d u a

2.7K 182 33
                                    


Kini tuan park dan Jay beserta para bodyguard yang setia mengiringi langkah cepat Jay memasuki rumah bak istana tersebut.

Dengan langkah paling depan ada tuan park yang berjalan dengan angkuhnya.

"Papa bener-bener keterlaluan, udah bikin Jia malu di depan orang banyak" celetuk Jay menatap punggung ayahnya dari belakang dengan tatapan penuh amarah

Mendengar anaknya mengatakan itu membuat tuan park menoleh ke belakang.

"Papa rasa itu pantas di dapatkan buat gadis miskin itu, bisa-bisanya dia tidak memiliki rasa malu bersanding dengan keluarga ku" ucap tuan park penuh dengan remehan yang menuju ke Jia.

Sebagai pacar dari Jia, Jay yang mendengar itu sangat tidak terima.

"Papa gak usah selalu ngerendahin Jia terus, papa gak tau seberapa besar kerja keras Jia buat ngehidupin dirinya sendiri, aku yakin perempuan dia luar sana gak bakal mau kerja kasar seperti Jia".

"Lalu apa yang kamu harapkan dari papa?, Bersimpati kepada keadaan yang di jalani Jia?"

"Setidaknya papa masih punya hati buat jaga lisan papa di depan Jia, hargai dia pah"

"Untuk apa papa menghargai Jia? Dia bukan orang penting yang harus papa hormati dan hargai" setelah mengatakan itu tuan park berjalan kembali menuju ruangan biasa ia bekerja.

Jay masih terdiam di tempat, ia tak menyangka ayahnya benar-benar tak memiliki hati nurani.

"Jayie" panggil seorang wanita lumayan berumur dari arah tangga.

Itu adalah ibunya jay, walaupun usianya sudah tak muda lagi namun wajahnya tetap cantik tak termakan oleh umurnya.

"Mamah" ucap Jay tersenyum menghampiri ibunya.

Jay memeluk ibunya dengan erat, dirinya melemah jika bersama ibunya.

Karena ibunya paling tau soal dirinya dengan ayahnya yang selalu bertengkar.

"Kenapa lagi? Papa labrak kamu sama Jia, iya?" Tanya ibu Jay lembut sembari mengusap punggung anaknya semata wayangnya.

Jay hanya mengangguk menanggapi ucapan ibunya, ia benar-benar tak bisa berkata-kata lagi.

"Tenang nak, ada mama yang selalu dukung kamu sama Jia disini" ucap ibu Jay.

Dan itu membuat Jay senang, karena selama ini yang selalu mendukung hubungan nya dengan Jia hanyalah ibunya.

"Makasih mah, mama udah jadi suporter setia buat aku"

"Tentu nak, mama bakal selalu dukung kemauan anak mama satu-satunya ini"

Jay saat ini lumayan tenang, tapi tidak jika ia mengingat Jia yang sekarang pasti sedang menangis di cafe.

°°°

"Udah Jia, jangan nangis" karu mencoba menenangkan Jia dari isakan tangisnya yang tak pernah berhenti sejak kejadian tadi.

"Aku capek ru, aku tau aku emang orang miskin gak bakal se-level sama Jay yang notabene anak orang kaya, apalagi papanya bos aku"

"....aku ngerti perasaan tuan park pas anaknya pacaran sama orang miskin Kaya aku pasti dia ngerasa terhina"

Karu ikut merasakan sesak di dadanya ketika melihat Jia yang terus menyalahkan dirinya sendiri.

"Syutt, udah jangan ngerasa kamu paling buruk dan gak pantes Jia. Kalo takdirnya emang kalian nanti jodoh, tuan park juga bisa apa?" Ucap karu mencoba membuat Jia sedikit tenang dengan ucapan nya.

"Gak usah bohongin aku ru, kamu ngomong kaya gitu biar aku gk sedih kan" Isak Jia sembari mengelap air matanya dengan punggung tangannya.

"Terus kamu mau sedih terus?, Sampe kapan Jia?" Karu semakin dibuat pusing oleh Jia.

"Kayanya aku mau jauhin Jay aja ru..."

°°°
"Senyum Jay" pinta tuan park ketika melihat wajah anaknya itu sangat datar dan dingin.

"papa gak mau liat muka kamu  kaya begitu pas ketemu keluarga Karina"

"Gak, Jay bakal tetep kaya gini".

"Jay, jangan bikin papa marah lagi sama kamu"

"Terserah" ucap Jay sinis.

"Udah pah ayo, kasian keluarga Karina nanti kelamaan nunggu kita" ajak mama Jay, sengaja mengalihkan suasana yang tak enak antara suami dan anaknya itu

Kini ketiganya sudah memasuki mobil Hitam milik tuan park.

Sesampainya di restoran tempat keluarga Park dan keluarga Karina membuat janji.

"Wah selamat malam James park" sambut seorang pria yang seumuran dengan tuan park, yaitu tuan Lee Seung gi. Ayah dari Karina.

Wanita yang di jodohkan oleh Jay.

"Malam, wah apakah kami membuat kalian menunggu?" Tanya tuan park ramah, tak seperti biasanya yang penuh emosi.

"Tentu saja tidak park, kami juga baru datang haha, duduk duduk" ucap tuan Lee mempersilahkan tuan park untuk duduk.

"Duduklah Anne park" ucap nyonya Lee jiah, istri dari tuan Lee Seung gi.

"Ah iya" ucap nyonya Park.

Jay masih berdiri menatap malas seseorang yang berada di depannya, yang menatap nya dengan tatapan berbinar, siapa lagi kali bukan tatapan dari Karina.

Menurut Jay terkesan centil, Jay tidak suka itu.

"Duduk sini Jay" ajak Karina antusias, Jay masih diam tak menggubris Karina.

Tuan park nampak tak suka ketika melihat respon dari Jay.

"Jay..." panggil tuan park pelan, Jay yang mengerti ayahnya mengkode dirinya untuk menurut dengan permintaan Karina.

Mau tak mau Jay nurut, ia terpaksa semua yang ia lakukan ini terpaksa, ingat.

"Jay pasti sangat canggung ya" ucap tuan Lee.

"Pastinya, namanya juga anak muda" ucap tuan park menimpali.

"Hai Jay, apa kabar" sapa Karina ketika Jay baru saja duduk di bangku sebelah gadis itu.

"Baik" ucap jay seadanya.

Kini gadis itu terus menatap Jay dengan berbinar, benar-benar seperti tatapan memuja.

Jay sebenarnya risih di tatap seperti itu, rasanya ia ingin menyentak gadis di sebelah nya itu karena menatap nya seperti itu. Benar-benar tidak nyaman sekali.

Tak lama setelahnya semua menu makanan di restoran tersebut tersaji di meja makan.

"Biar aku aja yang nyiapin buat Jay" pinta Karina kepada waiters yang hendak menaruh nasi ke piring Jay.

Kini gadis itu dengan senyumannya yang tak pernah luntur dengan antusias nya menyiapkan makanan untuk Jay.

"Udah cukup" pinta Jay saat Karina menyendokan beberapa centong nasi ke piring nya.

Yang benar saja Karina memberikan Jay porsi kuli seperti itu.

"Mau lauk apa Jay?" Tanya Karina.

"Apa aja, asal jangan sayur" ucap Jay dingin.

"Wah sepertinya kalian sudah cocok, bagaimana kita nikah kan mereka segera?" Celetuk tuan park.

Karina sudah senyum-senyum kesenangan mendengar ucapan tersebut.

Jay hanya diam dan tak perduli sama sekali, bisa dilihat keluarga Lee dan keluarga Park nampak gembira.

Tapi Jay bisa melihat ibunya yang menatapnya dengan tatapan teduh, karena hanya ibunya lah yang mengerti perasaan dirinya.

"Dimakan Jay, jangan ngelamun" ucap karina pelan.

Tentunya semuanya langsung sibuk makan, suara dentingan sendok dan garpu menghiasi meja makan malam itu.[]






















TBC

Pgn nya tuh aku update book ini tuh sehari 2 chapter gtu, cuma klo kaya gitu nanti cepet end nya ini book ㅠㅠ.

Jadi satu-satu aja deh biar lama end nya🌝

UNSTOPPABLE | JAY  [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang