Enam tahun, bukan waktu yang sebentar hanya untuk melupakan seseorang. Waktu terus bergulir seiring hati yang terus tergilir. Rasanya, nama itu bahkan sudah menghilang di timpa timbunan kenangan yang tiada habisnya.
Padahal saat itu Naruto hanyalah manusia labil yang tidak begitu menghargai perasaan orang lain, bahkan ketika wanitanya memilih menyerah karena lelah berjuang seorang diri dia masih tidak begitu peduli.
Baginya, hilang satu tumbuh seribu.
Dia bukanlah sesuatu yang penting, dia hanya salah satu manusia yang tak sengaja singgah dan menghabiskan waktu bersama sekitar satu tahun lamanya.
Ya, Naruto yakin dia tidak sepenting itu.
Setidaknya sebelum hari dimana kedua bola mata amethyst yang dulu menatapnya penuh sayang, sekali lagi bersitatap dengannya. Sorot matanya masih sama, teduh seperti embun pagi. Dalam sekejap Naruto seperti terseret kedalam lautan kelembutan cintanya yang pernah Naruto dapatkan dari gadis itu.
Tubuh Naruto seketika terhentak pelan saat tak sengaja melihat gadis itu di depan matanya, dadanya mendadak berdebar tanpa sebab. Hanya seperkian detik lalu gadis itu sudah hilang di antara kerumunan orang yang sama-sama menggeluti peliknya dunia ini.
Nata? Naya? Nala?
Naruto bahkan tidak begitu ingat nama gadis itu, tapi kehadirannya sepertinya sangat membekas. Pemuda itu berlari, berharap menemukan lagi sosok itu mungkin mengajaknya ngobrol sejenak bisa membuat dia kembali mengenang masa yang penuh ketenangan di hidupnya itu.
Namun kehadirannya sudah di telan lautan manusia yang sulit di sebrangi ini.
Naruto hanya bisa menghela nafas berat lalu kembali memutar langkah kakinya.
Hyuga Hinata, ahirnya Naruto mengingat nama itu.
"Mungkin gue salah lihat," putus Naruto kendati hatinya terus bergemuruh mengingat kembali mata yang selalu membuatnya merasa aneh.
***
Namikaze Naruto, anak bungsu dari keluarga terpandang nomor 3 di Jepang. Pemilih perusahaan raksasa yang bergerak di berbagai bidang konstruksi dan furniture.
Pemuda berusia 30 tahun itu kini menjabat jadi kepala cabang di salah satu anak perusahaan keluarganya, bukan perkara mudah menduduki jabatan itu Naruto di tuntut untuk konsisten dan juga cekatan menanggapi naik turunnya pola penjualan di cabangnya. Ayahnya --Namikaze Minato-- sengaja memaksa Naruto mengolah salah satu cabang itu seorang diri, dia muak melihat tingkah putra bungsunya yang kelewat batas.
Terlahir kaya dan selalu mendapatkan apa yang dia mau membuatnya jadi pemuda berandalan dan sulit di atur. Naruto sangat berbeda dengan Mennma, Kakak lelaki Naruto itu berkepribadian hangat dan juga cekatan. Dia bahkan sudah terjun ke dunia bisnis sejak usia belia dialah yang di gadang-gadang jadi penerus perusahaan raksasa itu.
Bukan pilih kasih namun Minato tidak ingin, apa yang sudah dia bangun susah payah bersama istrinya --Udzumaki Khusina-- hancur di tangan anak mereka yang urakan itu.
Terhitung baru tiga tahun Naruto mengikuti jejak Ayahnya, sudah banyak kerugian yang di sebabkan pemuda itu karena keteledorannya. Namun sang Ayah masih berusaha mendidiknya meski terlambat.
Dia yang terlalu mencintai hidup bebas dan hingar bingar dunia malam di paksa terjun kedalam dunia kerja yang penuh gejolak. Jelas membutuhkan waktu untuk terbiasa.
Tapi Naruto tidak bisa lari, setelah dia pikir-pikir lagi Naruto hanya bertambah tua namun tidak memiliki skill apa-apa padahal keluarganya adalah orang terpandang. Maka dengan setengah hati dan sedikit tekat yang dia punya, Naruto mencoba mengikuti Kakak dan Ayahnya.
Hanya dari langkah kecil saja, setidaknya dia sudah berusaha.
***
"Pagi Pak!"
Sapaan para bawahan Naruto dia balas dengan deheman seperti biasa. Image Naruto yang seperti preman memang sulit di hilangkan, bahkan ketika ke kantor pun Naruto sangat jarang memakai pakaian formal. Ketika ada jadwal penting dan mengharuskannya rapih maka sekretarisnya akan menyiapkan itu semua.
"Gimana urusan bea-cukai kemaren? Ada hambatan?" Tanya Naruto pada sekretarisnya --Yamanaka Ino-- yang sedang sibuk berdandan ria.
"Udah, kemaren suratnya udah di anter sama Sai.." jawabnya santai. Naruto mengangguk dan tidak begitu memperdulikan gadis itu lagi. Dia langsung membuka laptopnya lalu mempelajari beberapa dokumen yang kemarin di serahkan padanya.
"Ino..." Naruto memanggil gadis itu dengan ragu-ragu.
"Hm?" Masih dengan makeupnya, Ino tampaknya tidak begitu memedulikan atasannya itu.
"Lo inget Hinata?"
Gadis itu meletakkan kuas makeup nya lalu menatap Naruto. Dia tampak berfikir sejenak, "Mantan lo waktu kita baru lulus kuliah bukan? Yang cinta mati sama lo tapi lo gatau diri sering selingkuh sama cewek-cewek gak jelas di luar sana?" Sinis Ino sambil menatap Naruto.
"Gak usah di perjelas kampret! Inget gak?" Naruto menatap Ino kesal, kalau saja mereka bukan sahabat sejak embrio mungkin sudah lama Naruto menendang sekretarisnya yang tidak tau diri ini. Sudah bekerja seenaknya, tidak pernah hormat pada boss pula.
"Inget lah, orang gue yang cuci otak dia biar putus dari lo!!"
"Sialan kok lo tega?!"
"Heh! Lo yang sialan, lo gak mikirin gimana dia nangis tiap hari gara-gara lo? Tapi begonya dia tuh masih tetep mau kalau lo minta balik!!!"
"Ya tapi gak putus juga kali!"
"Ya terus lo mau gue suruh dia bundir aja, biar gak sakit hati lagi?"
"YA GAK GITU JUGA DONG YAMANAKA!!!"
"Eh bentar!!! Lo kenapa tiba-tiba nanyain dia deh? Baru ketemu tadi, apa tiba-tiba gagal move on?" Gadis itu terlihat syok lalu memasang wajah tengilnya. "Apa jangan-jangan dia nikah dan lo di undang?"
"Bacot Ino! Nyesel gue nanya sama lo!!!" Naruto berdecak kesal, dia beranjak dari mejanya sambil menyambar kunci motornya. Pemuda ber stelan preman itu keluar sambil menggerutu tidak jelas.
"Mau kemana lo?! Jam sebelas ada rapat!!!"
"IYA GUE INGET!!!"
Balas Naruto sambil menutup pintu.
Ino menggelengkan kepalanya sambil mencoba maklum, Naruto tidak pernah berubah padahal usianya bertambah tua. Mendadak Ino mengingat bagaimana hari itu, di tengah hujan deras dimana dia menemukan Hinata menangis sambil memeluk lututnya. Sekali lagi dia mendapati Naruto menghianatinya dan yang dia lakukan hanya menangis.
Gadis sebaik Hinata harus menanggung derita lara seperti ini, Ino tidak pernah rela. Naruto memang sosok sahabat yang baik namun dia tidak cocok di jadikan kekasih. Dia tidak berpendirian dan juga labil.
Maka sekuat tenaga Ino menyadarkan gadis itu bahwa dia sangat-sangat berharga, dia bisa mendapatkan kebahagiaan dari orang lain. Hinata hanyalah gadis naif yang kesepian, itulah kenapa dia sangat mencintai Naruto yang selama ini selalu menemaninya.
Entah angin apa beberapa hari kemudian Ino mendengar berita tentang Hinata yang pergi keluar kota, dia sudah memutuskan hubungannya dengan Naruto. Itulah kali terakhir Ino mendengar kabar soal Hinata.
Lalu hari ini, Naruto kembali membahas gadis itu. Mungkin ada sesuatu terjadi di antara mereka.
To be continue....

KAMU SEDANG MEMBACA
R e g r e t | Hyuuga Hinata ✔️
FanficTentang rasa yang tetap utuh tanpa dia sadari, tentang hati yang ternyata kesepian meski banyak hati telah di singgahi. penyesalan yang percuma karena kesalahan dahulu tidak bisa mengembalikan semuanya. a naruhina fanfiction story by MhaRahma18 Ra...