Lee menatap gedung tingkat 20 dihadapannya ini. Sangat kumuh dan kotor. Pandangannya ia edarkan ke sekeliling. Orang-orang bertingkah sangat keras. Riuh suara kendaraan bising dan gonggongan anjing semakin menambah suasana kehidupan keras di apartemen itu.
Prang!
Tiba-tiba sebuah piring melayang begitu saja dari balik jendela. Terdengar riuh perempuan memarahi sesorang.
Seorang pria dengan memakai kaos dan celana pendek keluar dengan tergesa-gesa dari gedung apartemen itu. Kedua tangannya menutupi kepalanya. Ray mengernyit heran, ada apa? Pria itu tiba-tiba bersembunyi di balik tubuh Ray. Sontak hal itu membuat Ray terkejut.
"Apa yang kau lakukan, hah?"
"Diamlah!" Pria itu melihat ke arah kamar apartemen tempat piring terbang itu berasal.
Ray berusaha menghindar karena merasa tidak nyaman. Walaupun ia sedikit kesulitan karena masih menggunakan tongkat penyangga tubuh, memar di kakinya belum sembuh total.
"Apa kau gila, hah?" seru Ray. Ia kehabisan kesabarannya.
"Bukan aku yang gila! Tapi istriku!" Pria itu menunjuk ke arah seorang perempuan yang sedang berkacak pinggang di atas tangga. Beberapa rollan rambut terpasang di kepalanya.
Nyali Ray seketika menciut saat melihat perempuan sedikit gemuk itu sepertinya tampak murka. Entahlah, ia merasa orang-orang di apartemen ini sedikit kurang waras.
"SUAMIIII ...!" Wanita itu berteriak kencang. Menggetarkan seluruh bumi dan menghancurkan beberapa kaca apartemen itu.
Ray dan pria itu sontak menutup telinganya. Teriakannya begitu sangat keras hingga gendang telinga mereka seakan-akan akan pecah.
Sekarang Ray paham kenapa pria di belakangnya berlari ketakutan. Karena istrinya memang menyeramkan. Ray lalu mendorong tubuh pria itu ke arah istrinya. Karena ia sudah tidak tahan dengan teriakannya.
Pria itu tersungkur. Istrinya menatap tajam. "Kenapa kau lari, hah?"
Pria itu hanya tersenyum lebar. Ia tak tahu harus menjawab apa. Hal itu membuat istrinya menjadi geram.
"Ayo! Selesaikan masalah kita. Baru setelah itu kau boleh lari." Wanita itu berjongkok dan menarik kuping si pria masuk kembali ke apartemennya.
Ray yang melihat hal itu tertegun. Ini pertama kalinya ia melihat kejadian seperti ini. Maklum saja, di kehidupannya ... orang-orang bertingkah glamour, formal dan serius.
Ray menghela napasnya sejenak. Kejadian tadi sedikit membuatnya syok. Ditambah dengan masker yang menutupi setengah wajahnya membuat stok udara di paru-parunya menipis. Ia sengaja memakai masker itu untuk menyembunyikan identitas dirinya.
Ray lalu duduk di bangku taman sembari menunggu Nayeon datang. Gadis itu memberinya penginapan sementara sampai Ray dapat pekerjaan. Seperti biasa, Nayeon terlalu baik kepada setiap orang. Walau ia belum mengenal orang itu sepenuhnya.
"Bagaimana bisa orang-orang hidup di lingkungan seperti ini?" Ray menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
______________
"Aku akan pulang lebih awal. Ada sesuatu yang harus kukerjakan," ucap Nayeon sambil mengangganti pakaian kerjanya dengan pakaian biasa.
"Kenapa? Apa ada sesuatu?" tanya Ara yang penasaran. Karena tak seperti biasanya Nayeon seperti itu. Malah biasanya ia selalu meminta lembur untuk mendapatkan uang tambahan.
Nayeon berpikir sejenak. Ini bukan saatnya memberitahukan semuanya kepada Ara. Karena mungkin Ara akan syok atau marah jika ia tahu bahwa dirinya akan tinggal bersama seorang pria di apartemennya. Walaupun ia sebenarnya tak akan berbuat macam-macam dengan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Mr. Lee
General FictionNayeon, gadis cantik berparas mungil selalu bersemangat dan bekerja keras menjalani kehidupannya. Walau ia hidup seorang diri di sebuah apartemen kumuh, tak menyurutkan tekadnya untuk menjadi seorang penulis novel terkenal. Nayeon bekerja menjadi se...