09. Selamat Datang di Dunia Perkuliahan

12 2 1
                                    

• 09

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• 09. Selamat Datang di Dunia Perkuliahan •

Banyak orang bilang jika ospek adalah tempat senior memperlihatkan kekuasaannya pada junior. Ada juga yang bilang ospek adalah wadah senior dengan sikap 'gila hormat' mereka. Tapi nyatanya ospek di kampusku berbeda seperti kata kebanyakan orang.

Ospek kampusku bahkan tidak seperti yang terlihat di drama-drama picisan yang biasa ditonton Mama sehabis maghrib. Ospek kampusku benar-benar hanya berisi pengenalan kampus, kehidupan kuliah, dan segala tetek-bengeknya.

Kating yang bertugas memandu kami sangat baik. Tidak ada tatapan sinis, bentakan ataupun hukuman-hukuman aneh seperti bayanganku. Mereka benar-benar memperlihatkan padaku bahwa ospek tidak harus melulu tentang kekerasan dan kekuasaan.

Saat aku menelpon Arin untuk menceritakan kegiatan ospekku, dia bilang bahwa tipe ospek kampusku menjadikan mahasiswa baru memiliki mental lemah. Tapi aku tak pernah berpikir demikian. Oh ayolah, mental seseorang tidak serta dinilai dari kekejaman ospeknya kan?

Selama enam hari ospek, aku dan Renjana berangkat sendiri-sendiri karena tempat ospek kami yang berbeda. Pada hari pertama hingga ketiga aku berada di Fakultas Teknik untuk ospek tingkat universitas dan Renjana berada di Fakultas Kehutanan. Di hari keempat kami berada di Grha Saba—berada di tempat yang sama, tapi kami tidak berangkat bersama karena Renjana kesiangan—untuk mengikuti ospek tingkat fakultas.

Di hari kelima kami berada di gedung departemen masing-masing untuk ikut ospek tingkat departemen dan prodi. Dan di hari terakhir kami berada di Lapangan Pancasila untuk mengikuti acara penutupan ospek.

Satu kata yang tepat untuk ospek kampusku. Keren. Aku jadi tertarik untuk menjadi panitia ospek. Ah, mungkin tahun depan aku akan mendaftar.

Setelah hingar-bingar ospek yang begitu memorable, aku akhirnya masuk untuk mengikuti perkuliahan. Ada beberapa hal yang menjadi kebetulan di kampusku ini. Aku sekelas dengan Haechan. Iya, laki-laki yang almetnya sempat tertukar denganku itu. Haechan sempat melupakanku, tapi ia ingat kembali saat sesi perkenalan di satu mata kuliah. Semenjak saat itu, kami berteman.

Kebetulan yang lainnya lagi adalah Hendry ternyata berada di kampus yang sama denganku. Entah sebuah kebetulan atau kesialan. Syukurnya aku berbeda fakultas dengannya. Jadi mungkin kemungkinan kita bertemu kecil. Renjana yang kemarin mengatakan kepadaku kalau dia tak sengaja bertemu Hendry saat berbelanja keperluan di Koperasi Mahasiswa. Entah laki-laki kelahiran Maret itu mengatakan keberadaanku dengan Hendry atau tidak, aku tak mau tahu.

Sudah hampir seminggu aku masuk kuliah. Dan selama itu hampir semua mata kuliah hanya berisi perkenalan dengan dosen, perkenalan mahasiswa, dan pembuatan kontrak belajar. Selama seminggu juga aku selalu duduk berdampingan dengan Haechan. Ya mau gimana lagi, aku belum punya teman lain.

"Kamu mau langsung pulang atau mau mampir kantin?" Haechan bertanya setelah mata kuliah terakhir berakhir.

"Mau ke kantin. Temenku udah nungguin di sana katanya," balasku sambil membaca pesan dari Renjun.

Asmara Anucara [Huang Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang