10 » spin-off [2]

66 63 25
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Spin-off [2]


2016; malam, hari kematian.


Ini dibuka pada tahun 2016. alam menyergap, rinai hujan menjamah—menghampiri jalan itu. Tidak, seluruh kota itu. Di malam hening, sunyi. Dua pasang suami istri tengah berjalan terus menerjang dentuman air yang cukup deras. Menaiki mobil sedan dengan piluh kesah yang mereka rasakan, dan di arungi oleh amisnya darah berasal dari bangkai Rusa yang mereka tabrak kala tadi.

Dalam gelapnya malam, juga dengan keadaan jalan yang sepi, bahkan tak terlihat ada mobil lain menerjang jalan itu. Dengan kecepatan diatas rata-rata, mereka menuju jakarta yang juga tengah di turuni hujan deras.

Alhasil, mereka melewati jalan pintas. Jalan paling dekat menuju jakarta, sepanjang jalan hanya kegelapan dan sunyi senyap yang ada. Hanya terdengar derap air menghujam bagian tubuh mobil sedan itu yang masih saja senantiasa untuk mengisi kesepian kala malam menyergap. Fokusnya masih tetap tertuju pada jalan, dengan cahaya remang mengisi di penghujung arah.

“bunda, coba telepon rumah. Ke bi Wati”

Suara parau dengan setengah kegelisahannya bersua untuk tetap tenang.

“iya yah, sebentar. Biar Bunda telepon bi Wati, bunda khawatir banget sama anak-anak. Takut terjadi sesuatu.”

Di saut dengan suara wanita penuh dengan kecenderungan pasi. Alisnya mengerut, wajah itu menunjukan bawah ia sedang tidak tenang.

Ttttthh.

Ttttthh.
Tak ada sahutan dari sebalik sambungan telepon itu.

“gada, sinyal yah. Aduh bunda semakin khawatir yah.”

Mengusap dadanya sesekali ia juga menghembuskan nafas kasar.

Belakangan ini tengah marak-maraknya maling yang di lakukan oleh oknum sembarangan di luaran sana, mencari rumah dengan penghuni sepi dan mengambil barang-barang berharga. Dan tidak hanya itu, bahkan mereka sangat agresif sehingga membunuh seseorang saja sangat mudah bagi mereka.

Maka dari itu, bunda sangat khawatir dengan keadaan rumah. Tidak ada siapapun yang dapat melawan maling bila mereka menghampiri rumah mewah milik ayah. Bi Wati sudah tua, mustahil baginya untuk melawan pria dewasa dengan tentu kekuatannya bisa 3 kali lipat dari bi Wati.

Bunda masih berusaha untuk menautkan telepon miliknya dengan di rumah.

“ayah tetep gabisa,”
Suara itu bergemetar.

Detiran Hujan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang