004) Rasa yang hadir

732 72 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

( Sudah direvisi )

Siang ini Aina sedang berbaur dan mencoba akrab dengan teman-teman sekamarnya, ingat waktu mau ke pesantren dia membeli karya-karya milik anak-anak dijalanan? Aina bahkan membagikan nya ke seluruh teman sekamarnya dan teman sekelasnya, ia juga ingin memberikan karya-karya yang ia beli pada keluarga Kyai, tapi Aina masih belum tau kapan mau kesana.

Perasaan nya begitu membuncah sekarang, teman-temannya begitu asik, Aina juga mendaftar sebagai santriwati jurusan menjahit di SMK pesantren, ia akan memulai hidup yang produktif di pesantren, dan juga Aina mengambil ekstrakurikuler memanah, melukis kaligrafi, renang, dan juga jadwal piket di ndalem.

Beberapa temannya heran karna ia mengambil cukup banyak kegiatan di pesantren padahal ia masih seorang santri baru disini.

Aina ingin ada yang bisa ia banggakan pada anak-anaknya nanti, ia juga ingin bisa memberikan ilmu yang ia tau pada orang lain.

Saat tengah berbaur dengan teman-teman sekamarnya, tiba-tiba terdengar ketokan pintu dari arah luar, Manda bangkit dan membuka pintu, menemukan seorang santriwati sedang berdiri didepan kamar.

"Assalamualaikum ukhti Manda, saya dapat amanah dari ummi Aya jika ummi memanggil santriwati bernama Aina untuk segera kendalem, kalau begitu saya pamit dulu ukthy Assalamualaikum." Santriwati tadi langsung pergi begitu mengucapkan salam, padahal Aina sudah mau keluar karna mendengar namanya disebut.

"Kenapa ummi suruh aku ndalem ya man?" Manda menggeleng karna dia benar-benar tidak tau.

Dengan masih memandangi kepergian santriwati tadi, Manda lalu menoleh pada Aina, "Hm, mungkin ada sesuatu yang penting na, udah sana pigi kau," usir Manda, jangan berpikiran buruk dengan cara bicara Manda, perempuan itu berasal dari Medan oleh sebab itu logatnya agak khas dari sana.

Aina menggangguk, ia berpamitan dengan teman sekamarnya dan langsung ke ndalem seperti yang diucapkan santriwati tadi.

Aina sampai di ndalem setelah lama berjalan dari asrama putri yang berseberangan dengan ndalem, ia melangkahkan kakinya di beranda ndalem dan hendak mengetuk pintunya namun urung.

Aina terdiam dengan tangan kanan yang sudah ia turunkan, ia menghela nafas, bukankah hanya mengetuk pintu? Kenapa ia segugup ini.

Setelah memberanikan diri, Aina mengetuk pintu ndalem dan tidak mendapatkan hasil, ia sedikit mengintip dari jendela ndalem, namun kegiatan Aina itu terhenti kala seseorang memergokinya.

"Sedang apa kamu disini?"

Aina menoleh kesamping, pintu ndalem terbuka bersamaan dengan keluarnya--

"Loh, kenapa ada Gus Kahfi disini." Tubuh menjulang tinggi itu Aina lihat, ia memundurkan langkahnya karna aroma maskulin milik Gus Kahfi tercium oleh indra penciumannya.

Tatapan setajam silet milik lelaki itu membuat Aina lagi-lagi mengusap bulu tangannya yang merinding, kenapa setiap berhadapan dengan lelaki itu, Aina selalu merinding ya?

"Gus Kahfi kayak kuyang ya, eh atau jelangkung, tiba-tiba datang tanpa diundang," Aina menutup mulutnya segera begitu mendapati tatapan Gus Kahfi yang tajam dan galak dilayangkan padanya.

"Aduh Aina, kamu ngapain sih bilang kayak gitu, ini mulut emang minta digergaji ih yaallah," Aina melirik-lirik sekitar asal tidak melihat mata Gus Kahfi yang tajam seperti mata elang yang siap memakan mangsanya.

Seindah Takdir Dari Allah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang