13 - Lovebird

2.2K 276 20
                                        

"Aku ingin menyapa baby boy lagi."

Suzy baru saja membuka pintu ruang kerja Haein saat menyaksikan secara langsung bahwa sang wakil direktur tengah berbincang di telepon.

Dari topik yang dibicarakan, sudah jelas bahwa sang wakil direktur tengah melakukan panggilan suara bersama gadis yang bernama Jisoo. Mudah diketahui hanya dengan mendengar lontaran kalimat yang tadi terucap dari mulut Haein.

"Tidak masalah kan kalau aku datang kesana?"

Haein menunggu jawaban Jisoo dengan harap-harap cemas. Setidaknya itulah yang ditangkap dari pandangan Suzy.

Hanya berselang beberapa detik, ekspresi Haein kini berganti riang. Lelaki itu jelas bersorak dalam keheningan.

Sudah pasti Jisoo di seberang telepon memperbolehkan Haein untuk datang.

"Aku akan berangkat sekarang. Jangan pergi kemana-mana, tetaplah di toko bunga."

Lihatlah betapa mudahnya Haein mengabaikan sekitar saat fokusnya ada pada Jisoo. Bahkan Suzy yang kini berdiri di sampingnya pun terkesan seperti mahluk tembus pandang.

"Ehemm.."

Suzy berdehem untuk menyadarkan Haein. Benar saja, fokus lelaki itu kini kembali pada sekitarnya.

"I'm on a call."

Malah itu balasan yang Suzy dapatkan. Haein lagi-lagi melanjutkan percakapannya dengan Jisoo sebelum benar-benar mengakhiri panggilan.

"I just checked----"

"I have to go now. Urusan perusahaan sudah gue alihkan sama sekretaris." Celetuk Haein.

Padahal Suzy belum menyelesaikan satu kalimat yang ingin ia bahas.

Haein sibuk mencari kunci mobilnya. Lelaki itu bahkan tak membiarkan Suzy menjelaskan maksud kedatangannya ke ruang kerja.

Suzy menghembuskan napas kesal. Tadinya ia ingin bersikap seolah tak peduli, tapi perubahan sikap Haein membuatnya tak bisa mengabaikan hal ini begitu saja.

"Gue belain kesini, bahkan sampai menunda meeting dengan tim. Tapi lo malah bersikap seenaknya."

"Gue janji bakal bahas urusan kerjaan, tapi bukan sekarang. Please, untuk kali ini gue benar-benar harus pergi."

Haein kembali melangkahkan kaki. Namun, sesaat sebelum pandangannya benar-benar hilang dari netra Suzy.. gadis itu dengan cepat berucap.

"Gue barusan ngecek penthouse almarhum papa lo."

Haein terdiam di tempat.

"Untuk apa?" Lelaki itu berbalik menatap Suzy.

"Sudah beberapa bulan sejak papa lo meninggal dan penthouse itu masih gak ditempati. Tante dokter minta tolong gue untuk sampaikan tentang ini. Dia mau lo yang tempati penthouse itu untuk beberapa bulan ke depan."

Haein mengepalkan tangannya. "Gue gak mau."

"Tapi kalau gak ditempati----"

"Tinggal disana sama saja dengan membuka kenangan masa kecil gue yang hancur."

Wisata kelam masa kecil. Suzy mengerti betul bahwa Haein masih menyimpan dendam atas perbuatan jahat papanya di masa lampau.

"Lagian kenapa bukan mama sendiri yang tempati penthouse itu?"

"Tante dokter masih trauma. Soalnya papa lo meninggal disana, tepat di depan mata tante dokter."

Haein sama sekali tidak tau. Lebih tepatnya, tidak mau tau. Lagipula, sebelum ini tak ada seorang pun yang memberitahunya.

ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang