Hinata sudah melihat Naruto lebih dahulu, datang kemari adalah keputusannya dan kembali terluka adalah konsekuensinya.
Mata itu meredup, menatap semangkuk ramen yang uapnya kini mulai berkurang. Entah kenapa selera makan Hinata menghilang begitu saja saat melihat Naruto. Perutnya mendadak mulas tidak karuan. Dia ingin beranjak namun belum sempat dia berdiri seseorang mengambil tempat duduk tepat di hadapannya.
Jantung Hinata berdegup kencang, mungkin saking kencangnya seseorang di hadapannya ini bisa mendengar gemuruh berantakannya.
Hening, Hinata mencoba tenang dengan mengangkat kepala lalu menatap pemuda itu. Pemuda tampan yang kini justru terpaku saat mereka bersitatap.
Sejenak, Hinata menikmati ketetkejutan pemuda itu bersamaan dengan rasa ngilu di hatinya. Dia sudah bertekat, dia siap terluka hingga berdarah-darah lalu sembuh.
Naruto kira keputusannya duduk di tempat itu akan membuat Hinata lari menghindarinya seperti kemarin, namun nyatanya tidak. Gadis itu kini tengah menatapnya dengan sorot mata yang sulit di jelaskan. Naruto kira adegan ini hanya berlangsung beberapa detik namun nyatanya tidak, Naruto sadar dia terpesona pada sorot mata itu. Mata sejuk yang kini kembali menatapnya setelah sekian tahun, dia sadar dia kembali jatuh cinta. Seperti ada yang meletup-letup saat gadis itu tidak berpaling dari tatapannya.
Lidah Naruto kelu, dia bahkan tidak bisa mengucapkan sepatah katapun karena ini semua di luar ekspetasinya.
"G-gue numpang duduk." Pada ahirnya kata itulah yang terucap. Gugup dan gelisah seketika menjalari hati dan jiwanya.
"Silahkan," jawab Hinata yang di iringi senyum manisnya yang terlihat sangat tulus. Lagi, untuk beberapa saat Naruto merasa kesakitan. Rasa sesak dan penyesalan itu kembali menyeruak menyakiti jiwanya yang tengah berapi-api.
Kebodohannya di masalalu membuatnya tersiksa di masa depan.
Gadis itu bisa tersenyum seolah di antara mereka tidak pernah terjadi apa-apa, sedangkan dia sosok yang dulu dengan angkuh meninggalkan Hinata yang sedang menangis kini hanya bisa meratap dan menyesalinya.
Hinata, gadis itu bahkan lebih bercahaya dari berlian termahal yang pernah ia lihat.
Andai Naruto tidak punya rasa malu mungkin detik dimana Hinata tersenyum dengan tulus padanya, Naruto akan segera memeluknya dengan erat. Sangat erat bahkan dia ingin memiliki gadis itu lagi.
Egois bukan?
Ya, Naruto memang se-egois itu.
***
Untuk beberapa saat hanya ada suara keributan para pengunjung yang saling tertawa berbagi cerita bersama teman-temannya. Sejak dulu, tempat ini menjadi tempat paling nyaman untuk orang-orang bercengkrama dengan leluasa dan bebas. Sementara di tempat Hinata dan Naruto berada, hanya ada keheningan yang menyelimuti. Hinata terlihat menikmati makanannya dengan tenang meski kehangatan mie itu terlihat tidak seperti sebelumnya.
Naruto mencoba menikmati makanannya meski itu terasa sangat hambar di lidahnya.
"Permisi, apa aku boleh bertanya?" Pada ahirnya Naruto memilih untuk tidak menyantap makanannya. Ada hal yang lebih membuatnya penasaran setengah mati.
"Tentu saja.." Hinata yang baru saja menyelesaikan makanannya itu langsung mengusap bibirnya dengan tisu dan kemudian menatap Naruto dengan tatapan penasaran.
Benar-benar terlihat seperti orang asing yang sangat ramah. Sial, Naruto justru kian sesak di buatnya.
"Hyuga Hinata, benar itu namamu?" Tanya Naruto dengan ragu-ragu. Mungkin di sini Hinata akan berbohong, atau mungkin nanti dia akan bilang bahwa Hinata adalah orang yang dia kenal dulu. Atau semacamnya karena Naruto yakin, Hinata sangat membencinya.
"Tentu saja aku Hinata, kau fikir siapa aku? Apa kau tidak mengenaliku?" Gadis itu justru tersenyum riang menyambut pertanyaan Naruto. Seolah mereka hanyalah teman lama yang sudah lama tidak berjumpa. Lagi-lagi, gadis itu berbuat di luar ekspetasinya.
"Bukan begitu, aku hanya takut salah orang. Mungkin kau orang lain atau hanya kebetulan mirip_" untuk beberapa saat Naruto menjeda ucapannya. Dia ingin mengatakan sesuatu hal namun dia sadar, dia tidak cukup pantas untuk itu. "Teman lamaku." Ujarnya yang di iringi senyum menawan.
Hinata menggeleng sambil tertawa, seolah apa yang di katakan Naruto itu sangat menggelikan.
"Aku Hinata, Hyuga Hinata. Ternyata memang benar, kau bisa melupakan orang dengan mudah ya... Naruto.." Hinata tersenyum simpul, dia lantas berdiri dari tempatnya dan memutuskan pergi. Meninggalkan Naruto yang mematung di tempatnya seolah baru saja di tampar oleh kenyataan.
Punggung mungil itu menjauh, namun Naruto tidak punya cukup muka untuk mengejarnya.
Dia menjatuhkan dahinya di meja restoran itu, menatap sepatu usangnya yang perlahan lahan mulai basah oleh rintikan air matanya.
"Nata..."
Dia sadar, beberapa tahun kebelakang Hinata bukanlah sesuatu yang berarti dan benar kata gadis itu Naruto dapat melupakannya dengan mudah.
Melupakan atau sekedar mencari pelarian?
Naruto sendiri tidak tau, dirinya terlalu bodoh untuk menyadari hal itu. Dia menganggao kepergian Hinata bukan suatu hal yang berarti padahal kenyataannya. Diam-diam Naruto masih mencari sosok Hinata pada gadis lain yang ia pacari selama ini namun tidak pernah ia temukan.
***
Hinata berjalan menyusuri trotoar dengan pandangan mata yang mulai mengabur oleh air mata. Sungguh, dia hanya berpura-pura kuat di sana. Nyatanya Hinata tidak setangguh itu. Hinata ingin menjerit dan memohon pada Naruto agar dapat kembali seperti dulu namun Hinata sadar, hal itu hanya akan sia-sia. Dia seperti membaca buku yang sudah dia hafal bagian akhirnya. Luka yang sangat dalam dan Hinata tidak ingin mengulanginya.
Andaikan dulu dia tidak lari, mungkin hari ini dia sudah bisa tertawa dan damai dengan dirinya sendiri. Namun apa daya, hatinya yang mudah rapuh dahulu memilih lari dan menghindari ketimbang berdiri tegap melawan semua ini.
Hinata menangis terisak, rasa sakit ini akan dia ingat sebagai pelajaran hidup yang berharga. Bahwa di dunia ini, sekalipun kita sangat mencintai seseorang apa bila cinta itu justru menyakiti mungkin ada baiknya justru di lupakan dan di iklaskan.
Akan ada pelangi setelah badai, Hinata percaya itu.
Tbc__
KAMU SEDANG MEMBACA
R e g r e t | Hyuuga Hinata ✔️
Fiksi PenggemarTentang rasa yang tetap utuh tanpa dia sadari, tentang hati yang ternyata kesepian meski banyak hati telah di singgahi. penyesalan yang percuma karena kesalahan dahulu tidak bisa mengembalikan semuanya. a naruhina fanfiction story by MhaRahma18 Ra...