13. Haechan dan Segala Pemikiran Ngawurnya

17 1 0
                                    

• 13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13. Haechan dan Segala Pemikiran Ngawurnya 

Kalau ada penghargaan untuk mahasiswa paling malas sedunia, aku yakin Haekal Chandrawinata alias Haechan adalah pemenangnya. Iya, laki-laki berkulit tan itu pasti masuk kelas setelah dosen mengisi hampir separuh jam mata kuliah. Gila memang!

"Parah sih, kamu Chan," aku membuka suara saat Haechan keluar dari ruang dosen yang berada di lantai dua dengan senyum tengilnya.

Aku tak bisa menebak apa lagi hukuman yang diterima Haechan. Kemarin dia pernah ditugaskan untuk membuat makalah tentang nilai properti yang tak stabil, membantu pengoreksian lembar ujian prodi lain, dan yang paling aneh adalah ia disuruh membuat video dokumenter tentang kesehariannya. Saat kutanya kenapa tidak protes dengan tugas anehnya dia hanya menjawab sekalian latihan sebelum menjadi youtuber terkenal. Bah, pemikiran yang bagus sekali.

"Aku sih nyebutnya tampan dan pemberani!" Agatha menyahut kemudian Haechan langsung heboh bertos ria dengannya.

Aku menatap mereka berdua dengan menggelengkan kepalaku takjub. Tidak heran sih, karena Agatha dan Haechan memang sama-sama gesrek, petakilan, tapi tak dapat dipungkiri bahwa mereka juga sangat friendly. Mungkin yang mengherankan malah aku yang entah bagaimana bisa berteman dekat dengan mereka berdua.

Kalau Haechan atau Agatha mendengar perkataanku mungkin mereka akan memarahiku. Sungguh, Haechan dan Agatha itu benar-benar teman yang baik. Terlepas dari kemalasan seorang Haechan dan kengegasan seorang Agatha, mereka sebenarnya teman yang baik. Aku tidak pernah diperbolehkan untuk merasa kecil ketika berada di sekitar mereka.

"Ngelamun aja!" Suara bass berat dan tepukan ringan di bahuku menyadarkanku.

Aku menoleh dengan cepat. Di sampingku ada Jeno yang sudah mengulas senyum hingga matanya menyipit.

"Nara, cepetan! Katanya mau ke kantin sebelum kelas Pak Pras!" Haechan berteriak yang membuatku mengalihkan pandanganku dari Jeno.

Sial, kelamaan melamun membuatku tertinggal Agatha dan Haechan yang sudah ada di ujung tangga.

"Mau ke kantin?" Suara milik Jeno kembali terdengar.

"Iya, Jen. Kamu darimana?" aku berkata sambil melangkah menyusul Haechan dan Agatha.

"Dari ruangan Pak Pras. Nanti kelas kosong kok, cuma ada tugas doang tapi langsung dikumpulin pas kelar kelas."

"Beneran?! Tau darimana?" Manikku sedikit melebar saat menatapnya.

Ayolah, siapa yang tidak antusias untuk kelas kosong? Apalagi matkul Pak Pras yang sangat-sangat membosankan tapi juga mengerikan di waktu yang bersamaan itu.

"Aku kan koordinator matkul Pak Pras."

Ah iya, hampir lupa. Jevano alias Jeno ini kan anak yang lumayan aktif di kelas Pak Pras, makanya dia dipilih menjadi koordinator kelas oleh dosen yang hobi memberi kuis dadakan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asmara Anucara [Huang Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang