72. Punya Nama

526 100 39
                                    

"Gue denger-denger, Adek lo sekolah di Trijaya 2, ya, Jay?"

Pertanyaan yang baru saja diajukan oleh Heeseung, langsung dibalas anggukan oleh Jay. Keduanya saat ini sedang berkumpul di rumah remaja bermarga Lee itu, bersama dengan yang lain juga. Ada Jake, Sunghoon, Sunoo dan Ni-Ki yang tentunya tak mau ketinggalan.

Berhubung Heeseung sudah bukan lagi anak SMA, makanya intensitas berkumpul mereka jadi sedikit berkurang. Heeseung yang sudah berkuliah di salah satu universitas ternama sepenjuru kota itu terbilang lumayan sibuk dengan kegiatannya sebagai mahasiswa baru.

"Iya, Papa yang minta," jawab Jay kemudian.

Omong-omong, teman-temannya yang lain terlihat sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Sunoo dan Ni-Ki dengan tenis meja, sementara Sunghoon dan Jake tampak anteng bermain bilyard.

Kediaman Heeseung ini memang memiliki fasilitas yang bisa dibilang lumayan lengkap. Kalau boleh, agak-agaknya ayah dari Heeseung---Lee Taeyong---akan membuat lapangan golf pribadi. Sayang saja lahannya tidak ada karena rumah mereka berada di tengah-tengah kota.

"Kenapa nggak di Baper aja, dah? Biar sekalian, gitu." Heeseung bertanya lagi. Kali ini, ia membuka bungkus camilan baru dan memakannya.

Jay dan Heeseung sendiri hanya duduk-duduk sambil makan camilan dan memperhatikan teman-teman mereka bermain. Hal itu dikarenakan keduanya sudah sama-sama capek bermain tenis meja sebelum Sunoo dan Ni-Ki tadi.

Mendengar pertanyaan yang Heeseung berikan, Jay lantas tertawa kecil. "Mulanya dia nggak mau, katanya biaya sekolah di Baper kemahalan. Niatnya mau di negeri aja, tapi posisinya kegeser sama yang lain."

"Loh?" Heeseung ikut tertawa kecil. "Bukannya di Trijaya juga sama aja, ya? Malah lebih mahal dikit daripada Baper."

"Iyaa. Waktu itu dibohongin sama Papa, katanya lebih murah dari Baper. Sampe ngambek anaknya. Taunya Papa bilang lebih murah karena dapat diskon soalnya Papa alumni sana."

Kedua remaja berbeda usia satu tahun itu malah sibuk bergibah soal Jungwon hingga tanpa disadari, ada salah satu dari mereka yang berada di ruangan itu tampak mendengarkan dalam diam.

"Tapi sekarang Adek lo udah nggak ngambek lagi, kan?" tanya Heeseung lagi. Lucu saja kalau semisal membayangkan adik dari sang sahabat terus-terusan merajuk karena tidak terima dibohongi.

Jay menggeleng sebagai jawaban. "Mulanya sih kayak terpaksa gitu, tapi akhir-akhir ini gue liat, kayaknya dia mulai betah sekolah di Trijaya. Gue tanya udah dapat teman apa belum waktu itu, dia jawab udah. Semoga aja beneran, deh."

Tak lama berselang, Jay dan Heeseung dapat mendengar suara decakan keras dari salah satu teman mereka, kemudian lemparan benda pun terdengar beberapa saat kemudian.

"Ck! Dah ah! Males gue main sama lo. Licik mulu jadi orang, dih!"

Itu Sunoo yang baru saja melempar bet tenis meja di tangannya ke atas meja. Sementara Ni-Ki yang menjadi pusat masalah hanya tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

"Ya kalah mah kalah aja, njir. Lo kurang pro soalnya."

Melihat Sunoo dan Ni-Ki saling mengejek satu sama lain, bukanlah hal aneh lagi bagi empat temannya yang lain. Jake dan Sunghoon bahkan ikut-ikutan menghentikan permainan, lantas memilih bergabung dengan Jay dan Heeseung.

"Lo berdua tuh bisa nggak sih, sehari aja nggak usah ribut? Pusing pala gue!" Sunghoon protes sembari membuka penutup kaleng minuman bersoda di tangannya dengan gerakan cepat hingga suaranya terdengar lumayan keras. "Kek cewek aja dikit-dikit diributin."

"Si Sunoo, noh, yang kayak cewek!" Ni-Ki tampak memancing emosi si remaja dengan mata rubah yang kini menatapnya dengan tatapan penuh permusuhan.

"Lo tuh yang kayak cewek!"

[2] a Ghost-ing Me! [JayWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang