03 - The Coward

3.4K 337 12
                                    

Rembulan malam telah berganti menjadi matahari pagi, menerangkan suasana gelap gulita yang semalaman menyelimuti kamar tidur. Sinar mentari yang menembus jendela membuat netra Jisoo kembali terbuka. Gadis itu —yang subuh tadi sempat terbangun— rupanya kembali terlelap dalam tangis kesakitan yang teramat sangat pasca percintaannya dengan Haein.

Kini rasa sakit itu berangsur membaik, walau belum sepenuhnya hilang. Aah, ternyata begini rasanya kehilangan keperawanan secara paksa. Pengalaman miris sepanjang 20 tahun kehidupan Jisoo.

Tawa sinis gadis itu seketika mengudara. Ia muak akan semua hal yang telah menimpa dirinya. Tak habis-habis bergumam ungkapan penyesalan pada diri sendiri, yang sialnya tak dapat mengembalikan hal berharga yang ia jaga selama ini.

"Jung Haein sialan."

Mentari pagi membuat penampakan kamar tidur menjadi lebih jelas. Jisoo tersadar dengan keadaan sekitar dan mendapati kamar tidur Haein begitu sepi —dalam artian sang pemilik tak ada di tempat. Kenyataan bahwa Haein kabur begitu saja usai percintaan mereka membuat bulir airmata kembali membungkus netra Jisoo.

Apa Haein tidak berpikir panjang?

Lelaki itu harusnya memberi penjelasan atas kejadian semalam. Bukahkah dengan kabur seperti ini, Haein malah membuat Jisoo setara dengan pelacur murahan —yang ditinggal begitu saja setelah disentuh?

"Bajingan!"

Rahang Jisoo mengeras, menandakan kekesalan yang teramat sangat. Diikuti dengan bulir airmata yang turun tanpa permisi. Harus diakui bahwa gadis itu tak bisa berhenti menangis setelah kejadian semalam. Wajar kan, memang siapa yang tidak akan menangis usai diperkosa?

Gadis itu kemudian merangkak keluar ranjang tuk mengambil pakaian yang masih berada di lantai. Sedikit sulit Jisoo mengenakannya, mengingat tubuh sang gadis yang masih lemah akibat pergulatan panas semalam. Jisoo mendapati ponselnya yang juga berada di lantai. Ada banyak notifikasi panggilan tak terjawab dari Rosé maupun Lisa. Sudah pasti dua sahabatnya itu mencari keberadaan Jisoo yang tiba-tiba menghilang dari kerumunan orang.

Rosé Park
Hey Soo, did u home earlier?

Bahkan Rosé sampai mengirimkannya pesan di pagi ini, hanya demi memastikan keberadaan Jisoo.

Jisoo memilih mengabaikan pesan tersebut. Diam menjadi pilihan paling baik untuk saat ini. Gadis itu butuh ketenangan diri alih-alih terjebak dengan berbagai pertanyaan penasaran Rosé dan Lisa jika ia memilih membalas pesan tersebut.

Tak mau berlama-lama di kamar tidur yang memberi kenangan buruk, Jisoo bergegas mengambil semua barang miliknya dan secepat mungkin keluar dari sana. Sudah! Seperti itu saja pada akhirnya. Jisoo dengan berat hati harus menganggap seolah tak pernah terjadi apapun antara dirinya dan Jung Haein. Pura-pura amnesia dan melangkah untuk menjalani hidup kedepannya.

***

Ada kekacauan di perusahaan yang harus kubereskan bersama timku. Jadi jangan mencari dan menelpon karena aku tidak akan pulang ke rumah selama seminggu. Kalau butuh sesuatu, kau bisa menggunakan kartu ATM yang kuletakkan di kamar.

~ Jonggun

Tak ada satupun orang di kediaman saat Jisoo menemukan selembar sticky note yang ditulis oleh kakak kandungnya sendiri, Kim Jonggun. Jisoo hanya menatap nanar kertas berbentuk persegi tersebut sebelum membuangnya ke tempat sampah. Gadis itu mendesah kecewa. Harapannya yang ingin mengadu tentang kejadian semalam sirna seketika kala Jonggun melarang bahkan untuk sekedar menelpon.

ACCIDENT [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang