8. Terbongkar

18 2 0
                                    

Semua media telah menyiarkan berita kehilangan Ray--calon pewaris tahta keluarga Raymond sekaligus Raymond Corp's. Semua orang bertanya-tanya kemana hilangnya Ray. Beberapa media telah mengatakan Ray telah meninggal, mengingat ini sudah hari ke delapan Ray tanpa kabar.

Perusahan Raymond Corp's menjadi sebuah perbincangan. Siapakah kini yang akan mengisi kursi kekosongan Ceo di perusahaan itu? Akankah kualitasnya akan sama seperti Ray? Entahlah ... semua orang tak yakin akan ada yang bisa menandingi kemampuan Ray.

Suasana perusahaan menjadi suram. Semua orang merasa kehilangan Ray, walaupun pria itu sangatlah dingin pada semua orang. Namun, tanpa kehadirannya ... suasana di kantor ini sangatlah berbeda. Tak ada lagi yang mereka kagumi, tak ada lagi penyemangat ketika mereka mulai letih dengan pekerjaannya. Setidaknya dengan melihat wajah tampan Ray, semangat mereka kembali bangkit.

"Sebaiknya kursi kosong di perusahaan Raymond corp's segera di isi. Kalau tidak, kondisi perusahaan akan semakin memburuk," ucap seorang pria setengah baya dengan berpakaian stelan kantor formal.

Tampak pria dengan tongkat itu terduduk, kondisinya sudah mulai melemah. Ia menarik napasnya berat.

"Belum saatnya. Aku yakin Ray--anakku masih hidup," ucap pria berumur sekitar 65 tahunan itu. Pikirannya menerawang jauh. Ia sangat yakin putra sulungnya itu masih hidup, walau banyak media yang mengatakan bahwa Ray telah meninggal.

Ahn berdecak pelan dan memutar bola matanya malas. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana, lalu ia berjalan santai menuju sang kakak.

"Apa kau masih yakin kalau Ray masih hidup?" tanyanya dengan nada meremehkan.

Mr. Raymond sedikit terbatuk. Usianya sudah semakin menua. Rambut putih di kepalanya sudah hampir terpenuhi semua. Jika bukan karena usaha dan kerja keras Ray, perusahaan itu tidak akan tumbuh sebesar ini. Jadi, ia tidak rela kalau perusahaan yang ia rintis dari kecil ini harus jatuh kepada orang lain, bahkan adiknya sendiri. Ditambah lagi dengan kondisi Ji-Ah--anak bungsunya yang memiliki penyakit kelainan sejak bayi dan harus terus bergantung pada obat-obatan. Hal itu membuat beban dalam pikirannya semakin berat.

"Lalu ... akan sampai kapan kursi di perusahaanmu akan tetap kosong? Apakah sampai mayat Ray ditemukan?" tanya Ahn tanpa pikir panjang.

Mr. Raymond membulatkan matanya. Adiknya benar-benar sudah keterlaluan.

"Hentikan bicaramu! Kau semakin keterlaluan, Ahn."

"Memang itu yang kau inginkan bukan? Ray sudah meninggal. Terimalah itu. Kau seharusnya memikirkan nasib perusahaanmu dan karyawan didalamnya, Kak! Kau tidak akan selamanya menunggu Ray datang, bukan?"

"Ray masih hidup!" Mr. Raymond menekankan kata-katanya. Ia menatap sinis adiknya itu.

Ahn telah berubah dari yang ia kenal dulu. Dulu Ahn adalah seorang yang sangat menyayangi keluarganya. Bahkan ia rela memberikan semuanya demi kebutuhan keluarga mereka terpenuhi. Namun, semenjak Ray mendeklarasikan diri sebagai Ceo perusahaan Raymond corp's. Ahn berubah 180 derajat. Ia menjadi sangat tempramen dan selalu merasa tersaingin. Padahal ia pun sama ... telah mempunyai perusahaan yang cukup berkembang besar. Namun, tak sebesar Raymond corp's.

Ahn berdecih pelan. "Terus saja berharap pada harapanmu yang tidak berkemungkinan itu. Sebaiknya kau segera sadar, umurmu tak lagi muda. Harus ada yang meneruskan perusahaan itu dan memikirkan pengobatan Ji-Ah yang semakin lama semakin besar. Jika bukan aku yang melakukannya? Siapa lagi? Kau tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini." Ahn berucap dan berlalu begitu saja.

Sedangkan Mr. Arnold yang mendengar hal itu merasa miris. Perkataan Ahn ada benarnya juga. Tapi ia masih yakin kalau Ray masih hidup. Insting ke ayahannya sangat kuat.

Oh, Mr. LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang