Dengan telepon seluler di tangannya untuk menyinari jalan, Ezky berjalan perlahan-lahan, diikuti oleh Lena dan Sinta yang berjalan mengikutinya dari belakang. Sesekali Ezky menyinari jendela agar ia tahu ada apa di luar, yang masih tetap sama setiap kali ia mengarahkan cahaya dari telepon selular-nya. Di luar hanya ada lapangan basket kosong yang sunyi, tidak terlihat apapun yang bergerak. Jika memang pembunuh itu dapat menembak mereka apabila mereka mencoba keluar maka semestinya pembunuh itu akan mengawasi dari luar. Namun, tidak ada tanda-tanda kehidupan di luar sekolah. Apakah memang pembunuh itu bisa menyembunyikan dirinya sebaik ini? Atau, apakah yang terjadi dengan Heru hanyalah gertakan?
Tanpa terasa jam sudah menunjukkan lewat pukul 9 malam, sudah berlalu lebih dari 2 jam setelah Mortis menyatakan permainan keji-nya ini telah dimulai. Hal yang disadari Sinta sedikit menguntungkan karena mungkin orang tua-nya akan mulai mencarinya. "Iya, kan? Jika orang tua-ku menyadari aku belum pulang, mereka mungkin akan mulai mencariku. Dan, kita bisa selamat dari perangkap ini!" serunya dengan senyum riang yang dibuat-buat.
Ezky dan Lena saling bertatapan, lalu Lena berkata, "Aku kagumi semangatmu, tapi semestinya kau berharap orang tua-mu tidak akan kemari untuk mencarimu." Ada jeda beberapa detik sebelum ia melanjutkan, "Aku takut jika orang tua-mu kemari Mortis juga akan membunuh mereka. Menimbang apa yang baru saja terjadi dengan Resta dan Loly, kita tidak tahu apa yang akan dilakukannya." Lena menatap Sinta dengan sorot mata sedih sementara mata Sinta mulai berkaca-kaca.
"Ayo jalan lagi. Kita harus mencari Limper..." ujar Ezky.
"Tunggu. Aku haus," ucap Lena sambil menunjuk ke dispenser yang terletak dekat wastafel. Di sekolah mereka memang disebar beberapa dispenser air minum dan biasanya bersebelahan dengan wastafel cuci tangan.
"Hati-hati dan cepatlah..." Ezky tetap terdiam di tempat sambil menyinari Lena dan Sinta yang berlari kecil menuju dispenser.
Mereka mengambil gelas kecil dari dalam lemari penyimpanan yang ada di bawah dispenser dan meneguk air tersebut. "Ezky, kau yakin tidak mau. Kita mungkin berada di bawah ancaman pembunuh, tapi bukan berarti kita tidak bisa dehidrasi," ucap Lena meledek.
Dengan helaan nafas, Ezky mendekat dan mengambil gelas yang ada di tangan Lena dan meminum airnya. Diam-diam Sinta memperhatikan Ezky yang minum dengan gelas bekas Lena, ia mengepalkan tangannya dan menggigit bibir.
Sementara itu, Lena menuju wastafel dan memeriksa wajahnya di kaca. Ia terlihat sedikit pucat dan merengut kesal sambil melirik Ezky sembunyi-sembunyi. Tiba-tiba, di sudut matanya, ia menyadari sesuatu. Ada sekelebat titik merah yang terlihat di kaca wastafel! Cepat-cepat ia membalikkan badan dan berjalan cepat mendekati jendela. Matanya mencari-cari titik merah yang dilihatnya tadi.
"Lena!!" Ezky menarik Lena cepat-cepat. "Kau gila?!? Jangan mendekati jendela!!" serunya tepat di depan wajah Lena.
Nafas Lena memburu ketika ia menyadari bahwa kakinya sudah sangat dekat dengan jendela. Ia bisa terbunuh hanya dengan beberapa langkah lagi. Dengan tangan bergetar ia mencengkram lengan Ezky, "A, ada..." Lena menelan ludah. "Ada titik merah... yang terlihat dari gedung seberang..." ucapnya terbata-bata.
Cepat-cepat Ezky menengok dan ke arah yang ditunjuk oleh Lena. Meskipun sekilas, ia bisa melihat titik merah yang dengan cepat menghilang itu. "Jangan-jangan itu..." Ezky hendak mengatakan apa yang dipikirkannya tentang titik merah itu, tapi ia takut itu akan membuat Lena dan Sinta cemas. Ini semua seperti dugaannya setelah melihat Heru tertembak dari jarak jauh. Sniper. Dan, pelaku lain selain Mortis. Pelaku lain yang mengawasi gerak-gerik mereka dari kejauhan.
Ezky menoleh kepada Lena dan mencengkram lengannya. "Kalian berdua tunggu di kelas terdekat. Biar aku pergi memeriksa apa yang..."
"Enggak!!" Lena memotongnya cepat. "Kau kira aku akan membiarkanmu pergi sendiri? Dan... dan... bagaimana jika Mortis menemukan kami atau kau dan melakukan hal yang sama dengan yang ia lakukan kepada Resta dan Loly?!?" sentaknya, tangannya yang mencengkram lengan baju Ezky bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Game (M.O.D, #1)
Mystery / Thriller(Completed) Satu sms misterius kepada beberapa murid sekolah menengah atas di kota Xylite berkumpul di sekolah mereka setelah matahari terbenam. Tiba-tiba seluruh pintu dan jendela terkunci, membuat mereka terkurung di dalam gedung bujur sangkar itu...