Flashback
London, 31maret 2013
pagi itu saat musim semi, mentari cerah menghangatkan tubuhku, udara sejuk membelai lembut kulitku, bunga bermekaran menghiasi negeri. Aku bersantai di bawah pohon rindang sembari memainkan biola, terhanyut oleh setiap nada yang dihasilkan oleh alat musik ini.
Ketika aku memainkan nada terakhir, seseorang dibelakangku bertepuk tangan, lantas, ini membuatku terkejut dan menoleh.
Pemandangan yang entah bagaimana sempat hilang dari memoriku. Seorang pemuda berambut pirang dan mata Scarlet indah yang dihiasi dengan bulu mata yang menawan, senyum tulus menghasilkan lesung pipi diwajahnya, membuat dirinya terlihat manis.
"Ah maaf sepertinya aku membuatmu terkejut, permainan biola mu begitu indah," ucapnya.
"Salam kenal, aku William, kau detektif Sherlock Holmes bukan?" lanjutnya.
"Yo! salam kenal juga, boleh ku panggil Liam?" jawabku saat itu.
"Tentu saja, kenapa tidak," Ia menjawab dengan senyuman.
kami membicarakan banyak hal mengenai sebuah teori, tindak kriminal di negeri ini, dan juga cara kami menganalisis. Kami membicarakan banyak hal itu sembari berkeliling menikmati indahnya musim semi.
"KYAAAA!!"
Kami terkejut setelah mendengar seseorang berteriak, kami pun berlari menuju asal suara. Suara itu berasal dari salah satu gang sepi, seorang wanita muda ketakutan melihat mayat berlumuran darah tergeletak di depannya.
Kami pun menganalisis kasus itu bersama-sama hingga tak terasa jam sudah menunjukan pukul 1 siang.
"Hoo... jadi begitu," ucapku saat itu.
"Kau sudah tahu penyebab kematian ini?" Tanyanya.
"Yah, dia dibunuh, namun pelaku menyembunyikan pembunuhannya dengan membuat kematiannya seolah olah karena bunuh diri, tapi soal tempat si pelaku bersembunyi aku kurang yakin alias hanya dugaan sementara," jelasku.
"Kau memang detektif yang hebat." Dia tersenyum, namun senyuman itu entah mengapa membuatku merasa sedikit aneh dan janggal.
"Terimakasih Liam," ucapku.
"Sama sama," balasnya.
"Ngomong ngomong sherlock, aku harus kembali, aku ada jadwal dengan kampusku," ia melanjutkan.
"Ah ya, ini untukmu." Ia memberikanku sebuah kotak dengan hiasan benang rajut berwarna merah.
"Apa ini? Kenang kenangan?" tanyaku.
Ia hanya tersenyum mendengar pertanyaanku
dan berkata, "Tolong simpan baik-baik, sampai jumpa sherlock, senang bisa bertemu denganmu.""Aku juga senang bisa bertemu denganmu, berdiskusi denganmu, menyelesaikan kasus denganmu, semua terasa menyenangkan, sampai jumpa Liam!" ucapku sembari melambaikan tangan.
Flashback end
Setelah mengingat kembali momen indah yang selama ini sempat terhapus dari memoriku, tanpa disadari air mataku mulai membasahi pipiku.
"Astaga... Kenapa akhir-akhir ini aku menjadi sangat cengeng seperti anak kecil.""Liam..." ucapku lirih sembari memegang kedua boneka itu.
"aku ingat, saat itu kau memberiku kenang-kenangan dalam sebuah kotak dengan hiasan rajut benang yang ternyata selama ini ku pakai untuk menguncir rambutku," jelasku pada diriku sendiri dan melanjutkan, "konyolnya hal sepenting ini sempat hilang dalam ingatanku."
...
Esoknya saat pagi hari, aku pergi ke sekolah bersama John seperti biasanya, saat ini fokusku dalam belajar mulai teralihkan dengan rencana yang akan kulakukan, guru terus saja menegurku karena aku tidak memperhatikannya, bahkan hukuman seperti mengambil barang dari gudang pun diberikan padaku.
"Bukankah hukuman ini benar-benar sudah melewati batas tch," gerutuku. Aku membawa barang yang ingin digunakan untuk praktik dari gudang.
"Huh, tersisa satu benda lagi, matras." Saat aku ingin membawa benda terakhirku, aku tak sengaja menjatuhkan sebuah buku.
"Buku apa ini?" tanyaku penasaran. Akupun membuka halaman buku itu secara acak dan aku terkejut dengan 2 hal.
Pertama, buku ini adalah peta lama, dengan warna hitam putih dan sudah agak luntur.
Kedua, halaman pertama yang kubuka ternyata menunjukan sebuah kota Durham dengan banyak robekan koran terselip di halaman tersebut.Aku benar benar sangat penasaran dan menyusun kembali robekan itu seperti puzzle. Namun, saat selesai ku susun, ternyata robekan koran ini tidak lengkap, terdapat 2 bagian dari koran tersebut yang bolong, sehingga aku tidak akan bisa membaca seluruh informasi dari koran itu.
Mataku melebar sebagai respon dari otak atas informasi yang kubaca dan kucerna.
"Reine tees village, desa kecil makmur yang kini telah terkena musibah karena--" aku tak bisa melanjutkan membacanya karena robekan yang telah hilang.'Ini gawat' itulah perkataan yang langsung ku ucapkan dalam hati setelah melihat gambar desa Reine tees tempat Liam tinggal terlihat hancur lebur.
Suasana gudang yang redup, lembab, sempit dan pengap menyelimuti pikiranku yang sedang sangat kacau, kakiku lemas, mulutku membisu.
Kriiing!
Suara bell sekolah berbunyi menandakan jam istirahat dimulai, suara itu menyadarkan pikiranku yang sedang kacau. Akupun bergegas membawa tasku dan menyusup keluar dari sekolah ini seperti seorang penjahat yang melarikan diri dari penjara.
KAMU SEDANG MEMBACA
sherliam × Kimi No Nawa (Your Name)
RomanceCrossover Mtp × your name (AU) Sherly terbangun dari tidur dan mendapati dirinya berada di sebuah bak mandi yang terisi oleh air, yang lebih mengejutkannya lagi "aku berada di tubuh orang lain