Pagi itu Naruto datang ke kantornya dengan ogah-ogahan. Kalau saja bukan karena Ino menerornya dengan ratusan telepon pagi tadi Naruto pasti masih tidur sekarang. Bergelung manja di pelukan kasur dan bantal hangatnya.
"Lampir itu emang, gabisa liat orang tidur dengan tenang." Cibir Naruto sembari membanting tubuh bongsornya ke kursi. Masih sangat pagi untuk terlihat kusut dan juga kesal, namun seperti itulah Naruto setiap hari. Sebenarnya Naruto berencana absen datang ke kantor hari ini, semalaman suntuk memikirkan Hinata membuatnya frustrasi dan tidak bisa tidur, dia baru saja tidur saat pagi menjelang. Hinata benar-benar menghantui pikirannya.
"Lo begadang ya?!" Sinis Ino saat dia melihat Naruto dengan wajah ngantuknya. Padahal pagi ini ad ajadwal meeting bulanan dan juga jumpa dengan beberapa kolega tapi lihatlah tampilan pemuda itu, sangat tidak profesional sama sekali.
Naruto berdecak kesal lantas menggerutu, "Udah tau gue begadang, ngapain suruh ngantor pagi?" Sungutnya kesal.
"Ya ampun lo lupa sekarang jadwal meeting bulanan?" Ino tidak habis pikir, kenapa di usianya sekarang dia harus mendapatkan pekerjaan yang sangat berat ini. Mungkin lebih baik dia resign daripada kulit cantiknya keriput karena ulah Naruto ini.
"Gue inget bawel!"
"Lo tuh ya kapan mandirinya? Kenapa gue terus yang ngingetin-"
"Yakan lo sekretaris gue!"
"Gue bukan budak lo ya anj*ng!"
"Lah yang bilang budak siapa beg*!"
"Gue juga bukan istri lo yang harus ngingetin apapun! Gue tuh cuma kerja Nar, lo tuh sadar sih! Perusahaan segede ini kalau bukan lo yang ngurus siapa lagi?!"
"Gue juga ogah kali ngurus ini perusahaan, kalau boleh gue jual mah udah dari kemaren gue gadai."
Ino menghela nafas lelah.
Demi kerang ajaib yang di puja Sponsbob. Tolong, sumbangkan sedikit saja kesabaran kalian untuk teman kita yang satu ini, dia terlihat sangat frustrasi menghadapi Naruto yang kian hari kian menjengkelkan.
"Udahlah gue resign aja."
Hening sementara waktu, Naruto hanya mengamati Ino yang juga membanting tubuhnya ke kursi sambil memijat pelipisnya. Dari raut wajahnya, terlihat beban yang dia tanggung memang tidak main-main.
"Lo gak beneran resign kan, No?" Pelan Naruto sambil memasang wajah takutnya.
Beratus-ratus kali Naruto membatin ingin memecat Ino namun kenyataan tidak sesederhana itu. Dia bisa berdiri di tempat ini juga karena dukungan Ino. Gadis itu dengan sabar selalu mengajarinya tentang segala hal mengenai pekerjaannya. Ino juga yang selama ini membantu mengerjakan pekerjaan Naruto saat dia di landa mood yang berantkaan.
Naruto membutuhkan gadis itu untuk temannya berbagi keluh kesah, seperti apapun dirinya Ino tidak pernah pergi dan selalu menemaninya di sini.
Tanpa Ino, mungkin Naruto tidak akan bisa bertahan lama di kursi ini.
"Bacot tai, buruan cuci muka gue mau siapin rapatnya!"
Naruto sumringah mendengar ocehan gadis itu. Dia tau, perkataannya tadi hanyalah omong kosong belaka.
Tidak ingin memancing amarah Ino lebih dahsyat lebih baik Naruto menurut. Dia menuju kamar mandi untuk bersiap-siap. Urusan Hinata bisa dia lanjutkan nanti, sekarang ada hal yang lebih penting. Menuruti Ino si manusia setengah Medusa ini.
***
Hinata memilih untuk absen ke kafe nya hari ini, tubuhnya terasa sangat lelah. Gadis itu banyak menghabiskan waktu di jalan sambil menangis hingga tanpa sadar dia membuat tubuhnya kedinginan sepanjang malam.
Sekarang jam 10 pagi, Hinata tengah berendam untuk menenangkan pikirannya yang berantakan. Sambil bermain busa gadis itu berharap sedikit bebannya terangkat.
Kadang kala Hinata menyesali keputusannya untuk pulang karena di sini dia tidak punya teman. Dia merasa kesepian, teman-temannya sudah banyak yang berkeluarga dan juga sibuk dengan karir mereka masing-masing. Sementara teman-temannya terus mengejar impian dan kebahagiaan, Hinata justru di sini masih berjuang menyembuhkan luka. Miris sekali bukan.
Tapi tak apa, semua orang punya porsinya masing-masing. Hinata memilih untuk tutup mata dan telinga mengenai kehidupan orang lain. Dia percaya dia akan bahagia dan berkembang pada masanya nanti. Ya, itu pasti.
***
Setelah beberapa jam bergelut dengan urusan kantor ahirnya Naruto punya jam istirahat. Buru-buru dia melepas jas dan dasinya lalu melemparkannya begitu saja. Rasanya sangat pengap dan merepotkan.
"Lo kayaknya butuh istri Nar, gue ogah jadi babu lo kaya gini." Gerutu Ino sambil memunguti pakaian bosnya itu.
"Gue gak mau nikah," sungut Naruto kesal, dia menggulung lengan kemejanya asal dan melepas beberapa kancing bajunya. "Kecuali sama Hinata.." sangat pelan dan nyaris tak terdengar. Namun bukan Ino namanya jika tidak bisa memahami Naruto.
"Masalahnya, Hinata itu mau gak jadi istri lo? Laki-laki gak tau diri kaya lo, emang ada yang mau jadiin suami."
Pelan, namun sangat menusuk. Naruto bahkan hampir lupa caranya bernafas.
Dia sejahat itu kah?
Hanya di mata Ino atau memang kenyataan Naruto se-bajingan itu?
"Itukan gue dulu, sekarang gue udah berubah." Meski agak ragu, Naruto memberanikan diri untuk mengelak.
"Emang lo yakin udah berubah? Bahkan untuk sekedar perjuangin hal kecil aja lo banyak ngeluhnya." Ino memilih duduk di kursinya, agak berjauhan dari Naruto yang kini tengah terpaku.
"Lo gabisa langsung berubah gitu aja, semua orang butuh waktu Nar. Ya meskipun waktu yang lo butuhin lebih banyak tapi gue yakin lo bisa berubah." Ino mengulas senyum, untuk sekian lamanya gadis itu terus mengomel kali ini Naruto kembali melihat senyum tulus di wajah sahabatnya itu. "Lo bisa berubah dari hal kecil." Sambungnya lagi.
Naruto tampak bersemangat menyimak, "Dari mana misalnya?" Tanya pemuda itu antusias.
"DARI LO, BERHENTI NGEREPOTIN GUE! CAPEK GUE ANJ*NG!!"
Naruto mengunci mulutnya rapat. Menyesal dia berfikir sahabatnya itu sudah berubah nyatanya medusa tetaplah medusa. Sialan memang.
Naruto mencebik kesal, daripada menghadapi karyawan tidak tau diri seperti Ino lebih baik dia pergi menjernihkan pikiran.
Mungkin, menatap Hinata dari kejauhan akan membuat pikirannya kembali jernih.
Mungkin saja.
Tbc___
KAMU SEDANG MEMBACA
R e g r e t | Hyuuga Hinata ✔️
FanfictionTentang rasa yang tetap utuh tanpa dia sadari, tentang hati yang ternyata kesepian meski banyak hati telah di singgahi. penyesalan yang percuma karena kesalahan dahulu tidak bisa mengembalikan semuanya. a naruhina fanfiction story by MhaRahma18 Ra...