Merasa kisruh. Ayanna kemudian saat menatap dongak keatas, gadis itu mencoba untuk melepaskan genggaman erat dari si antek-antek Dara. Namun usahanya masih tidak membuahkan hasil seperti yang ia inginkan, tenaga mereka masih cukup kuat untuk Ayanna lawan sendiri. Muak sekali melihat si gadis biadap di atasnya, Ayanna mencoba untuk menendang kaki Dara dengan sangat kuat. Sampai gadis itu benar-benar ikut tersungkur di bawah bersamanya.
Dara terpelanting jatuh, “anjing lo, bangsat!”
“lo pikir, gua takut sama kalian? Hah?” imbuh Ayanna dengan intonasi tinggi.
Plak!
Mendengarnya, Geralana lantas mendaratkan cepat telapak tangannya tepat di pipi Ayanna. Gadis itu menoleh paksa, sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah. Ia merintih menahan pedih.
Lelaki dengan perawakan tinggi itu meraup kasar pipi Ayanna. “heh bangsat, diem lo anjing! Muak gua denger bacot lo tau ga?!!” ungkapnya dengan penuh penekanan.
Mendengar kebisingan itu, kini Qeeza mendekatkan dirinya menuju titik suara. Dengan langkah jenjangnya, ia meremat pundak Geralana yang tengah meraup pipi gadis itu. Ayanna hanya terdiam kaku, memejamkan matanya, pipi gadis itu terasa amat sakit.
Usai menyingkirkan tubuh Geralana yang berada di hadapan gadis itu, kini ia mendekatkan dirinya dengan Ayanna yang masih terperanjat di bawah. “minggir!”
Mengerjapkan matanya, lantas Ayanna membuka kembali netranya usai mendengar suara berat milik Qeeza. Lalu ia mendongak keatas dan terperangah saat mendapati Qeeza tengah memegang pundak Geralana.
Ayanna menatapnya dengan mata berbinar indah, bibir Ayanna mengulas senyum kecil. Gadis itu tidak menyangkan bahwa Qeeza akan benar-benar menyelamatkannya.
Dengan ekspresi datar andalannya. Lelaki itu meraih botol dari tangan Dara.
“ja?—”
Ayanna terpejam. Gadis itu mematung kaku, wajahnya terlihat semakin lesu. Dengan tatapan kosong tak menyangka ia mendongak keatas menyorot kearah Qeeza.
Bagaimana tidak? Tanpa di duga, lelaki itu menyiramkan air dari dalam botol yang baru saja ia ambil dari tangan Dara, untuk membayur kepala Ayanna. Kini cairan beraromakan busuk yang sangat menyengat berhasil membasuhi seluruh tubuh Ayanna.
Dara perlahan mengulas senyum sumringah dari wajahnya.
Setelah cairan dari botol habis, lantas Qeeza melemparkan botol kaca itu tepat di kepala Ayanna. Lelaki itu sangat kasar, tidak memiliki rasa simpati sedikit pun pada perempuan.
Tangan Ayanna mengepal kuat, matanya berkaca. Seakan cairan bening akan terjatuh membasahi pipinya.
“lo terlalu bodoh! Mau aja gua tipu, eh asal lo tau. Gua ngga ada rasa sedikit pun sama lo, jadi lo gausah ke pedean jadi cewe.” dengan sedikit kekehan di dalam kalimat yang ia tuturkan.
Merasa sangat muak. Ayanna membangkitkan dirinya yang sudah basah kuyup dengan bau yang menyergap. Gadis itu tak tahan lagi melihat semuanya, niatan untuk berlari meninggalkan mereka semua namun. Saat gadis itu hendak berlari, Qeeza menarik kuat lengannya, terasa hampir putus usai lelaki itu menariknya dengan kuat.
Qeeza tersenyum simpul,
“mau kemana si?”“lepasin gue anjing!” teriak Ayanna. Gadis itu memberontak.
Terus Ayanna memberontak, membuat Qeeza merasa dongkol. Sesaat kemudian, lelaki itu mendaratkan tonjokan tepat di rahang rapuh milik Ayanna.
Bugh!
Lagi-lagi, percikan darah keluar membasahi daerah mata kanan miliknya. Gadis itu benar sudah terpuruk saat ini. Dengan luka lebam memenuhi wajahnya, dan cairan bening yang terus mengalir dari pelipis netranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detiran Hujan [On Going]
Science FictionSeorang lelaki pejantan dilihat bagaimana ia dapat memberikan anak pada istrinya, namun nihil. Tentang Zagara Bima Albirru, seorang pria muda dengan segala kesedihan yang hadir pada dirinya, segala kehancuran juga kepedihan yang menyelimuti hidupnya...