Lan Wangji baru saja menyelesaikan meeting nya hari ini, matanya melirik jam tangan, pukul sepuluh lewat. Dia sudah menyuruh bawahannya menjemput Wei Wuxian saat jam delapan, ponselnya tidak diaktifkan saat meeting tadi.
Saat Wangji menyalakan ponselnya, beberapa panggilan dan pesan dari bawahannya memenuhi ponselnya.
[Ah Ru : Tuan Muda Kedua Lan, Tuan Muda Wei tidak ada di toko buku Lan setelah anda mengantarkannya tadi pagi]
[Ah Ru : Tuan Muda Xiao Xingchen bilang bahwa Tuan Muda Wei mengajukan surat Resign tanpa pamit di meja kerjanya]
Sontak beberapa pesan itu membuat Wangji terdiam membeku, dengan panik dia berdiri dari kursinya dan berjalan dengan tergesa-gesa menuju basement. Lan Wangji mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju apartemen.
Saat dirinya masuk ke dalam apartment ruangan gelap, kakinya melangkah menuju kamar Wei Wuxian, tidak ada siapapun.
Lan Wangji membongkar semua lemari, kosong, tidak ada apapun kecuali boneka kelinci yang dia belikan.
Dia terduduk lemas di kasur, mengambil ponselnya lalu menelpon beberapa bawahannya, menyuruh mereka mencari keberadaan Wei Wuxian.
Dia melangkah gontai menuju dapur mengambil air di dalam kulkas dan meminumnya, matanya menangkap sebuah lembaran di atas meja dapur. Tangannya meraih kertas itu dan mulai membacanya.
Baru kali ini Lan Wangji merasa hatinya diperas, sangat sakit dan tidak nyaman. Dalam pikirannya, apakah Wei Wuxian sangat membenci Lan Wangji sehingga meninggalkan dirinya?
Tidakah cukup dia mengungkapkan perasaan di secarik kertas saat itu?
Lan Wangji tak sadar bahwa air matanya mengalir, wajahnya tetap dingin namun hatinya terasa terbakar.
■▨■▨■▧■▨■▧
Wei Wuxian menatap kalut pada ponselnya yang terus berdering. Dia sudah mengatakan pada Jiang Cheng lewat pesan jika dia tidak bisa hadir. Akan gawat jika dia pulang berbadan dua. Setidaknya Wei Wuxian akan pulang dengan tubuh normal.
Dia mematikan ponselnya sejak dia berangkat dari Gusu. Wei Wuxian yakin jika Jiang Cheng sadar dia telah melarikan diri.
Setelah ponselnya berhenti berdering, Wei Wuxian kembali mematikannya dan mengganti kartu baru.
"Wei Wuxian tidak mengangkat telponku lagi. Dia hanya bilang jika dia tidak bisa hadir. Apa yang dia lakukan? "
"Tenanglah Acheng, mungkin Wei Wuxian sibuk ditempat kerjanya. "
Jiang Yanli memandang resah dan Nyonya Yu menggebrak meja.
"Sudahlah tidak usah cari lagi anak tidak tahu diri itu. Ini semua karena kalian terlalu memanjakannya, jadi dia bertingkah tidak tahu diri sekarang. "
"Acheng, Ali, sebaiknya kalian istirahat, besok merupakan acara yang penting untuk Acheng. "
Meski masih khawatir sesuatu terjadi pada Wei Wuxian, mereka meredam kepanikan. Jiang Fengmian pun mencoba juga menghubungi Wei Wuxian.
Malam hari keesokkannya. Acara pertunangan Jiang Cheng dengan Lan Xichen begitu mewah dan minimalis. Semua yang hadir merupakan anggota keluarga terpenting.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ineffable
FanfictionSebuah malam membuat hidup Wei Wuxian berubah. Dia tahu, jika hal yang datang adalah sebuah berkah untuk hidupnya. Namun hal yang paling berat bagi Wei Wuxian adalah meninggalkan Lan Wangji. Apakah itu adalah keputusan yang tepat? Bagi Lan Wangji...