Setelah lebih dari 72 jam, akhirnya Jungwon membuka matanya.
Namun, hal itu tidak membuatnya dapat ditemui oleh anggota keluarga secara langsung, sebab harus menjalani observasi lebih dahulu sebelum dinyatakan benar-benar siap untuk dipindahkan ke ruang perawatan biasa.
Hari sudah beranjak malam saat seorang Nurs datang untuk memeriksa botol infus yang hampir habis, siap menggantinya dengan yang baru. Nurs itu juga tak lupa bertanya apakah pasiennya memiliki keluhan atau tidak, tetapi Jungwon sebagai yang ditanyai hanya dalam membalas dengan gelengan samar.
Tubuhnya masih terlalu lemah untuk melakukan kegiatan berlebih---termasuk berbicara sekali pun.
"Ada yang sakit, Sayang?" Mama Eunha yang selalu berada di sisinya sejak dipindahkan dari ICU menuju ruang perawatan, bertanya dengan lembut seraya mengusap pucuk kepalanya yang lembab. Sebagai seorang ibu, Eunha tentunya dapat merasakan jika sebenarnya sang putra tengah menahan sakit sekarang.
Sementara itu, Jungwon hanya menggeleng pelan. Ia juga berusaha menggerakkan sudut-sudut bibirnya agar terangkat membentuk senyuman, tetapi rasanya sangat payah. Ah, bahkan bibirnya pun tidak mendukungnya untuk berbohong---mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.
"Kalau ada yang sakit, bilang, ya, Nak? Biar Mama panggilan dokter untuk diperiksa." Walaupun ia tahu jika sang putra berusaha menyembunyikan rasa sakitnya, Eunha memilih berpura-pura tidak mengerti. Ia takut kalau dirinya terlalu memaksa, Jungwon akan merasa semakin tak nyaman dan malah berdampak buruk akan kesehatannya.
"Sudah malam, Adek bobok lagi, ya? Biar badannya enakan." Eunha berujar seraya membenarkan letak selimut yang menutupi tubuh putra bungsunya itu hingga ke dada. Sebisa mungkin ia berhati-hati agar tidak mengenai jarum infus yang menusuk punggung tangan sang putra.
Mendengar yang ibunya katakan, Jungwon ingin mengelak, sebenarnya. Ia sudah terlalu banyak tidur, walaupun benar, tubuhnya yang terasa lemas itu mungkin saja bisa menjadi lebih baik setelah dibawa tidur nanti. Akan tetapi, jika dirinya tidur, siapa yang akan menemani mamanya?
Ayah dan kakaknya sedang pulang untuk mengambil beberapa perlengkapan yang dibutuhkan. Jungwon tidak begitu tahu apa, sebab ia terlalu lemas untuk sekadar mencari tahu. Sementara kedua lelaki itu kembali ke rumah, Mama Eunha tersisa untuk menjaganya hingga keduanya kembali ke rumah sakit.
Seketika, Jungwon merasa bersalah. Coba saja kalau dia tidak berulah hingga harus dibawa ke rumah sakit seperti sekarang, pasti orang tua dan kakaknya bisa beristirahat dengan nyaman di rumah.
Gue emang nyusahin banget, sih, gerutunya dalam benak ketika menyadari kesalahannya.
"Sayang, kok malah bengong?" Eunha bertanya saat mendapati si bungsu yang hanya diam dengan tatapan kosong selama beberapa menit. "Bobok ya, Nak? Pusing kepalanya, ya? Mau Mama pijat?"
Refleks, Jungwon menggeleng. "N-nggak u-sah, M-Ma," balasnya dengan suara super lirih yang hampir tak dapat terdengar. "Ma-ma j-juga tidur."
"Iya, nanti Mama juga tidur, Sayang." Walaupun harus mendekatkan telinganya di dekat bibir sang putra, setidaknya ia bisa mendengar dengan jelas kalimat yang dikeluarkan oleh putra bungsunya itu. "Sekarang, Adek dulu yang harus tidur. Mama usap-usap kepalanya, ya?"
Jungwon hendak melayangkan protes sebenarnya, tetapi tenaganya seolah menghilang. Terkuras setelah mengucapkan beberapa patah kata tadi dengan terbata-bata. Kerongkongannya terasa sakit, sekali seperti ada tulang ikan besar yang melintang di tengah-tengah kerongkongan.
Sejatinya, remaja 14 tahun itu tidak benar-benar mengetahui alasan yang mendasari kenapa dirinya harus sampai dirawat di rumah sakit seperti sekarang. Dia pikir, mungkin karena semalam ia demam, lantas paginya memaksakan diri mandi sambil membasahi rambut---keramas---makanya demam yang dialami semakin parah. Ya, bahkan Jungwon berpikir jika dirinya hanya tertidur seharian hingga baru terbangun di sore menjelang malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] a Ghost-ing Me! [JayWon]
FanfictionBOOK 2 [BROTHERSHIP JAYWON FF AU] BUKAN BXB YA ANJIR, CAPEK SAYA NGASIH TAU ಥ‿ಥ /FRUSTRASI LEVEL HARD pt.2/ ___________________________ "Apa ini salah satu alasan, kenapa Tuhan baru kasih gue kesempatan punya 'keluarga' setelah belasan tahun?" ---Pa...