelah ragu dan memikirkannya selama berhari-hari, akhirnya ia menelepon mereka. Dan, mereka mengatur pertemuan ini setelah ia setuju dengan harga yang mereka tawarkan.
Ia mengangguk mengerti dengan ragu dan pria kurus itu-pun bangkit dan berjalan terseok-seok keluar restoran. Setelahnya dengan tangan bergetar ia memegang amplop di tangannya. Rasa takut kembali menjalari dirinya, tapi tekadnya sudah bulat. Ia akan melaksanakannya, apapun risikonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Game (M.O.D, #1)
Mystery / Thriller(Completed) Satu sms misterius kepada beberapa murid sekolah menengah atas di kota Xylite berkumpul di sekolah mereka setelah matahari terbenam. Tiba-tiba seluruh pintu dan jendela terkunci, membuat mereka terkurung di dalam gedung bujur sangkar itu...