Naruto bukanlah lelaki yang mau berjuang susah payah untuk seorang wanita. Naruto hampir tidak pernah merasakan namanya berjuang karena selama ini wanita-wanita itulah yang datang kepadanya. Prinsip hidupnya yang kolot membuat pikirannya tidak pernah dewasa.
Dia mencoba berubah demi Hinata namun nyatanya, berubah menjadi lebih baik tidak semudah yang di ceritakan banyak orang. Perlu perjuangan ekstra agar dia bisa menjadi pribadi yang pantas. Naruto muak, mungkin tidak seharusnya dia mati-matian mengejar Hinata yang ahirnya justru membuat dirinya kesal seperti ini.
Naruto memutuskan untuk tidak peduli, mungkin melupakan Hinata adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Hinata juga terlihat sangat marah dan membencinya. Sudah cukup dia mengemis momohon, waktunya mengangkat kembali kepalanya seperti dahulu.
Persetan Ino akan terus mengata-ngatainya, Naruto sudah lelah berekting seperti ini.
***
Hinata datang kembali ke kafe setelah beberapa hari istirahat, gadis itu dengan senyum sumringahnya menyapa beberapa pengunjung juga karyawannya.
"Pagi, Kakak udah sembuh? Kok udah ke sini lagi?" Cerocos salah satu pegawai Hunata, gadis itu segera berlari menghampiri bosnya.
"Udah, lagian bosen di rumah terus.." Hinata membantu mengelap gelas yang tersusun di rak sebelum di gunakan, gadis itu terlihat sangat sehat hari ini. Aura positifnya menyebar hingga membuat karyawannya ikut semangat.
"Jangan sakit lagi ya kak! Kami cemas kalau kakak sakit." Hinata tersenyum dan mengelus kepala Fuu dengan lembut.
"Makasih ya, janji enggak bakal bikin kalian khawatir lagi."
Hinata bersyukur dia punya teman-teman yang peduli padanya, setidaknya Hinata masih punya tempat untuk sedikit mengusir kesepiannya.
***
Sore itu kafe tutup lebih cepat karena beberapa bahan sudah habis, jadi Hinata membiarkan pegawainya pulang cepat hari ini.
Gadis itu tidak langsung pulang, dia pergi menuju minimarket untuk memebeli beberapa stok makanan untuk di apartemennya. Hinata berjalan menyusuri rak buah-buahan, memilih dan memilah buah yang menurutnya enak untuk dia nikmati nanti. Tak lupa dia juga mengambil beberapa cookies coklat juga roti tawar.
Ketika hendak menuju kasir, mata amethyst nya tidak sengaja menangkap sosok Naruto yang juga sedang berdiri menatap dirinya. Entah kebetulan macam apa ini yang jelas Hinata merasa, takdir benar-benar mempermainkannya.
Naruto terlihat terpaku beberapa saat, sepertinya pemuda itu juga terkejut menemukan Hinata di sini. Gadis itu berusaha bersikap senetral mungkin, dia berjalan menuju kasir tanpa menghiraukan Naruto yang juga hendak pergi ke sana. Pemuda itu terlihat menenteng dua botol minuman bersoda di tangannya.
Suasana canggung saat Naruto kini berdiri di belakang Hinata, aroma parfumnya yang khas membuat rasa rindu diam-diam kembali menyakiti Hinata. Omong kosong jika Hinata bisa melupakannya dengan mudah, gadis itu hanya berusaha terlihat baik-baik saja seperti seharusnya.
Naruto berdehem sebentar, berusaha bersikap biasa aja meski dia sedang di landa gugup luar biasa.
Aneh, padahal dia sudah bertekat untuk melupakan Hinata. Lalu sekarang apa?
Kenapa jantungnya berdetak tak karuan seperti ABG labil yang sedang salah tingkah?
Dia bahkan tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.
"Em, beli apa Nat?" Sebaris kalimat pemecah keheningan di antara keduanya yang sedang mengantri. Hinata menoleh lalu melempar senyum palsu.
"Cemilan." Jawabnya singkat lalu kembali membelakangi Naruto.
![](https://img.wattpad.com/cover/302042914-288-k124231.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
R e g r e t | Hyuuga Hinata ✔️
FanficTentang rasa yang tetap utuh tanpa dia sadari, tentang hati yang ternyata kesepian meski banyak hati telah di singgahi. penyesalan yang percuma karena kesalahan dahulu tidak bisa mengembalikan semuanya. a naruhina fanfiction story by MhaRahma18 Ra...