KAMU SEDANG MEMBACA

Detiran Hujan [On Going]

Fiksi Ilmiah

Seorang lelaki pejantan dilihat bagaimana ia dapat memberikan anak pada istrinya, namun nihil. Tentang Zagara Bima Albirru, seorang pria muda dengan segala kesedihan yang hadir pada dirinya, segala kehancuran juga kepedihan yang menyelimuti hidupnya...

#18 #anaksma #bullying #ceritabaru #cinta #cintasegitiga #cintasma #fiksi #fiksiremaja #hujan #kepedihan #kesedihan #love #lovesex #percintaan #perjodohan #perselingkuhan #playingvictim #plottwist #romance #thepenthouse

02 » pertemuan

145 113 49 
                                    

                                              

                            

                                “sayang kamu ngga papa?” tanya Qeeza
                            
                              
                              
                                
                                  
                                  
                                
                              
                             
                            

                            

                              
                              Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
                            

                          

                          

“sayang kamu ngga papa?” tanya Qeeza.
Aleeta membulatkan atensinya menatap Qeeza. “sakit” adu Aleeta sembari memegang lengannya yang terasa panas.
Qeeza menoleh arah doni yang terjatuh di tanah. “bangsat lo anjing!” ucap Qeeza menarik kerah baju Doni paksa,
“itu cewe lo? Seksi, tadi gua tawarin semalem gamau dia” ledek doni. 
Bugh! 
Tonjokan maut itu mendarat tepat di mata Doni, 
“lo mau pergi atau gua abisin lo sekarang juga?” ancam Qeeza. 
Doni sigap segera berlari dan menjauh, ketar-ketir. 
“masih sakit?” tanya Qeeza mengecek lengan kecil milik Aleeta. 
Aleeta mengangguk, 
“masih” netranya sedikit menggenang air, sudah jatuh sedari tadi. 
Lantas Qeeza mengusap halus pipi Aleeta, “udah mau mulai filmnya, ayo masuk” Qeeza menggenggam erat jemari Aleeta, beranjak dari tempat itu. 
“makasih adek ku sayang, lope lope buat Eja” 
Aleeta memeluk erat lengan kokoh milik Qeeza sembari berjalan menuturi langkah. 
“hem” 
“kenapa lo ga bantuin gua dari tdi si Ja” kata Aleeta mengerutkan dahinya. 
“Eja beli tiket!” 
“aissh, orang mah kalo kakanya butuh pertolongan itu tolongin dulu. Bukannya tolongin malah beli tiket,” beo Aleeta gemuruh.
“iyaa maaf,” saut Qeeza cuek. 
“kok lu bisa tau gua disini?” 
“di suruh mamah. Takut lu kenapa kenapa,” 
“berarti lu buntutin gua dari rumah gituu??” tanya Aleeta intonasinya sedikit meninggi. 
“heem” 
“tadi gua nabrak bapak-bapak tuir lu juga liat?” ujarnya sembari melotot, memberikan tatapan tajam pada Qeeza.
“iyaa” 
Aleeta menoyor dahi sang adik, “goblok. Bukannya bantuin kek, abis duit gua di porotin ama tuh si tuir,” geram Aleeta cemberut. 
“assh— sakit kak, lagian males gua kalo berurusan sama orang kayak gitu,” beo Qeeza mengusap kepala yang seakan sudah kopong.
Aleeta merotasikan atensinya malas. 
“besok—besok gua gamau lagi liat lu pake baju kayak gini, liat kan tadi manusia bangsat itu gimana?” lanjutnya sembari berjalan. 
“heem, iya deh adek ku sayang.” 
>>♦<<
Usai melaksanakan solat Ashar, lelaki dengan celana hitam dan telanjang dada tengah olahraga di kamarnya.
Detiran Hujan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang