0031. Perjalanan yang tertunda

305 14 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

—tulisanriri—

Dialog Aina dan Kahfi beberapa hari yang lalu, tentang perjalanan keduanya yang akan melakukan perjalanan ke Turki, masih membekas hingga hari ini. Pemberian tiket dari Kahfi membuat Aina terus memasang senyum gembira, setelah beberapa waktu lalu ia melakukan perjalanan ke luar negeri pertama yaitu ke Mekkah dan Madinah, kini ia akan melakukan perjalanan luar negeri lagi.

Mood swing Aina yang tengah hamil muda juga membuat perempuan itu selama beberapa hari ini tak terlihat badmood sama sekali.

Dan hari ini, adalah kedua kalinya Aina menginjakkan kakinya di lantai pesawat, yang saat ini sedang terbang di atas ketinggian Samudra Hindia.

Pesawat ini akan membawa penumpang dari Bandara Blang Bintang Banda Aceh menuju bandara internasional Istanbul Havalimani, salah satu bandara internasional di Turki.

Kenapa negara Turki yang menjadi pilihannya Kahfi? jawabannya karna Kahfi sejak dulu sudah berandai ingin datang ke negara Turki namun baru kesampaian hari ini.

Kahfi juga mengidolakan seorang sastrawan ternama dunia yang berasal dari Turki, Jalaluddin Rumi yang terkenal dengan kalimat-kalimat sastranya.

Perjalanan ini terasa lebih menyenangkan karena ada Aina dan Kai, dua semestanya Kahfi

Selain mengidolakan Jalaluddin Rumi, Kahfi juga sangat ingin menyinggahi tempat bersejarah di Turki seperti Blue Mosqu Dan Hagia Sophia, dua bangunan terkenal dan bersejarah di Turki.

Pokoknya banyak sekali list tempat di Turki yang ingin ia datangi ketika sampai disana.

Didalam pesawat yang sedang terbang diatas Samudra Hindia yang membentang luas dibawah, Ada Kai yang sedang asik melihat awan-awan yang bertebaran di sekeliling pesawat, terlebih ini kali pertamanya Kai naik pesawat.

Sorot mata yang berbinar dengan gigi susunya yang tak berhenti tersenyum itu menjadi pandangan mata  oleh Kahfi dan Aina. Keduanya senang karna Kai tidak rewel dan tidak merasakan mual pesawat

Dengan kamera baru yang diberikan oleh Hyung Azhar—adik abinya, Kai sudah memotret puluhan foto, timbullah keinginannya untuk menjadi pilot seperti pilot dipesawat ini.

"Ummiii, Kai punya cita-cita baru loh. Mau jadi pilot tau, biar nanti bisa bawa Ummi sama Abi jalan-jalan keliling dunia!!" Dengan intonasi suara yang terdengar bahagia, Kai mengungkapkan cita-cita barunya pada Aina, padahal sebelumnya ia memiliki cita-cita ingin menjadi pemadam kebakaran.

Kahfi tersenyum pada Kai, "bukannya kemarin cita-cita anaknya abi mau jadi pemadam kebakaran, mau jadi chef juga di restoran nya Abi, kok sudah nambah lagi nak?"

Seperti anak-anak yang baru diberikan makanan manis, Kai tersenyum menampakkan gigi susunya sambil memasang wajah gembiranya.

"Kata Neneya, apapun cita-citanya selagi mulia, boleh kok Abi, kata Neneya juga kalau misalnya Kai tidak bisa mendapatkan cita-cita yang pertama, masih ada cita-cita lainnya, yang terpenting Kai mau terus berjalan dan berusaha di jalannya Allah." Kahfi dan Aina tertegun dengan ucapannya Kai, seorang anak kecil yang bahkan masih kelas 2 SD ini,  sudah pintar berkata-kata bijak seperti itu.

"Bener, apapun cita-cita Kai nanti Abi sama ummi pasti dukung kok, selagi cita-cita halal dan Kai harus terus berdoa dan berusaha semampu Kai ya nak." Kahfi tersenyum hangat, dibalas juga oleh senyuman manisnya Kai yang akan Kahfi pastikan bahwa senyum itu akan terus terlihat.

"Tapi Abi, Kai mau nyelesain hafalan 30 juz Kai dulu baru Kai masuk sekolah pilot ya Abi, soalnya setelah dipikir-pikir Kai mau jadi hafiz Qur'an terus jadi pilot aja Abiii." didikan Kahfi memang tidak pernah salah, ketika menemukan Kai beberapa tahun silam, Kahfi masih berada di akhir sekolah menengah atas, namun ia berhasil mendidik Kai menjadi anak Sholeh walaupun ia tak mengasuh Kai di rumah namun hanya sesekali datang ke Panti.

Seindah Takdir Dari Allah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang