Ray terbangun dari tidurnya. Ia melirik jam diatas nakasnya, pukul 00:15. Sudah tengah malam, kemana Nayeon pergi? Biasanya gadis itu sudah berada di sini sejak pukul delapan malam. Ray merasa ada sesuatu yang kurang saat ia tertidur dan tanpa Nayeon di sampingnya.
Ray menghela napasnya berat. Ia bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju jendela. Kelap kelip lampu jalanan kota Gyeongsan sangatlah indah. Jalanan mulai sepi, sepertinya orang-orang sudah terlelap--mengistirahatkan tubuhnya yang bekerja seharian.
Ie terus memikirkan rencana untuk kembali ke perusahaannya. Namun, bukan sekarang. Ia juga memikirkan Nayeon yang akhir-akhir ini selalu menjadi topik utama dalam pikirannya. Gadis itu benar-benar telah mencuri hati seorang pria dingin dan tampan.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang membuka pintu. Ray sedikit terkejut dan segera membaringkan tubuhnya ke atas kasur. Ia lalu menutup matanya.
"Tidak usah khawatir!" Gadis diambang pintu itu tersenyum setelah melihat Ray tampaknya sangat terkejut oleh kehadirannya.
Ray merasa tak asing lagi dengan suara itu--Hyun Soo-A ... gadis gigih yang selalu berusaha mendapatkan hati Ray. Ray membuka matanya perlahan, ia telah tertangkap basah. Dan bagaimana gadis itu bisa mengetahui dirinya ada di sini?
"Berhentilah membuat drama, Ray. Tidakkah kau menyambut kedatanganku?" ucap Soo-A. Gadis berambut panjang dan ikal di bagian ujungnya itu berjalan mendekati Ray.
Ray mendengkus dingin lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Gadis itu tak pernah menyerah rupanya. Sedangkan Soo-A telah terbiasa dengan perlakuan Ray yang selalu acuh padanya.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Soo-A sambil duduk di samping tempat tidur Ray.
Gadis cantik berkaki jenjang itu nampak sedikit khawatir dengan kondisi Ray. Matanya tak pernah lepas dari wajah Ray yang berpaling darinya.
Dalih-dalih menjawab pertanyaan Soo-A, Ray merasa penasaran bagaimana bisa gadis itu tau bahwa dirinya ada di Rumah sakit ini.
"Apa yang membawamu ke tempat ini?" tanya Ray--dingin.
Soo-A berdecak pelan saat pertanyaan sama sekali tak di gubris oleh Ray. Itu sudah biasa. Soo-A tampak berpikir sejenak.
"Aku khawatir dengan keadaanmu. Hanya itu," ucapnya. Sebuah senyuman terus terpancar dari wajahnya yang berpoleskan make up tipis. Walaupun begitu, Soo-A tampak menawan dengan wajah baby facenya.
"Lalu ... siapa yang memberitahumu?" tanya Ray, ia beralih menatap Soo-A dengan tatapan penuh selidik.
Soo-A hanya tersenyum kecil. Akhirnya Ray menatapnya.
"Seseorang yang tidak kau ketahui."
Ray mengernyit bingung. Gadis itu memang tidak pernah berubah, ia selalu mempunyai seseorang untuk memata-matainya. Bahkan, saat satu negara telah mencarinya pun, mata-mata Soo-A dapat menemukannya dengan mudah.
"Baiklah, aku tak peduli." Ray kembali merebahkan dirinya ke atas kasur.
Ia tak peduli jika nanti Soo-A akan membocorkan keberadaannya. Ia hanya perlu menghadapi kenyaataan hidupnya dan bertahan dengan sekuat kemampuan otak dan tenaganya.
"Tenang saja ... semua rahasiamu akan aman bersamaku," ucap Soo-A, ia merasa Ray telah berhutang padanya.
Ray malah mengibaskan tangannya--tak peduli. Ia memilih untuk memejamkan matanya. Soo-A yang melihat hal itu hanya bisa menahan kekesalannya. Selalu saja Ray mengacuhkannya.
"Ray ... mau sampai kapan kau mengacuhkanku seperti ini?" Soo-A sudah merasa putus asa. Ia mengejar pria itu bertahun-tahun lamanya. Namun, Ray tak pernah memberikan respon apapun padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Mr. Lee
General FictionNayeon, gadis cantik berparas mungil selalu bersemangat dan bekerja keras menjalani kehidupannya. Walau ia hidup seorang diri di sebuah apartemen kumuh, tak menyurutkan tekadnya untuk menjadi seorang penulis novel terkenal. Nayeon bekerja menjadi se...