04. Kos Hunter

17 3 14
                                    

• 04

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• 04. Kos Hunter •

"Gimana udah nemu?"

Aku yang mendengar suara bariton milik Renjana menggeleng pasrah. Sudah hampir satu setengah jam kami berburu kos melalui aplikasi Mami Kos tapi hasilnya nihil. Kebanyakan kos yang aku mau sudah penuh.

Sebenarnya ada beberapa kamar kos yang kosong tapi kebanyakan ratingnya tidak terlalu bagus, harganya yang mahal, jaraknya yang jauh dari kampus atau malah fasilitasnya yang kurang memadai.

"Kok kebanyakan yang bagus kos campur ya, Ren?" Aku bertanya pelan.

"Jangan kos campur, Nara!"

Aku hitung sudah lima kali Renjana melarangku untuk memilih kos campur, aku yang mendengarnya sampai jengah.

"Kenapa sih? Padahal harganya oke, fasilitas oke, deket lagi sama kampus."

Aku bisa mendengar Renjana membuang napasnya keras kemudian ia menegakkan duduknya. Ngomong-ngomong kami saat ini sedang ada di balkon kamar hotel Renjana. Sekarang aku tahu kenapa dia memilih kamar ini—balkonnya dua kali lebih luas daripada kamarku! Dasar licik sekali!

"Lo emang nyaman kalo satu kos sama cowok? Privacy lo sebagai cewek bisa terganggu."

"Halah, selama ini juga kamar kita seberangan kalo di rumah, gue nyaman-nyaman aja."

Benar kan? Kamar kami selama ini berseberangan dan bahkan Ayah Renjana membangunkan jembatan sebagai penghubung kamar kami, tapi selama ini aku nyaman-nyaman saja.

"Gue beda, Nara."

"Apa bedanya? Gue kan cewek, lo juga cowok, atau malah jangan-jangan lo bukan cowok ya?" Mataku memincing menatap laki-laki kelahiran Maret itu.

Tangan kanan Renjana menempeleng kepalaku. Aku melotot tak terima, tidak sakit sih hanya saja sedikit kesal, enak saja main tempeleng kepala orang. Kalau otakku geser mau tanggung jawab emang?

"Kalo ngomong yang bener."

Aku hanya mendumel di dalam hati. Sudah kesal tidak dapat kosan, tambah kesal gara-gara Renjana yang menyebalkan.

"Harusnya emang kita langsung action kok, Ra," Renjana bersuara lagi setelah hening lumayan lama.

"Iya-iya, Tuan Renjana yang selalu benar."

"Sana siap-siap, kita berangkat," Renjana memaksaku berdiri kemudian menyeretku untuk keluar dari kamarnya.

"Gue mandi dulu," aku berucap saat akan membuka pintu kamarku.

Aku bisa mendengar Renjana mendengus, "Lo cewek bukan sih? Masa jam segini belum mandi."

Aku tak terima tentu saja, maka kulangkahkan kaki ke kamar Renjana lagi kemudian menempeleng kepalanya lalu buru-buru berlari masuk ke kamarku sendiri. Ah, akhirnya aku bisa membalaskan dendam kepala cantikku ini.

Asmara Anucara [Huang Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang