“oh dia? Yang baru keluar dari penjara?, Ya ampun—Gila si. Gamau deket-deket deh sama orang kayak gitu, haha takut.” bisik bu Jaroh.“masih punya muka ternyata, berani dia keluar rumah. Padahal baru aja bebas dari penjara,” saut bu Ina,
“emangnya dia kenapa sih?, bisa masuk penjara gitu. Dari tadi saya liat-liat semua orang natap dia terus” tanya mbok Ijem, si penjual jamu keliling.
“dulu dia pernah bunuh orang. Harusnya dia kena hukuman seumur hidup, yaa tapi. Namanya juga indonesia, apa-apa bisa di sogok. Yang penting kita punya uang” kata bu Sita, bibirnya maju seakan menyinggung hukum di negaranya sendiri.
Mbok Ijem membulatkan atensinya, kaget. Baru kali ini ia melihat langsung seorang pembunuh, “yaallah, kok bisa si ngebunuh?” ujar mbok ijah, bulu kuduknya berdiri, merinding sangat.
“saya udah mbok. Jamunya, jadi berapa?” tutur bu Sita, memberi sebuah uang dengan jumlah sepuluh ribu. “mau cepet-cepet pulang, takut saya mbok,” lanjutnya.
“saya juga udah mbok, jadi berapa?”
“jadi delapan ribu,” saut mbok Ijem, tangannya mulai gemeter.
“nih mbok, langsung pergi aja dari sini. Hati-hati ya mbok, katanya dia gila, saya mah takut.” ucap bu Jaroh, segera melangkahkan kakinya dengan cepat. Takut menjadi sasaran orang gila itu.
>>♦<<
“assalammualaikum, Ainun. aaduh maaf ya telat. Hehe tadi macet di jalan,” kata mamah Farra di iringi oleh sang suami di belakangnya, Abimanyu.
“wa'alaikummussalam, iyaa ngga-papa Farra. Kita juga belum lama dateng, iyakan ayah?” saut bunda Ainun.
Taraja mengangguk, “iya tidak apa, kami juga baru saja sampai.”
“duduk—duduk, mau pesen apa?” kata bunda Ainun.
“iya ainun, tidak usah repot.”
Taraja menyapa teman lamanya, sudah lama sekali tidak bertemu. Kedua sahabat itu sama-sama sibuk oleh pekerjaannya masing-masing.
“Abimanyu, bagaimana kabar mu?” kata Taraja sembari memeluk teman sebayanya sedari dulu, sebagai tanda untuk menghanyutkan rasa rindu yang melanda antar keduanya.
Taraja. Biasa di panggil Raja oleh Abimanyu, ia adalah saingan kuat Abimanyu semasa sekolah dulu. Sulit di kalahkan, bahkan mereka sering bercekcok masalah nilai rapot.
Benar, Taraja adalah salah satu anak ambis di sekolah, maka dari itu. Kini masa tuanya di penuhi oleh kenikmatan harta juga tahta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detiran Hujan [On Going]
Ficção CientíficaSeorang lelaki pejantan dilihat bagaimana ia dapat memberikan anak pada istrinya, namun nihil. Tentang Zagara Bima Albirru, seorang pria muda dengan segala kesedihan yang hadir pada dirinya, segala kehancuran juga kepedihan yang menyelimuti hidupnya...