88. Nomor Asing

530 87 10
                                    

Entah hanya perasaannya saja atau bagaimana, sejak pertama kali melangkahkan kaki di sekolah, Jungwon sudah merasakan suasana yang kurang nyaman di sekitarnya. Namun, cowok 15 tahun itu memilih untuk tidak memikirkannya terlalu jauh. Toh, beberapa waktu terakhir, ia memang sudah merasakan suasana aneh dan tidak biasa di sekolah, kan? Ya, walaupun tidak seaneh sekarang, sih.

Saat melewati beberapa siswi yang berkumpul di depan kelas, Jungwon mulanya sudah was-was. Teringat beberapa waktu terakhir, ia sering diuber-uber seperti artis, katakanlah begitu. Akan tetapi, kali ini ia tidak mendapatkan perlakuan seperti itu lagi. Dalam hati, cowok berlesung pipi itu sudah senang. Akhirnya kegilaan mereka berakhir juga, pikirnya.

Hanya saja, seperti yang ia katakan di awal, kalau suasana di sekitarnya terasa sangat aneh. Saat ia berjalan melewati teman-teman satu sekolahnya yang, entah kenapa Jungwon merasa kalau dirinya sedang dibicarakan. Acara bisik-bisik setiap ia lewat, membuat cowok itu jadi sangsi sendiri. Mereka nggak lagi ngegibahin gue, kan?

Jungwon mencoba berpikir positif. Awalnya. Namun, saat di kelas, suasananya terasa jauh lebih aneh. Biasanya ia akan langsung diajak berbicara oleh teman sekelasnya. Siapa pun itu. Entah membicarakan soal pekerjaan rumah atau hal acak lainnya, deh. Sangat berbeda dengan hari ini. Bahkan Haruto, Jeongwoo dan Junghwan yang biasanya paling heboh, kini terlihat lebih banyak diam. Seperti tidak punya semangat hidup.

Mereka biasanya paling rusuh dan tidak bisa diam, tetapi sekarang bahkan untuk berbicara satu sama lain pun, Jungwon melihat mereka menggunakan bahasa isyarat. Iya, hanya saling tatap, lalu menggelengkan kepala atau mengangkat bahu tanda tak tahu. Aneh. Benar-benar aneh sampai Jungwon yang biasa tidak terlalu peduli, langsung bertanya, "Kalian kenapa? Sakit?"

'Sakit' menjadi satu-satunya kemungkinan yang terlintas di kepala Jungwon saat itu. Kali ini, ia memperhatikan ketiga temannya itu lebih dulu saling berpandangan sebelum Jeongwoo menjawab, "Nggak kok."

Sekelas Jeongwoo yang paling heboh saja, mendadak berubah seperti cowok cool ala-ala Junghwan. Akan tetapi, dasarnya Jungwon memang kurang suka mencampuri urusan orang lain, ia memilih diam. Sayangnya, intensitas keanehan di kelasnya semakin terasa. Kenapa, sih!? teriak cowok itu dalam hati.

Jungwon mati-matian untuk tidak mempedulikan sekitarnya, tetapi hidup di tengah-tengah sebuah keluarga selama hampir dua tahun terakhir membuatnya banyak berubah. Bahkan sekarang kepalanya sudah memikirkan segala kemungkinan yang aneh-aneh. Seperti, apakah ia sudah membuat kesalahan? Bukan masalah sebenarnya kalau apa yang terjadi di sekitarnya berubah kembali seperti semula. Hanya saja ... kenapa perasaaannya tidak enak? Seolah-olah sesuatu yang buruk telah terjadi kepadanya.

Pada akhirnya, Jungwon tetap mencoba menganggap semua yang terjadi bukanlah hal yang perlu dipikirkan. Hingga jam pelajaran terakhir, ia masih mendapati bagaimana teman-temannya hanya diam. Tidak ada satu pun dari mereka yang bergurau atau bahkan mengobrol seperti biasa. Dugaan awal, Jungwon masih mengira jika teman-temannya sedang sakit. Mungkin sariawan? Atau mungkin mereka sedang tidak baik-baik saja?

Maksudnya ... mungkin teman-temannya itu sedang mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan. Entah itu di rumah mereka atau bagaimana, Jungwon juga tidak tahu, sih. Ia masih menebak-nebak.

Saat jam istirahat, Jungwon melihat teman-temannya tampak terburu-buru merapikan meja mereka.

"Mau ke kantin?" tanya Jungwon basa-basi. "Gue---"

"Kita duluan ya, Won."

Jungwon mengerjap dua kali saat Haruto berujar dengan wajah datar, lalu ketiganya terlihat buru-buru meninggalkan kelas. Cowok berlesung pipi itu menghela napas, lantas menggigit bibir bawahnya sambil berpikir, "Gue punya salah sama mereka, kah?"

[2] a Ghost-ing Me! [JayWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang