7.2 Berubah?

209 39 13
                                    

Mungkin Hinata masih butuh waktu untuk sendiri, Naruto tidak akan memaksanya lagi. Gadis itu layak mendapatkan pria yang baik, maka dari itu Naruto berusaha agar ia pantas mendampingi Hinata.

Setidaknya dia tidak akan membuat gadis itu menyesal telah menerimanya kembali. Dengan cara kasar mungkin Hinata tidak bisa di dapatkan, maka dia akan mencoba menarik Hinata dari sisi sebaliknya.

Naruto akan jadi versi terbaik dari dirinya, dia pasti akan mendapatkan gadis itu.

***

Naruto duduk di ruang rapat dengan wajah seriusnya. Dia membaca dengan teliti satu persatu absen para pegawainya tanpa terkecuali. Alisnya menukik tajam mendapati ada beberapa orang dengan jabatan tinggi yang kerap kali datang terlambat bahkan juga absen.

Ino datang dengan tergopoh-gopoh di ikuti beberapa kepala divisi Naruto dengan wajah panik.

Setelah betahun-tahun bekerja di perusahaan yang di pimpin Naruto, ini kali pertama mereka mengadakan rapat dadakan dan itu atas perintah boss nya secara langsung.

Awalnya mereka mengira kepala kantor pusat lah yang mengadakan rapat namun ternyata bukan. Naruto lah yang memerintahkan rapat dadakan ini.

"Duduk."

Dingin dan juga arogan.

Mereka bahkan tidak tau boss mereka yang urakan bisa mengeluarkan aura yang dominan seperti ini.

Dengan tergesa-gesa mereka duduk, mata tajam Naruto terus mengintai seperti elang. Para karyawan itu sontak menunduk menghindari tatapan mematikan bosnya.

Ada tiga buah kursi kosong di sana yang artinya ada tiga orang terlambat hari ini.

"Saya tidak akan basa-basi, sudah cukup perusahaan ini bersantai selama ini." Naruto membagikan rekapan absen para ketua divisi itu. "Keterlambatan kalian sudah melampaui batas, ambil surat teguran kalian setelah keluar dari sini nanti. Dan untuk mereka yang terlambat sekarang, perintahkan menghadap ke ruangan ku besok."

Naruto menatap Ino, gadis itu mengangguk patuh. Dia tidak banyak bicara seperti rapat-rapat sebelumnya.

"Mulai hari ini absen akan sangat berpengaruh pada kelanjutan kerja kalian, keterlambatan kalian akan sangat fatal. Saya membayar untuk tiap jam yang lewat dari jam pulang kantor kalian, maka kalian juga sebaliknya. Kedisiplinan nomor satu di kantor ini mulai sekarang."

"Baik pak." Jawab mereka serentak.

"Kembali ke ruangan kerja, jadikan surat teguran yang kalian dapat hari ini sebagai peringatan. Saya tidak main-main."

Naruto keluar dari ruangan itu tanpa menutup rapatnya terlebih dahulu. Entah kenapa dia merasa kesal melihat kinerja perusahaannya yang lambat seperti ini.

Ino segera menyusul setelah membubarkan anggota rapat. Dia berlari kecil mengejar Naruto, "Kayaknya gak bisa santai-santai lagi gue." Gumam gadis itu sambil tersenyum kecut.

***

Hinata kembali ke kafe seperti biasa, dia menggunakan apron khusus karyawan dan turut membantu melayani pembeli.

Dengan senyum manisnya dia menyapa tiap-tiap pengunjung yang datang membeli. Sampai matanya tanpa sengaja menatap sosok Naruto yang duduk di sudut ruangan, pemuda itu tampak fokus pada laptopnya tanpa memperdulikan sekitarnya.

Dia terlihat berbeda daripada biasanya, Naruto terlihat lebih menawan ketika sedang fokus seperti itu. Hinata dilema, apakah dia harus melayani Naruto atau lebih baik dia menyuruh karyawannya.

Hinata tidak ingin mengambil resiko, lebih baik dia memerintahkan karyawannya saja. Gadis itu kembali ke dapur dan memerintahkan karyawannya untuk melayani Naruto. Namun diam-diam dia mengintip.

Interaksi karyawati dan Naruto itu terlihat sangat santai, Naruto memberitahukan pesanannya kemudian karyawan itu pergi. Tak berselang lama makanan pesanannya di antar, Naruto telerlihat mengucap terimakasih kemudian menutup laptopnya. Dia menikmati makanan itu dengan hikmat, bahkan dari sorot matanya dia tidak terlihat sedang mencari seseorang.

Mencari Hinata misalnya.

Gadis itu langsung menggelengkan kepalanya, bersyukur Naruto tidak lagi menganggu hidupnya. Dia bisa melanjutkan hidupnya tanpa harus di bayang-bayangi oleh sosok Naruto.

Lima belas menit kemudian Hinata kembali keluar membantu karyawannya, dia menatap sekelilingnya dan tidak menemukan Naruto di sana. Pemuda itu sudah pergi rupanya, entah kenapa ada sesuatu yang janggal di hatinya.

"Kak Hinata.." salah satu karyawatinya menghampiri Hinata sambil membawa sesuatu di tangannya.

"Ya?"

"Tadi pelanggan yang duduk di sana dia menitipkan ini," gadis itu menyerahkan sebatang coklat dengan kertas note di atasnya.

'Besok aku datang lagi,
jangan lupa istirahat.

Naruto'

Entah kenapa Hinata tersenyum membaca note itu, dia memasukkan coklat itu kedalam saku celananya kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Naruto tetap lah Naruto. Keras kepala dan tidak bisa di cegah, Hinata tau hidupnya tidak akan mudah jika masih di sekitar pemuda itu.

***

Setelah hari dimana surat itu datang, Hinata tidak lagi menemukan sosok Naruto. Entah di kafenya atau kebetulan berpapasan seperti yang sudah-sudah.

Sosoknya seperti menghilang di telan bumi, padahal dulu Naruto selalu membuntutinya bahkan tiada hari tanpa membuat Hinata sakit kepala melihat tingkahnya.

Kenapa sekarang dia menghilang?

Apa dia sakit?

Atau, mungkin dia sudah bosan di abaikan?

Hinata mencoba menepis perasaan-perasaan janggal itu. Dia memilih untuk menyibukkan diri, Naruto tidak ada sama dengan kedamaian untuknya. Lagi pula siang ini kondisi kafe mereka sangat padat, Hinata terlalu sibuk untuk sekedar memikirkan Naruto.

Mantan kekasihnya yang merepotkan.

Merepotkan perasaannya lebih tepatnya.

***

Naruto hampir gila di buat oleh karyawan-karyawannya yang lambat. Entah bagaimana bisa dia mempekerjakan pegawai pemalas dan tidak kompeten seperti mereka.

Pemecatan pada banyak karyawan bahkan sampai kepala divisi, pemilahan orang-orang yang benar-benar royal pada perusahaan juga perekrutan anggota baru yang lebih bersemangat dan juga berbakat tentunya. 

Dia benar-benar sibuk sampai lupa kapan terakhir kali menyantap makanan.

Naruto bahkan tidak pernah bertemu Hinata, dia sangat sibuk di kantor dan kerap kali lembur.

Sejujurnya Naruto ingin menyerah, namun ketika mengingat wajah cantik Hinata tekatnya kembali bulat. Dia akan memperbaiki diri, mulai dari hal sekecil apapun itu dia akan memperbaikinya.

Dan apa yang terjadi padanya sekarang adalah imbas dari kemalasannya selama ini.

"Nata, aku kangen..." Naruto menatao figura kecil berisi gambar dia dan Hinata jaman dulu. Foto yang pernah mereka ambil di sebuah tempat hiburan. Di sana terlihat wajah Hinata yang begitu sumringah sedangkan Naruto justru terlihat ogah-ogahan.

Naruto mentertawai kebodohannya dahulu. Bidadari seperti Hinata, kenapa harus dia sia-siakan?

"Dasar bodoh!"

Kesal Naruto pada dirinya yang dulu. Tapi tidak berguna karena semuanya sudah berantakan, Naruto hanya bisa memulai dari awal lagi sekarang.

Berusaha sekuat tenaga agar Hinata kembali ke pelukannya. Mengembalikan senyum tulus Hinata serta tawanya yang bahagia seperti sedia kala.

"Tunggu aku ya Nat.."


Tbc____

R e g r e t | Hyuuga Hinata ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang