13. Lupa

8 0 0
                                    

Nayeon pulang ke apartemennya, yang pertama dia lihat adalah Ray yang tengah duduk di sofa didepan televisi. Nayeon mengernyit heran, apa pria itu seharian duduk di sana tanpa melakukan apa-apa? Ah, terserahlah. Yang terpenting sekarang ia harus segera pergi ke kamarnya dan mengerjakan novel-novelnya.

"Kau sudah pulang?" tanya Ray yang melihat kedatangan Nayeon.

Sontak Nayeon menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Ray. "I-iya," jawabnya sedikit gugup.

Ray hanya mengangguk-angguk mengerti, "baiklah." Setelah itu dia kembali menatap televisi yang tidak menyala sama sekali.

Nayeon hendak kembali melanjutkan langkahnya. Namun, rasa penasaran terus saja menghantui pikirannya.

"Hm ... apa kau hanya duduk di sana seharian?" tanya Nayeon.

Ray mengangguk, "iya."

"Kenapa? Bukannya kau bilang akan mencari pekerjaan?"

Ray berpikir sejenak, "itu benar. Bolehkah aku meminjam ponselmu?" Tiba-tiba Ray terpikirkan sesuatu tentang perusahaannya.

"Untuk apa?"

Ray kembali berpikir, tentu saja ia tidak akan berkata jujur kepada Nayeon tentang perusahaannya.

"Untuk mencari pekerjaan," jawab Ray berbohong.

Nayeon berpikir sejenak, ia memikirkan kuotanya yang akan habis jika dipakai terus menerus oleh Lee. Namun, jika Lee tak kunjung mendapatkan pekerjaan, itu juga akan menjadi malapetaka baginya, ia harus mengeluarkan pengeluaran sebanyak dua kali lipat setiap bulannya. Mau tidak mau Nayeon menyerahkan ponselnya.

"Baiklah, kau boleh meminjam ponselku." Nayeon menyodorkan ponselnya dan Ray segera mengambilnya.

Untung saja Ray masih ingat nomor sekertaris kepercayaannya. Ia bisa mengetahui keadaan perusahaan dan keluarganya lewat sekertarisnya itu. Namun, Nayeon tak kunjung pergi dan malah mengintip aktifitas Ray di ponselnya.

"Apa kau akan terus diam di sana?" Ray mendongkak karena Nayeon berdiri dibelakang sofanya sambil memperhatikannya.

Nayeon hanya nyengir kuda, "iya."

Ray mengehela napasnya kasar, "baiklah ... aku tidak jadi meminjam ponselmu." Ray menyerahkan ponsel Nayeon sedangkan gadis itu sontak membulatkan matanya.

"Ke--kenapa?"

"Aku rasa kau tidak mempercayaiku dan meremehkan kemampuanku."

"Tidak--bukan itu maksudku. Baiklah carilah sendiri aku akan pergi mengganti pakaianku," ucap Nayeon ... memberikan ponselnya dan segera bergegas masuk ke kamarnya.

Ray tampak mengulum senyum dan segera mengetikkan nomor di ponsel milik Nayeon. Terdengar suara wanita muda di sana, ia tampaknya begitu terkejut dan terharu dengan kehadiran bos nya yang tiba-tiba itu.

Cukup lama Ray berbincang dengan sekretarisnya itu sampai Nayeon keluar dari kamarnya dan menatap Ray curiga. Ray yang menyadari hal itu segera mematikan teleponnya.

"Aku akan mematikan teleponnya dan  ingat pesanku tadi," ucap Ray sedikit memelankan suaranya. Setelah itu dia mematikan teleponnya.

Nayeon curi-curi pandang sambil melakukan aktifitas biasanya ... memasak ramen. Ray tampak serius berbicara di telpon itu tapi sayangnya Nayeon tidak bisa mendengar jelas percakapannya.

Ray berjalan menghampiri Nayeon dan menyerahkan ponselnya.

"Hm ... bagaimana? Kau sudah mendapatkan pekerjaanmu?" tanya Nayeon.

Ray berpikir sejenak dan menyenderkan bahunya ke tembok, setelah itu dia menggeleng pelan. Nayeon mengehela napasnya sebentar setelah itu dia tersenyum hangat.

Oh, Mr. LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang