Suara sirine ambulans bergema di sepanjang jalanan kota gyeongsan. Nayeon tak menyangka akan menyelamatkan pria asing yang tak sengaja ia temui itu.
'Siapakah dia? Mungkinkah dia seorang mafia seperti yang ia tulis di novelnya? Atau seorang pangeran yang terlempar dari negeri dongeng karena pertarungannya dengan naga terbang?' Nayeon menggeleng-gelengkan kepalanya. Menepis segala imajinasi ketidakmungkinan yang selalu ia tuangkan dalam naskahnya.
Sejenak Nayeon memandangi wajah tampan Lee, walau sedikit ada darah dan bekas tanah disana. Pikirannya mulai berkelana jauh. Membayangkan ia dapat mencium bibir Lee dan merasakan kehangatan didalamnya. Seperti yang ia tulis di novelnya.
Nayeon tersadar dan membulatkan matanya. Apa yang dia pikirkan? Ia baru saja bertemu dengan Lee beberapa menit yang lalu dan pikirannya sudah sangat menjijikan. Oh, shit!
Nayeon merutuki kebodohannya dan memukul-mukul pelan kepalanya. Petugas ambulans yang melihat hal itu mengernyit heran dan berpikir Nayeon sedikit frustasi karena pacarnya terluka.
"Nona, berhenti melakukan hal bodoh semacamnya. Aku yakin pacarmu akan baik-baik saja. Aku tau kau pasti sangat mencintainya. Tapi dengan melakukan hal bodoh seperti itu tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik." Petugas itu menyentuh bahu Nayeon, menguatkan.
Nayeon membulatkan matanya mendengar hal itu. Pacar? Bahkan ia belum terpikirkan mempunyai seorang pacar (lagi) apalagi dengan pria asing di depannya ini. Ia sedikit trauma menjalin hubungan dengan pria asing semenjak 3 bulan yang lalu ia hampir menjadi korban pelecehan oleh kencan butanya. Kejadian itu masih terngiang-ngiang dalam pikirannya.
Baru saja Nayeon hendak menyangkal, ambulans pun berhenti dan para petugas segera turun memindahkan Lee keruangan ICU. Nayeon membututi dari belakang hingga petugas rumah sakit menyarankan agar Nayeon tidak ikut kedalam.
Nayeon menunggu di luar sambil memikirkan apa yang dia lakukan ini benar atau salah.
Sebenarnya tidak ada yang salah melakukan kebaikkan kepada setiap orang. Namun, terkadang Nayeon salah menempatkan kebaikkannya hingga orang lain dapat dengan mudah memanfaatkannya.
Nayeon membuka ponselnya dan melihat jam. Sudah hampir tengah malam. Ia ragu apakah dia harus meninggalkan pria itu sendirian di sini atau menunggunya hingga sadar dan menanyakan darimana ia berasal lalu mengantarkannya pulang. Dan masalah selesai.
Drrttt ....
Tiba-tiba ponselnya bergetar. Nayeon segera membuka ponselnya dan menghela nafas sejenak.
"Ya, bibi hong? Ada apa?"
Terdengar suara seseorang mengomel di sana dengan 'tak sabar.
"Iya, aku akan segera melunasinya." Nayeon mencoba memberi pengertian.
"Minggu depan. Kau harus segera melunasinya. Ada banyak orang yang mengantre untuk bisa tinggal di apartemenmu. Kalau bukan karena kebaikan ibumu dulu, mungkin kamu sudah tidak ada di sini lagi, Nayeon."
Nayeon mengangguk dan menghela nafas sejenak. "Baik bibi hong, aku pasti melunasinya."
Telpon pun terputus. Nayeon memandangi layar hp nya. Seorang ibu muda cantik tampak bahagia bermain bersama anak perempuannya. Yang tak lain adalah Nayeon dan ibunya yang kini sudah tiada.
Nayeon kembali menghela nafasnya berat dan mengusap foto ibunya. Hari harinya terasa semakin berat semenjak nenek dan ibunya meninggal 5 tahun lalu. Ditambah ia harus hidup seorang diri sejak ayahnya pergi bekerja keluar kota. Namun, sampai saat ini ia tak kunjung pulang.
Nayeon tak melanjutkan kuliahnya karena keterbatasan ekonomi membuatnya terpaksa harus bekerja. Disaat orang-orang seusianya pergi menikmati masa mudanya. Nayeon malah harus berkerja sebagai cleaning service di sebuah perusahaan berkembang di kota gyeongsan. Walau gajinya tak seberapa. Namun, cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari nya. Berat memang. Apalagi ditengah kerasnya kehidupan kota Gyeongsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Mr. Lee
General FictionNayeon, gadis cantik berparas mungil selalu bersemangat dan bekerja keras menjalani kehidupannya. Walau ia hidup seorang diri di sebuah apartemen kumuh, tak menyurutkan tekadnya untuk menjadi seorang penulis novel terkenal. Nayeon bekerja menjadi se...