Ray mengikuti Nayeon di belakang. Matanya tak henti-henti melihat ke segala penjuru apartemen itu. Sangat kumuh dan berantakan. Apakah tak ada petugas kebersihan yang mengurus apartemen itu?
Nayeon membuka pintu kamarnya, diikuti Ray di belakang. Sesaat Ray terpaku dengan suasana kamar milik Nayeon, walau di luarnya sangat tidak tertata dan kotor. Namun, kamar Nayeon sangatlah rapi dan bersih. Apalagi perpaduan perpaduan warna furnitur di kamar itu sangatlah lembut dan elegan. Menambah kesan damai nan tentram di ruangan itu. Ditambah dengan aroma lembut dari pengharum ruangan itu sangatlah nyaman.
"Maaf apartemenku sedikit berantakan. Ingat! Kau hanya boleh memakai kamar mandi dan ruangan menonton tv. Dan ... dikarenakan hanya ada 1 kamar di apartemen ini, jadi kau tidur di sofa." Nayeon menempuk-nepuk sofa berwarna tosca di depan televisi.
"Dan ini beberapa peraturan yang harus kamu patuhi selama tinggal di sini," ucap Nayeon--menyerahkan selembar kertas.
Ray membaca setiap bagian yang ada di kertas itu. Menurutnya Nayeon terlalu hemat. Bagaimana mungkin? Ia hanya boleh menonton tv 20 menit saja selama sehari dan jangan membuka kulkas lebih dari 2 menit, karena itu akan menambah beban listrik alhasil biayanya akan bertambah besar. Bahkan Ray tidak diperbolehkan memakai pengering rambut dan menyalakan AC saat tidak penting. Ray hanya menggeleng pelan. Mau bagaimana lagi?
"Baiklah, sepertinya kau sudah paham. Aku akan mengganti pakaianku dulu." Nayeon meletakkan kresek belanjaannya di atas meja dan bergegas menuju kamarnya.
Ray hanya mengangguk dan duduk di sofa di depan televisi. Mulai saat ini ia akan tidur di sana. Lumayan nyaman tapi tak senyaman kamar di rumahnya, yang di lengkapi dengan kasur big size yang empuk dan tentunya AC yang menyala setiap saat.
Tak lama, Nayeon keluar dengan stelan hot pant's dan kaos big size kesukaannya. Tak lupa rambut panjangnya ia ikat sembarang di belakang.
Ray yang melihat hal itu sedikit terpukau. Nayeon sangat cantik walau hanya berpenampilan sederhana.
Nayeon berjalan ke arah dapur dan mengambil beberapa bungkus ramen di lemari penyimpanannya. Tak lupa ia menyalakan kompor dan mengisi air di teflon penyeduh mie.
Ray hanya memperhatikan gadis itu dari balik penyekat ruangan yang tidak terlalu tertutup itu.
"Oh, ya. Aku membeli beberapa cemilan dan minuman dingin saat aku pulang tadi. Bukalah! Aku meletakkannya di atas meja," seru Nayeon yang teringat dengan kresek belanjaannya.
Mata Ray langsung menatap kantong belanjaan di depannya. Segera ia membuka kantong itu dan mengeluarkan semua isinya. Ya ... walaupun harga cemilan dan minuman itu sedikit murah, tapi setidaknya bisa mengurangi rasa haus di tenggorokannya. Ray meneguk semua minuman itu tanpa tersisa sedikit pun. Apalagi saat teringat kejadian saat ia di usir satpam tadi, suhu tubuhnya tiba-tiba berubah panas.
Nayeon datang dengan dua mangkok ramen di atas nampan. Ia memposisikan duduk di hadapan Ray dan bersila.
"Apa kau menghabiskan semua minumannya?" tanya Nayeon saat melihat semua tutup kaleng minumannya telah terbuka.
Ray mengangguk pelan. Bukan-kah semua ini untuknya?
Nayeon berdecak kesal. Belum satu hari pria itu ada di apartemennya dan ia sudah menghabiskan semua minumannya. Benar-benar!
Nayeon lalu bangkit dan mengambil 2 botol air mineral di lemari pendinginnya.
"Makanlah. Setelah ini kau harus lebih berhemat. Kita harus menghitung pengeluaran dan pemasukkan kita tiap bulan. Tidak semua apa yang kita inginkan dapat terpenuhi. Kita hanya membeli barang yang kita butuhkan saja. Itu cara supaya kita dapat bertahan hidup," ucap Nayeon seolah menggurui pria di hadapannya. Padahal Ray adalah seorang Ceo, tentu saja hal itu sudah menjadi kebiasaannya setiap hari. Bahkan nominal uangnya juga sangatlah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Mr. Lee
General FictionNayeon, gadis cantik berparas mungil selalu bersemangat dan bekerja keras menjalani kehidupannya. Walau ia hidup seorang diri di sebuah apartemen kumuh, tak menyurutkan tekadnya untuk menjadi seorang penulis novel terkenal. Nayeon bekerja menjadi se...