76. Teman-Teman Jay (4): Ni-Ki

514 74 15
                                    

___________________
Nishimura Ni-Ki
Last seen 17.26
___________________

|Bang, sori banget
ganggu waktu lo|

|Tapi boleh nggak,
gue request kalo mulai
sekarang, lo harus lebih
perhatian sama Adek lo?|

|Karena kita sama-sama
nggak tau, bisa aja di
antara kita ada yang
diem-diem nusuk dari
belakang|

_______________________________

Pesan yang dikirimkan oleh Ni-Ki dua jam lalu tersebut, berhasil membuat Jay mengerutkan dahinya tak mengerti. Rasanya aneh saat tiba-tiba, salah satu sahabatnya yang terkenal selengean mengiriminya pesan bernada serius seperti ini.

Jay sendiri baru memiliki kesempatan untuk memeriksa ponselnya setelah menghabiskan waktu bersama dengan keluarga dari sebelah sang ibu yang baru datang kurang lebih tiga jam lalu. Katanya, sih, mereka datang karena mendengar kabar jika ayahnya masuk rumah sakit dan Keluarga Jung berniat menjenguk.

Berhubung tadinya hanya ada dirinya dan sang adik---tepat sebelum Mama Eunha pulang empat puluh lima menit kemudian---makanya Jay terpaksa menemani keluarganya itu. Sekadar berbincang dan meminta mereka beristirahat.

Sebenarnya tadi Jungwon juga ikut serta menemani, tetapi saat Jay melihat bagaimana keluarga dari pihak sang ibu yang terkesan mengabaikan kehadiran sang adik, membuat Jay pada akhirnya meminta remaja lima belas tahun itu untuk kembali beristirahat di kamar saja. Alasannya, sih, agar malam nanti bisa sama-sama begadang menjaga sang ayah di rumah sakit.

Kembali lagi pada pesan yang dikirimkan oleh Ni-Ki, Jay seketika berpikir. Apakah Ni-Ki mengetahui sesuatu atau mencurigai sesuatu? Akan tetapi, apa?

Tanpa membuang waktu, Jay memilih menghubungi temannya itu saja ketimbang membalas pesannya. Ia hanys berharap kalau Ni-Ki tidak sedang tidur atau bermain game saat ini.

"Ya, halo Bang?" Tidak sampai semenit, sambungan teleponnya dijawab oleh Ni-Ki. "Kenapa?" tanya remaja keturunan Jepang itu.

"Ya harusnya gue yang tanya 'kenapa?' sama lo, Nik." Jay membalas pertanyaan Ni-Ki barusan.

Di ujung sambungan sana, Ni-Ki tak bersuara selama beberapa detik. Agaknya, cowok itu kebingungan dengan maksud dari sahabatnya itu sampai tiba-tiba saja ia bersuara, "Ah ... soal chat gue, ya?"

"Iya," balas Jay singkat. Remaja 17 tahun itu memilih berdiri di depan dinding kaca kamarnya yang langsung menghubungkannya ke arah balkon. "Kenapa? Tiba-tiba banget lo ngomongin begitu?"

"Ya ... nggak apa-apa, sih." Jawaban Ni-Ki dari ujung sambungan sana malah membuat Jay semakin bingung. Tidak mengerti dengan jalan pikiran sang sahabat sebelum akhirnya, Ni-Ki melanjutkan kalimatnya. "Sesuai sama yang gue bilang aja. Lo sekarang harus lebih perhatian sama Adek lo, Bang."

Jay mendengkus sebal karena lagi-lagi, semua temannya---tidak terkecuali---selalu saja menyebut Jungwon sebagai 'adiknya, adik Jay'. Seolah-olah sang adik tidak memiliki nama sama sekali.

"Jungwon punya nama, kali, Nik," keluhnya. "Ya kali lo mau terus-terusan nyebut dia sebagai 'adek gue'?"

"Ya, tapi kan, Jungwon emang adek lo, Bang."

Mendengarnya, membuat Jay menghela napas panjang. "Nggak gitu maksud gue!"

"A-oke, oke. Sori, gue salah." Ni-Ki cengengesan di ujung sambungan sana. "Pokoknya gini aja deh, Bang. Sesuai yang gue bilang, tolong lebih perhatian lagi sama adek---maksud gue Jungwon. Sering-sering deh lo ajakin dia ngobrol. Terus, perhatiin juga orang-orang di sekitarnya terutama kalo lo lagi ajakin dia kumpul sama kita-kita."

[2] a Ghost-ing Me! [JayWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang