⚠️ Contains Adult Scene! ⚠️
***
Saat bibir kami saling berpagut, menciptakan ciuman yang manis dan hangat, aku menuntun Jisoo masuk ke salah satu kamar —yang rencananya akan kujadikan kamar milik kami jika Jisoo berkenan tinggal di penthouse milik mendiang papaku. Gadis itu kerap menutup mata hingga tak sadar bahwa kami berdua telah duduk berhadapan ditepi ranjang. Fokusnya lebih tertuju pada ciuman kami yang semakin intens, hal yang membuatnya terlihat makin manis dan menggoda disaat bersamaan.
"Kak?"
Kudapati dirinya yang kebingungan saat membuka mata. Panggilan singkat yang terlontar menyebabkan ciuman kami terlepas, tapi kemudian berganti dengan pandangan yang saling terkunci. Aku menatapnya tanpa mengalihkan pandangan, begitupun dengannya. Tak dapat kupungkiri perasaan berdebar dan efek kupu-kupu dalam perutku yang terus muncul setiap menatap Jisoo. Ini memang sering kurasakan saat bersamanya, tapi biarkan aku memaparkannya lagi dalam kata-kata.
"Ya, sayangku?"
Tak ada balasan dari kalimat yang kulontarkan.
Gadis itu terdiam seribu bahasa masih dengan tatapan kami yang saling tertuju. Ia malah mengeluarkan ekspresi yang membuat debaran di dadaku tidak berhenti berdentum. Aku bahkan dapat mendeskripsikan dengan jelas bagaimana gadis manisku memandang saat ini.
Mata gadisku melirik dengan malu-malu, pipinya memerah terlihat dari lampu kamar yang kubiarkan remang, dan hembusan napas tak beraturan menandakan kegugupannya yang teramat sangat.
Berniat menepis rasa tegang yang tengah menyelimuti Jisoo, jari-jemariku tergerak mengelus surai rambutnya. Sekaligus meneliti dan meraba tiap inci wajahnya. Ya ampun, dia sangat manis. Aku, dalam berjuta sangat, tak ingin melepas tanganku yang sudah menyentuh pipinya.
"Just rilex."
Kucoba menenangkannya.
Jisoo mengangguk kecil. Namun, melihat ketegangan dan kegugupannya, kurasa kalimat ini tak cukup mampu untuk menenangkan.
"I won't hurt you, Soo. I promise."
Kali ini, kalimatnya kubuat lebih spesifik. Menjurus pada janji bahwa aku tidak akan membuat kesalahan yang sama, seperti percintaan kami yang pertama kalinya.
Sebelah tanganku kembali mengelus pipi Jisoo dengan lembut. Perlahan-lahan, saat meneliti gelagat Jisoo yang mulai terbuai, Aku kembali mendekatkan wajah tuk menyatukan bibir kami.
Kukecup bibir Jisoo dengan lembut, menyalurkan segala hasrat yang kurasakan saat ini. Ciuman yang semakin lama semakin turun ke leher sang gadis. Mengukir beberapa kissmark sehingga kulit leher Jisoo memiliki bekas merah keunguan.
"Mmhh~~ kak~~"
Lenguhan Jisoo keluar setiap kali aku mengecup dan menggigit lehernya. Kurasakan tangan Jisoo yang mulai bertopang di kedua bahuku, ada sedikit elusan yang ia berikan. Yang semakin lama semakin naik ke tengkuk belakangku.
"Nngghh~~ mmpphhh~~"
Kucoba melangkah ke bagian berikutnya. Tindakanku lantas membuat napas Jisoo kembali terengah, laksana desahan indah kala kulepas dress pesta miliknya. Aku sendiri pun ikut merasakan kegugupan Jisoo saat tangan mungil gadis itu kembali mencengkeram bahuku. Semakin kuat cengkeraman sang gadis saat kubawa tubuh naked-nya berbaring di ranjang tidur ukuran king size yang begitu empuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/301360192-288-k282483.jpg)