4.2 Kenapa?

280 44 0
                                    

Kadang Hinata berpikir sambil melamun, merenungi hidupnya yang cukup rumit ini. Adakah segalanya masih kurang sulit di mata Tuhan hingga ia masih terus mengujinya?

Hinata ingin menyerah namun dia tidak tau, akan jadi apa dia nanti ketika memilih pasrah dan tidak berbuat apapun.

Hinata tidak ingin kalah oleh kehidupan yang serba pahit ini.

Gadis itu menghela nafas ketika melihat ponselnya kembali berdering. Lagi-lagi panggilan itu datang dari-nya. Hinata membiarkan saja panggilan itu tanpa niatan untuk mengangkat atau merijeknya. Nanti pasti pemuda itu lelah dengan sendirinya.

Bermenit-menit telah terlewati dan panggilan telepon itu justru kian memekakan telinga. Hinata muak, dia merijek panggilan itu dan kemudian dengan cepat jarinya mengetikkan pesan singkat.

'Gue samperin ke kantor lo sekarang, gue gak mau urusan kita makin panjang.' 

Gadis itu lantas melempar ponselnya ke kasur. Dia mengacak rambutnya kesal.

***

Naruto menghela nafas pasrah, sudah sekian kali dia menghubungi nomor Hinata namun ternyata nihil, nomor itu selalu sibuk dan tidak dapat di hubungi. Mungkin Ino menjahilinya, nomor itu bukan milik Hinata.

Lihat saja gadis itu, Naruto pasti akan memberinya pelajaran.

Berani- beraninya dia menipu bosnya. Padahal Naruto sudah memohon bahkan memelas namun lihat balasan gadis itu, sungguh tidak tau diri.

Lelah dengan hal itu Naruto memilih untuk menyambung kembali tidurnya. Hari ini dia berangkat siang jadi ada banyak waktu untuk tidur di rumah. Sedikit melepas lelahnya setelah terus menerus bergulat dengan pekerjaan membosankan.

***

Hinata berjalan anggun melewati koridor kantor yang sangat familiar untuknya itu. Bahkan di sini dia cukup di kenal, tidak butuh banyak pertanyaan untuknya jika ingin mendapatkan akses masuk kemari.

Gadis itu langsung melenggang menuju ruang kepala cabang, dia ada urusan dengan lelaki itu. Tanpa banyak bicara Hinata langsung memasuki ruangan yang cukup sepi itu. Membuka pintu itu cukup kasar namun hal itu tidak mengejutkan seseorang yang ada di dalam ruangan itu.

Hyuuga Neji. Kepala cabang di salah satu perusahaan raksasa milik keluarga Hyuuga. Dia kakak sepupu Hinata, temannya sejak kecil sekaligus sosok yang menemaninya di saat pelariannya enam tahun dari Naruto.

Hinata kira Neji adalah saudaranya, Neji adalah sosok yang bisa dia percaya untuk melindunginya. Namun ternyata itu semua omong kosong. Neji adalah pria rakus yang diam-diam mengambil celah di tengah kerapuhannya.

Hinata tau dia punya saudara jauh namun tidak satupun dari mereka yang pernah menunjukan eksistensinya di kehidupan Hinata kecuali Neji sang Kakak. Itulah kenapa Hinata lebih terlihat seperti sebatang kara daripada gadis yang punya keluarga.

Hinata punya warisan yang di tinggalkan orang tuanya, asuransi, dan masih banyak aset atas nama dirinya yang sebagian besar di kelola oleh keluarga mendiang Ayahnya. Hinata tidak ambil pusing, selagi dia mendapat kiriman yang cukup dan bisa bersekolah dia tidak akan protes.

Hingga suatu hari yang pehit itu kembali teringat olehnya. Hari dimana dia merasa hidupnya sangat hancur dan berantakan, tidak ada satupun manusia yang bisa dia percaya di sini kecuali dirinya sendiri.

Neji yang dia kira saudara dan satu satunya orang yang peduli padanya ternyata tidak lebih dari lelaki rakus. Hari itu Hinata melihat dengan matanya sendiri saat dimana dia sedang bercanda ria dengan kekasihnya.

"Gue bakal buat Hinata jatuh cinta sama gue lalu menikah, gue yakin gadis itu gak cukup pintar buat ngolah semua aset peninggalan orang tuanya jadi aset itu semua bakal jadi milik gue." Ujarnya dengan pongah.

R e g r e t | Hyuuga Hinata ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang