"Ayo kita bicara, " Wei Wuxian mengatakan pertama kali setelah kelas selesai.
Lan Wangji menatapnya lalu mengangguk.
"Aku tetap ingin bertanggung jawab padamu, atas perbuatanku" ujar Lan Wangji pada Wei Wuxian.
Mata emasnya menatap tegas sekaligus tenang, dia ingin Wei Wuxian tidak melarikan diri lagi darinya.
Mendengar ujaran langsung Lan Wangji, Wei Wuxian tahu dia akan mengatakan hal tersebut. Tentu saja karena Lan Wangji adalah anak dari keluarga terhormat dan menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur dan keluarganya.
"Tapi, aku tidak ingin kita langsung menikah. "
Wei Wuxian memandang pemuda di depannya dan merasakan keringat dingin mulai mengalir dipelipisnya. Dia mengalihkan tatapan lebih dulu, tidak sanggup memandang mata kaca keemasan sang dominan.
"Aku ingin, kau bisa bertanggung jawab padaku saat aku sudah lulus tahun depan. Baru saat itu aku bersedia dipertanggung jawabkan. Bagaimana? Aku tidak ingin bertemu keluargamu saat-saat ini. Aku tidak akan lari, bagaimana? " Wei Wuxian mengulurkan tangannya. Berharap setelah ini hidupnya akan kembali tenang. Tenang seperti dulu saat dia yang mendekati dan menggoda Lan Wangji.
Entah mengapa Lan Wangji tidak suka mendengarnya, dia merasa ditolak begitu saja.
Lan Wangji menghela nafas pasrah namun menggenggam tangan Wei Wuxian, tanpa kata membawa pemuda itu menuju parkiran mobil. Tangan bebasnya membuka pintu mobil di samping kemudi
"Masuklah, kita akan membahasnya sambil makan siang, kelas sudah tidak ada setelah ini" ujar Wangji dengan tenang.
Saat tangan yang lebih besar darinya itu menggenggam lembut tangannya, Wei Wuxian menahan napas sekejap. Terdiam mengikuti pemuda didepannya tanpa kata.
Dia pasrah saat harus masuk ke mobil Lan Wangji. Untungnya, Wei Wuxian hari ini masih dalam izin sakit kemarin, jadi dia bisa istirahat sejenak dan menyelesaikan masalahnya dengan Lan Wangji.
Dia diam saja di dalam mobil. Setelah mereka masuk Lan Wangji menghidupkan mesin mobil dan menyalahkan pendingin mobil.
Sebagian orang yang mengenal Wei Wuxian memandangnya penuh arti.
"Sepertinya Wei Wuxian berhasil mendapatkan Lan Wangji, ckckck pelacur itu sukses besar," ujar seseorang dengan sinis. Pemuda itu cantik dan memiliki lesung di pipinya.
"A-Yao, jaga mulutmu!" seru Nie Huaisang tak terima sahabatnya dihina.
"Kenapa? Bukankah satu kampus tahu jika dia mengincar paha Lan Wangji?"
"Dia tidak seperti itu!" seru Huaisang lalu pergi dengan marah.
"A-apa kau mengingat semua yang terjadi malam itu? Bukankah kau mabuk? " tanya Wei Wuxian sambil menatap keluar jendela mobil pada Lan Wangji.
Perkataan Wei Wuxian membuatnya teridam, lalu menghela nafas pelan.
"Tidak terlalu jelas, tapi aku tau apa yang aku lakukan malam itu. Apa kau tidak ingin menikah dengan ku?" ucapnya sambil menatap Wei Wuxian yang tidak memandang dirinya.
Wangji sangat tau jika dia bukan orang yang sempurna, apa lagi dengan sifatnya yang pendiam dan tidak bisa bergaul dengan mudah, dia merasa Wei Wuxian akan merasa bosan dengannya jika mereka menikah nanti.
Tubuh Wei Wuxian menegang ketika mendengar pertanyaan Lan Wangji.
Tidak ingin? Sudah gila jika dia menolak menikah dengan orang yang dia cintai!
"Lan Zhan, aku sungguh tidak tahu jika orang sepintar dirimu sudah kehilangan akal, " ujar Wei Wuxian heran. "Ini bukan soal aku ingin atau tidak ingin, bukankah jika kau menikahiku kau akan mendapatkan masalah? Kau hanya menggali kuburanmu sendiri, " Wei Wuxian menggeleng heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ineffable
FanfictionSebuah malam membuat hidup Wei Wuxian berubah. Dia tahu, jika hal yang datang adalah sebuah berkah untuk hidupnya. Namun hal yang paling berat bagi Wei Wuxian adalah meninggalkan Lan Wangji. Apakah itu adalah keputusan yang tepat? Bagi Lan Wangji...