07 » penantian

91 86 15
                                    

★HAPPY READING★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING

Seorang pria menggendong anaknya di malam gelap. Terlihat air mata yang terus mengalir diantara keduanya, dengan lutut yang bergetar hebat. Ia menijakan langkahnya persis di depan panti asuhan Anggrek.


ayah minta maaf nak, ayah harus menitipkan kamu di sini. Ini demi keselamatan mu.” ujar lelaki itu sembari beberapa kali ia mencium pipi sang putri kecilnya.

Putri kecil itu terus menangis, teriakannya membisingi satu panti asuhan. Air mata itu terus saja berjatuh dari pelupuknya. Tidak dapat berbuat apapun, perutnya terus mengalirkan darah.

“kamu kuat sayang, maaf ayah tidak bisa menjaga mu hingga dewasa. Ayah harap kamu dapat sukses nanti. Maafkan ayah,” menyerahkan putri kecilnya kepada sang pemilik panti asuhan. Wajahnya menuturkan bahwa pria itu benar-benar putus asa.

“bu, titip putri kecil saya. Maaf, saya telah gagal menjadi ayah yang baik untuknya.” ungkapnya.

Bu lala, mengambil alih si kecil cantik itu. “baik pak—” ujarnya sembari memeluk erat anak kecil itu   “inshaallah, semoga anak ini bisa tumbuh sehat disini. Saya janji,” timpalnya, air mata itu menetes tanpa izin sang pemilik.

“ini, saya ada uang untuk biaya makan dan perawatan. Maaf jumlahnya tidak begitu besar, dan juga untuk pengobatan luka yang ada di perut anak saya.” kata lelaki itu ia memberikan sebuah kertas kecil. “anak saya baru saja keluar dari rumah sakit, luka tusukan di perutnya belum kering pasti. Saya mohon, jaga anak saya.” tajuknya.

“cek sebesar 3M, saya titipkan pada ibu. Ibu gunakan sebaik mungkin. Dan saya minta tolong untuk ganti nama anak saya, jangan biarkan dia mengetahui siapa ayah atau bunda kandungnya.” ia menaruh kertas itu tepat di telapak tangan bu Lala.

Bu Lala yang sedari tadi menetes kan matanya, sontak ia terdiam mematung. “mashaallah pak,—” memegang uang sebesar ini adalah pertama kalinya dalam hidup bu Lala. “besar sekali pak jumlahnya, terimakasih pak.” lagi, ia meneteskan air mata sendunya.
“pasti pak. Pasti saya akan gunakan uang ini sebaik mungkin, inshaallah.”

“saya akan pergi jauh dari sini, maafkan saya karna telah menitipkan putri kecil saya pada Ibu.” kata lelaki itu, ia bersiap untuk beranjak.

Mencium kembali dahi sang putri kecilnya. Lantas ia pergi meninggalkan tempat itu sejauh mungkin, hingga tiada siapapun yang dapat mengetahui dirinya.

>>♦<<

Hari terus berlalu, matahari bersinar indah di atas. Rembulan pun tak kalah untuk menyinari kehidupan gelap ini.

Detiran Hujan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang