Nayeon kembali ke rutinitas paginya. Mempersiapkan diri untuk pergi bekerja.
"Perawat Ah-Min, terimakasih selimutnya. Dan maaf aku selalu merepotkanmu," ucap Nayeon sambil menyerahkan selimut berawarna biru muda itu kepada Ah-Min.
Ah-Min hanya tersenyum dan mengangguk, "tidak masalah. Dan terimakasih juga karena telah menjaga pasienku setiap malam."
Nayeon tersenyum dan sedikit berbisik, "sebenarnya aku tak ingin menjaga pria itu. Aku melakukannya karena aku takut saat ia terbangun, pria itu akan melarikan diri dan tidak membayar hutang-hutangnya padaku."
Ah-Min yang mendengar hal itu sontak membulatkan matanya. Nayeon benar-benar tidak tahu siapa yang tengah dihadapinya.
"Baiklah, aku pergi dulu." Nayeon melambaikan tangannya dan segera bergegas.
Nayeon menaikki sebuah bus. Itu merupakan rutinitas paginya setiap hari. Matanya asyik memperhatikan riuhnya jalanan kota gyeongsan pagi hari. Ia menghirup udaranya dalam-dalam. Inilah hidupnya, apapun yang terjadi ia harus menerimanya. Tiba-tiba ponselnya begetar.
Drrtt ...
Nayeon tersenyum dan segera mengangkat teleponnya.
"Halo, kak Se Yeon. Ada apa?"
" ... "
"Hm ... kurasa aku bisa. Tapi mungkin malam saja setelah aku selesai dengan pekerjaanku, bagaimana?"
" ... "
"Baiklah, aku akan menelponmu jika telah selesai."
"..."
"Baik. Ya, kau pun jangan sampai lupa dengan sarapanmu."
"..."
"Baiklah. Sampai jumpa."
Nayeon menutup teleponnya. Sebuah senyuman terus saja merekah diwajahnya yang dipolesi make up tipis. Ia merasa gairah hidupnya telah kembali. Walau ia tau Se Yeon takkan selamanya ada disini. Karena Ia harus kembali ke negaranya untuk melanjutkan kuliah. Tapi setidaknya, semangat hidup Nayeon perlahan kembali pulih.
Nayeon sampai di didepan sebuah gedung berlantai 30. Ia menarik napasnya dalam-dalam sebelum ia kembali ke kenyataan-kenyataan pahit hidupnya. Sekarang ia sudah siap dengan omelan dan cercaan nyonya Ri dan perlakuan-perlakuan klien bajingan itu. Dan jangan lupakan direktur cabul itu.
"Selamat pagi saudariku, matahariku, dan semua benda-benda yang mengkilap di bumi ini," sapa Ara dengan wajah cerianya.
"Selamat pagi. Tampaknya kau sangat berbunga-bunga pagi ini. Apa ada hal yang bagus yang terjadi?" tanya Nayeon sambil memakai seragamnya. Tak lupa ia mengikat rambutnya dibelakang.
"Tidak ada," ucapnya sambil menggeleng cepat. Sebuah senyuman terus saja merekah diwajahnya yang dipolesi make up tebal.
Nayeon hanya mengangguk mengerti. Walau ia tahu, sesuatu pasti telah terjadi pada Ara. Tak biasanya gadis itu seceria sekarang. Ia tak pernah melihat wajah Ara seperti itu kecuali saat Ara mendapatkan keberuntungan lotre atau traktiran darinya.
"Baiklah. Ayo kita bergegas sebelum nona Ri mengomel lagi," ucap Nayeon sambil membawa peralatan bersih-bersihnya.
Ara mengangguk dan mengikutinya dibelakang. Ia terus saja memasang senyuman aneh.
Cukup lama keduanya berkutat dengan pekerjaan masing-masing, dalam hening dan sunyinya suasana kantor waktu pagi. Hingga Ara memulai percakapan terlebih dahulu.
"Nayeon?"
"Hm?" Nayeon menoleh. Nampaknya Ara sangat gugup. Hal itu membuat Nayeon mengernyit bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Mr. Lee
General FictionNayeon, gadis cantik berparas mungil selalu bersemangat dan bekerja keras menjalani kehidupannya. Walau ia hidup seorang diri di sebuah apartemen kumuh, tak menyurutkan tekadnya untuk menjadi seorang penulis novel terkenal. Nayeon bekerja menjadi se...