"Sherlock, aku senang kau mengunjungiku, terimakasih," ucapnya sembari tersenyum.
Akupun menampar pipiku berkali kali karena kebingungan dengan suasana yang mendadak seperti ini.
"Sherlock kau kenapa?" tanyanya bingung dan tertawa kecil.
"Ah emm... Itu..."
"Sherlock boleh ikut aku sebentar," ia mendatangiku menggenggam tanganku dan menuntun diriku ke suatu tempat.
Tentu saja aku terkejut dan gelagapan ini benar benar diluar dugaanku, aku memang ingin dia selamat walau menurut hipotesisku keselamatan warga hanyalah 10% dan jika warga itu selamat tidak mungkin masih berada di tempat yang tak layak huni seperti ini.
saat ini ia menggenggam tanganku, aku tidak pernah sekalipun melakukan kontak fisik dengannya, aku berniat memeluknya untuk melepaskan rinduku, namun aku mengundurkan niatku.
"Liam, ngomong ngomong kita ingin ke mana?"
"Tenang sherlock, tujuan kita hampir dekat," ucapnya tersenyum padaku.
"Nah sampai," ucapnya ketika kita sampai di sebuah bukit dekat desa, sehingga kami bisa melihat seluruh daerah dari desa ini.
mataku terbelalak kaget melihat kawah besar yang terbentuk, luasnya hampir 3/4 luas desa. Tidak banyak yang tersisa, yang kulihat disini hanyalah sebuah gereja dengan kuburan salib yang begitu banyak di bukit ini.
"Kalau tidak salah dulu pak Jack pernah mengajakku ke tempat ini untuk mengunjungi makam orang tua kalian," ujarku.
"jadi itu titik bentur meteornya ya? Jujur liam aku benar benar senang karena kau selamat," lanjutku sembari menoleh pada Liam, kulihat ia menangis disampingku. Sakit, itu yang kurasakan saat melihatnya menangis.
"Liam!?" Aku sontak memegang pundaknya.
"Sherlock, maafkan aku," ia berkata sembari mengusap air matanya, ia pun berjalan menuju sebuah makam bertuliskan namanya, kedua saudaranya, dan juga pengasuhnya pak Jack.
Dan di saat itulah aku yakin bahwa dirinya tidaklah nyata.
"Liam, jadi kau ini hanya imajinasiku," aku berkata yakin di depan dirinya dan makamnya.
"Sherlock, jangan bicara seperti itu!" ia menatapku dengan sedih dan marah.
"Hei Sherlock, apa kau ingat saat itu kita pernah berdiskusi tentang paradoks, aku yakin diriku yang kau lihat ini mungkin ada karena kita memiliki hubungan batin," jelasnya dan melanjutkan, "walaupun aku tidak ada di dunia, aku tetap bersama denganmu, jiwa kita tetap saling terhubung."
Aku melihat bayangan itu dengan jelas berdiri didepanku, matanya terlihat meminta tolong, aku tahu dia ini tidak nyata, dia hanya perwujudan dari batinku sendiri. Tubuhku semakin lemas, aku tidak sanggup berdiri, rasnya sakit sekali, sesak sekali.
"Liam! Jangan berkata seperti itu, mungkin kita masih ada kesempatan, aku berjanji akan menyelamatkan semuanya."
"Sherlock, tolong." Kulihat dia dengan jelas menangis dan meminta tolong tepat di depan diriku. Aku ingin meraih dan memeluknya, tapi nihil, aku tak bisa menyentuhnya, alhasil akupun terjatuh di depan makam Liam dan terbentur benda menonjol yang sangat keras.
Awalnya kukira aku terbentur oleh batu ternyata itu adalah sebuah tulang tengkorak, bagimana bisa tulang seperti ini berada di permukaan, yang kurasakan saat itu adalah rasa sedih, takut dan terkejut, kepalaku benar benar pusing, aku tak sanggup berpikir jernih lagi. Pandanganku mulai meredup dan tak sadarkan diri.
...
"AARGH," aku berteriak dan terbangun dari tidurku.
"Apa? Jadi semuanya cuma mimpi!?" ujarku.
"Tunggu dulu!? HAAAAH!? aku, aku kembali ke tubuh Liam!?" ujarku tak percaya. Akupun memegangi wajahnya, tubuhnya- ehem, lupakan.
"INI NYATAAA!?" aku berteriak tidak percaya dan menangis."KAKAK!? Kakak baik baik saja? Apa yang terjadi? Kenapa kakak menangis?" tanya Louis membuka pintu kamarku, wajahnya begitu cemas.
"Louis... Louis, adikku..." ucapku lirih sembari melompat dari kasur dan memeluk Louis. Louis hanya memasang ekspresi bingung.
"Kakak pulang dari London bertemu seseorang kenapa tiba-tiba jadi seperti ini?" tanyanya.
"Eh?" Akupun melepaskan pelukanku.
"Karena jadwal kakak hari ini libur, kakak meminta izin kami untuk pergi ke London dengan alasan ingin bertemu teman kakak," jelas Louis.
"Tunggu ini tanggal berapa?" tanyaku.
"1 April, bagaimana kakak lupa, ini kan hari ulang tahun kakak," jawab louis.
Aku berpikir sejenak, kalau tidak salah 1 April 2013 di pagi hari Liam mengunjungiku dan memberikanku sebuah kenangan, aku kemudian melihat jam dinding di sana menunjukan pukul 04.30 petang.
"Ah tidak, gawat." Aku memegang kepalaku
"Kenapa kak?" tanya Louis.
"Louis cepat pergi dari kota ini! Kau tahu komet yang akan muncul nanti malam, itu akan memiliki pecahan meteor yg akan membentur desa ini," jelasku.
"Kakak, sepertinya kakak harus istirahat," sarannya.
Tch mau dijelaskan bagaimanapun juga tidak akan ada yang percaya, percuma. Komet itu akan membentur bumi pukul 8 malam waktunya hanya sekitar 4 jam kurang, MANA SEMPAT KEBURU TELAT. tidak! Aku sudah berjanji akan menyelamatkan Liam dan warga disini.
Akupun bergegas menghampiri sahabat Liam: Bond, herder dan Moran menurut pengamatanku selama berada di tubuh Liam, mereka memiliki kemampuan dibidangnya masing masing.
Bond, ia penyelinap yg ahli dan juga memiliki kelincahan yang tiada tandingnya.
Herder, walau matanya agak rabun dia mampu menguasai teknik komunikasi dan mesin.
Moran, pria kuat yang menguasai teknik dalam membidik, dan pengamatannya yang sangat jeli.waktunya hanya tersisa 4 jam kurang, tidak ada cara lain selain menggunakan rencana darurat, yaitu menggunakan cara yang mungkin akan sedikit kotor.
Aku menelepon mereka dan meminta mereka untuk secepatnya datang ketempat yang sudah ku tentukan karena ini keadaan yang sangat gawat.
Aku menceritakan kejadian yang akan menimpa desa ini pada mereka dengan tatapan serius, awalnya mereka berpikir kalau aku bercanda, namun fakta pendukung bahwa Liam tidak terlalu suka bercanda dan kepintaran miliknya membuat teman temannya mempercayai apa yang kukatakan.
"Yah kalau William yang bicara aku akan selalu support," ucap herder dan ia melanjutkan, "bagaimana kalau aku bajak saluran penyiaran di desa ini."
"Ide bagus, Bond dan Moran tolong pasangi bom rakitan herder di beberapa tempat penting seperti saluran utama listrik & saluran air desa, juga beberapa area hutan di sekitar desa ini, buatlah seolah olah sedang terjadi kebakaran namun pastikan jangan sampai menjalar ke rumah warga," jelasku.
"Di desa ini terdapat satu tempat stasiun siaran televisi dan radio aku dapat membius dan membawa beberapa petugas itu menuju tempat pengungsian dengan menggunakan kendaraan,ah ya, Bond tolong aku ya," jelasku.
"Siap, berarti setelah membantu Moran memasang rakitan bom aku akan datang ke stasiun televisi membantu William?" Ia memastikan.
"Benar!" balasku.
"Wahaha kita akan menculik," herder tertawa.
"Jika Moran sudah meledakannya, saatnya herder untuk membajak saluran radio dan televisi, peringatkan warga untuk evakuasi ke daerah gereja dan sekitarnya," perintahku.
"Bond kau jaga petugas yang sedang tak sadarkan diri di pengungsian, aku akan membantu warga untuk evakuasi," ujarku.
"Ini akan menjadi rencana yang besar," ucap Moran.
"Tunggu dulu, William, soal obat bius apa kau sudah mendapatkannya?" tanya Bond.
"Tenang saja Bond soal obat anestesi aku memilikinya," ujarku.
"Tolong lakukan semua dengan cepat dan tepat waktu, waktunya hanya 4 jam kurang," lanjutku sembari melihat jam tanganku menunjukan pukul 04.45 petang.
KAMU SEDANG MEMBACA
sherliam × Kimi No Nawa (Your Name)
RomanceCrossover Mtp × your name (AU) Sherly terbangun dari tidur dan mendapati dirinya berada di sebuah bak mandi yang terisi oleh air, yang lebih mengejutkannya lagi "aku berada di tubuh orang lain