84

65 13 0
                                    

"Apakah Anda ingin bertanya mengapa aku melakukan semua ini?"

Mashiro pernah memberikan Yeonjun peringatan. Mungkin mirip seperti larangan untuk melangkah lebih dalam yang sayangnya tidak begitu Yeonjun perhatikan terkait efek macam apa yang bisa dia terima ke depannya. Yeonjun kala itu berpikir bila yang Mashiro takutkan adalah terkait rasa bersalah. Dengan kondisi hanya gadis itu yang mengetahui seperti apa masa depan yang telah disiapkan oleh semesta, bukan hal yang akan aneh bila pada suatu waktu semua ini berjalan tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Yeonjun.

Mashiro bisa saja berkhianat.

Berbohong atas kisi masa depan yang dia lihat selayaknya apa yang leluhur Sakamoto pernah lakukan untuk tidak dieksekusi. Karena bagi Sakamoto, hanya ramalan semesta yang bisa mereka pertaruhkan untuk tetap bertahan hidup. Ini menyedihkan, tapi faktanya itu juga bukan sesuatu hal yang cukup.

"Aku tidak akan menyalahkan Anda." Yeonjun tahu seberapa licik keluarga Sakamoto. Tidak perlu bukti, buku sejarah yang ada diajarkan oleh sekolah sudah menjelaskan tentang seberapa banyak keluarga peramal pada awal masa pemerintahan kerajaan Tsaritsa dan mana hampir mereka semua berakhir di atas meja altar persembahan. "Ini semua akan menjadi salahku, salahku karena terlalu menaruh kepercayaan kepada Anda."

Mashiro hanya menganggukkan kepala meski tatapan matanya jelas-jelas memancarkan bila dia sedikit tertarik. "Anda adalah orang pertama yang seperti ini pada seorang Sakamoto," ucapnya. "Anda tidak perlu sampai seperti itu." Agak aneh memang disaat Mashiro biasanya sering dicaci-maki untuk takdir buruk yang tengah dialami oleh para bangsawan yang masa depannya pernah dia baca.

"Tidak, aku sama sekali tidak melakukan sesuatu Nona Sakamoto. Karena jujur saja aku memang seperti itu, mungkin untuk kesekian kalinya aku berhasil membuat Anda merasa terkejut." Ini adalah kejujuran, bukan omong kosong belaka apa lagi sekedar  bualan guna membuat Mashiro merasa tertarik padanya. Catatan singkat, Yeonjun memang menyukai gadis itu, mungkin sedari musim debut dua tahun lalu. Baru mendekati pada musim ini karena Johnny sesuai harapan akan melamar Yujin.

Dan tidak seperti Yeonjun yang mencoba membalas keramahan tiap gadis yang berkenalan dengannya selama musim debut, Mashiro memang sedikit diperlakukan khusus.

Yeonjun ingin Mashiro tahu seperti apa dirinya yang sebenarnya.

Baik itu sebagai seorang Marquess dari Boyar.

Penerus kepala keluarga Choi.

Atau bahkan sebagai seorang Yeonjun.

"Aku hanya tidak begitu suka menyalahkan orang lain, sebelum hal itu terjadi atas kehendakku, dan sudah sepantasnya aku yang akan menanggung rasa bersalah." Yeonjun ingin Mashiro melihat dirinya yang seperti ini.

Dan sejauh ini Mashiro juga memberikan balasan yang cukup menyenangkan. "Kalau begitu aku memberikan hak pada Anda, untuk menyalahkanku, entah pada musim ini maupun di musim lainnya yang akan datang." Yeonjun memang tidak pandai dalam menilai perasaan seorang gadis, bahkan untuk kakaknya sendiri saja masih sering salah. Tapi dia agak cukup yakin bila sama seperti dirinya, Mashiro juga ingin menunjukkan jati diri yang sebenarnya.

Atau mungkin, Mashiro juga sudah diberitahu oleh semesta bila Yeonjun mulai goyah atas pendiriannya?

Karena kini si Marquess muda dari Boyar tengah dalam perjalannya menuju paviliun khusus tempat Mashiro menjalankan praktek minum teh sambil membaca kartu ramalan.

Mashiro tengah menyeduh secangkir teh kala Yeonjun tiba, dan kala dua orang pengawal menutup pintu guna membatasi siapa saja yang mungkin akan mendengarkan percakapan, Mashiro baru membuka suaranya. Bukan sapaan ataupun bentuk penghormatan seperti yang biasanya digunakan.

"Viscount Seo masih bernapas, masih hidup, begitu juga dengan Duke Gertsog." Meletakkan cangkir yang kini tinggal setengah penuh, Mashiro menaikkan pandangannya guna dapat menatap Yeonjun tepat pada matanya. Lalu tersenyum simpul.

Ah, dia tengah diperlihatkan kisi masa depan oleh semesta. "Bila Anda sibuk, tidak masalah buatku untuk kembali beberapa saat lagi."

"Tidak. Aku selalu memiliki waktu luang bagi mereka yang datang padaku," ucap Mashiro. "Itu sudah tugasku. Meski aku yakin kedatangan Anda bukan dikarenakan informasi yang baru saja aku katakan, aku yakin bila Anda akan memerlukannya di masa depan."

Yeonjun menganggukkan kepalanya, informasi tentang Viscount Seo barusan cukup untuk membuat Yujin merasa tenang. Sedangkan untuk Duke Gertsog itu mungkin akan lebih pada status politik antar Tsaritsa dan Riena. "Anda tidak memberitahuku bila Lady Freifrau akan menculik Duke Gertsog." Yeonjun mendudukkan dirinya pada kursi yang ada, di hadapan sebuah cangkir yang masih kosong.

Mashiro tidak begitu terlihat memiliki minat untuk mengisi cangkir dari keramik dengan hiasan bunga krisan itu. "Aku baru melihat kisi masa depan itu beberapa menit sebelum pemeriksaan, bila bukan aku yang menyeret Duke Gertsog untuk jatuh dalam jebakan, maka bisa dipastikan bila Lady Freifrau akan melakukan cara yang lebih keras. Selain itu dengan kejadian ini aku berhasil mendapatkan kepercayaannya." Lebih memilih untuk menjawab rasa pertanyaan Yeonjun. "Untuk Anda sendiri, aku beralasan pada Lady Freifrau bila Anda adalah debutan yang akan melamarku pada akhir musim debut. Itu adalah jaminan bila nyawa Anda dianggap berharga, sama halnya dengan Kak Yujin yang menjadi tunangan Johnny. Namun tidam sama dengan dua adik Anda."

Ngomong-ngomong soal adik, Yeonjun jadi teringat. "Apa kalian juga yang menculik Beomgyu?"

Namun jawaban tidak mengenakkan justru keluar. "Beomgyu Choi juga menghilang?"

"Tunggu, pihak kalian tidak menculiknya?"

Mashiro dengan gerakan yang patah-patah menggelengkan kepalanya. Seakan menunjukkan jika dia memiliki keraguan apakah mungkin ada sesuatu yang disembunyikan Lady Freifrau darinya atau tidak. "Bila memang Lady Freifrau, apa motifnya?"

"Kedekatannya dengan Dayeon Kim?" Itu bisa jadi.

Mashiro menganggukkan kepalanya. "Hal itu memang sesuatu yang bisa dijadikan alasan, aku akan mencoba untuk memeriksanya lagi bersama dengan Duke Park."

Ah, nama itu mengingatkan Yeonjun pada tujuannya untuk datang menemui Mashiro. "Apakah yang waktu itu kau maksudkan adalah Duke Park?" Karena pada saat kebenaran atas pertunangan itu tersebar Mashiro justru mengejutkan Yeonjun dengan pengakuan bila dia sama sekali tidak terkejut. Mashiro adalah saksi dalam pertunangan itu. Dia pula yang pada usia terbilang dini tengah menjodohkan kedua bangsawan yang selama ini terlihat saling menyakiti srau sama lain itu. "Jika benar itu adalah Duke Park, mengapa pada malam itu kau justru membuatku merasa curiga pada Beomgyu."

"Tidak, bukan Duke Park pelakunya." Mashiro memang memiliki kesempatan untuk berbohong mengenai apa yang dia lihat, selain itu dia pernah bercerita pada Yeonjun bila sosoknya menaruh rasa setia pada Jay. Melindungi si pemimpin Frustin tentu termasuk dalam sebuah tanggung jawab. "Marquess Choi, akankah Anda percaya padaku? Bila seseorang telah merubah apa yang seharusnya terjadi? Entah apa yang dia perbuat, tapi dua sosok ini telah menggantikan Dayeon Kim dan adik Anda untuk melakukan tindakan itu."

Dengan ini semuanya telah jelas. Siapa yang pada malam itu melanggar batasan-batasan norma kesopanan, Yeonjun hampir mengucapkan nama si pelaku bila Mashiro tidak lebih dahulu menatapnya dengan dalam.

"Apakah hal yang lucu bila si anonim tidak menjadikannya bagian dari berita?"

Penulis itu mengetahuinya. Iya, kan?

"Si pelaku berada di bawah perlindungan si anonim, dan setelah mengetahui sosok dibalik maha karya itu, mau tidak mau aku harus melindunginya."

Dan tanpa bertaruh Yeonjun yakin bila Mashiro kini tengah memberitahukan padanya terkait identitas asli si anonim. Permainan licik Duke Park pada akhirnya akan terungkap.

I Love How I'm CalledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang