4. Ini Bukan Elu, Lin

88 18 0
                                    

Tetap bertahan setelah kecewa beberapa kali. Aku ini setia atau bodoh ? - Ndl

***

"Jadi gimana Lin, sefrekuensi, like a mirror, kembar, prik berdua, yang katanya tulus bangettttttt, bla bla bla" ucap Keisya bernada meledek untuk menghibur Mahalini yang kini sedang menangis.

"Apaansih Kei" Mahalini menoleh sembari memukul pelan lengan Keisya yang sedang menyetir.

Mugkin Keisya sudah terlalu bosan melihat Mahalini menangis tak berkesudahan sejak keluar dari restoran tersebut.

"Bentar ah, gw mau ke Alfa mau beli minuman dingin, aus nenangin orang nangis" tanpa mengunggu balasan, Keisya langsung meminggirkan lalu memakirkan mobil di depan minimarket yang dimaksud.

"Mau nitip apa?" Mahalini tak menjawab hanya menggelengkan kepalanya.

"Oke" Keisya langsung turun dan membeli minuman yang ia inginkan.

Ketika Keisya turun, Mahalini menunduk dan bertumpu pada dashboard mobil lalu menangis sejadi-jadinya. Kembali terulang, ia memergoki sang kekasih berkencan dengan wanita lain.

Mahalini mendongakkan kepalanya masih dengan air mata berlinang dipipinya. Ia tak sengaja melihat pemandangan seorang lelaki yang sedang menggendong bayi perempuan juga sembari memberikan makanan kepada kucing-kucing yang kelaparan.

Seketika tangisnya terhenti, ia pun tak tahu kenapa tangisnya terhenti. Terlalu lelah menangis pikirnya.

Tak lama Keisya masuk ke dalam mobil dengan belanjaan yang sudah ia beli. Ia tersenyum melihat Mahalini berhenti menangis bahkan tersenyum hangat memandang pemandangan didepannya.

"Udah selesai nangisnya ?" Ucap Keisya yang menyadarkan Mahalini.

Mahalini menghapus sisa air mata di pipinya lalu mengalihkan pandangannya.

"Liat apa?" Keisya ikut memandang arah pandangan yang Mahalini lihat.

"Oh orang itu" Keisya melihat lelaki yang berkemeja putih yang juga ia lewati tadi.

"Lucu ya Kei cowo itu, gendong anaknya sambil kasih makanan ke kucing-kucing"

"Iyaa" Ucap Keisya menghiraukannya lalu mengambil sesuatu untuk Mahalini.

"Nih coklat buat lo, kali aja bisa naikkin mood" Keisya melemparkan coklat yang ia beli tadi.

Terkesan kasar memang tapi itulah cara Keisya menenangkan hati sang sahabat. Ia sebetulnya sedih melihat sahabatnya sering disakiti oleh sang kekasih. Tetapi ia tidak mau menunjukkan kesedihannya itu.

Mahalini mengambil coklat yang berada di pahanya lalu menatap Keisya. Keisya selalu begitu. Bisa memahami tanpa harus meminta untuk dipahami. Tiba-tiba Mahalini memeluk Keisya erat.

"Makasih yaa, ibu dokter Keisya yang gengsian banget, suka ngeledek, padahal peduli bangett"

Keisya yang terdiam dalam pelukan hampir saja mengeluarkan air mata namun ditahannya karena "gengsi" yang bersarang.

"Ada ga sih elu versi cowok nya? Yang care tanpa harus diminta" Mahalini melepaskan pelukannya.

"Dih minta-minta, kelarin dulu sama yang sekarang Bu Dokter Mahalini" Ucap Keisya sembari bersiap untuk kembali menyetir.

"Iya ya, gw gatau lagi Kei harus gimana lagi"

"Terulang lagi Kei, untuk kesekian kalinya" ucap Mahalini menunduk dan berusaha membuka coklat.

Because I Love You, That's it.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang